Sudah habis kata-kata kita untuk menggambarkan betapa pilu dan mirisnya nasib aspal Buton selama ini, karena tidak dipedulikan oleh bangsanya sendiri. Seandainya saja aspal Buton bisa bicara, mungkin aspal Buton akan lebih memilih untuk tetap dijajah oleh bangsa Belanda yang sangat menghargai aspal Buton bagaikan “emas hitam”. Tetapi mengapa setelah Indonesia merdeka, “emas” itu telah hilang. Sekarang yang tinggal hanya “hitam”nya saja. Ya.. betul. Hitam, sehitam nasib aspal Buton sekarang ini.
Apa sebenarnya yang sedang terjadi dengan bangsa kita ini? Mengapa karunia aspal Buton yang sangat luar biasa besarnya ini tidak kita syukuri dengan memanfaatkannya untuk menyejahterakan rakyat? Justru kita malah mengimpor aspal minyak untuk memenuhi kebutuhan aspal nasional. Rasanya akal sehat kita tidak dalam keadaan baik-baik saja. Lalu apa yang harus kita perbuat?
Ikuti tulisan menarik Indrato Sumantoro lainnya di sini.