x

Sastra

Iklan

Farida Maesaroh

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 Desember 2021

Selasa, 14 Desember 2021 06:21 WIB

Estetika Sebagai Tolok Ukur Karya Sastra


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Estetika adalah pemikiran yang menelaah dan membahas tentang seni dan keindahan serta tanggapan atau kepekaan manusia yang dapat dirasakan semua panca indera. Estetika juga sering disebut keindahan, keindahan merupakan pancaran situasi yang elok pada diri seseorang yang dapat mengekspresi kondisi batin yang tenang dan bijak dalam merespon dan menilai benda, sikap ataupun yang lain, sehingga segala sesuatu yang dipandang, didengar, atau dirasakannya selalu bernilai indah. Hal ini membuat kita berpikir bahwa keindahan identik dengan kesenangan.

Apabila dipikirkan lebih dalam tentang proses timbal balik antara keindahan dan kesenangan, maka karya seni atau sastra dapat memadukan keduanya. Keindahan yang ada di dalamnya dapat menimbulkan kesenangan, sedangkan wujud ekspresi senang dapat menimbulkan keindahan. Dengan kesenangan kita terhadap karya sastra tersebut, kita dapat mengapresiasikan atau mengekspresikan karya sastra dengan positif, pujian, sanjungan, penghargaan, dan aplaus sebagai tanda bukti bahwa karya sastra tersebut memiliki nilai dan estetika yang tinggi.

Oleh karena itu, sebuah karya sastra harus memiliki nilai, ciri khas, seni, dan keestetikaan atau keindaan. Agar para penikmat karya sastra dapat membangun wawasan, intuisinya, mengembangkan keterampilan, dan sebagai salah satu wujud implementasi pendidikan berkarakter.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebuah karya sastra dapat disebut memiliki estetika, apabila memiliki unsur-unsur keindahan yang dikemukakan oleh Sudarsono tahun 2007. Menurutnya terdapat empat unsur keindahan yang harus dimiliki oleh karya sastra yaitu kesatuan atau unity, keselarasan atau harmoni, keseimbangan atau balance, dan terakhir perlawanan atau kontras.

Namun, unsur-unsur tersebut tidak bisa menjadi tolok ukur estetika karya sastra. Sebab, setiap karya sastra mengandung keindahan yang berwujud penggambaran yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika.

Tolok ukur estetika memang bersifat relatif, sangat bergantung pada pengamatan dan subjektivitas penilai atau kritikus dengan mengandalkan kemampuan si pengamat. Tetapi, karya sastra harus tetap memiliki aspek-aspek keindahan seperti bab dan subbab, dialog dan improvisasi dalam drama, bait dalam puisi, nada dan irama suara. Secara fisik, aspek estetika paling jelas melalui sampul buku. Meskipun demikian, hakikat karya sastra adalah keindahan. Maka yang menjadi tolok ukur keindahan suatu karya adalah keindahan bahasa itu sendiri.

Ikuti tulisan menarik Farida Maesaroh lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler