x

Iklan

Nurul Fahira

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Desember 2021

Selasa, 14 Desember 2021 06:45 WIB

Situs Batujaya Sebagai Ekomusesum di Kabupaten Karawang

Terkenal dengan semboyannya yaitu Bhinneka Tunggal Ika, keberagaman yang dimiliki oleh Negara Indonesia menjadi sebuah keistimewaan yang menyatukan rakyat-rakyatnya. Keanekaragaman tersebut juga dapat berasal dari berbagai macam hal, salah satunya adalah peninggalan-peninggalan bersejarah pada masa lampau atau masa kerajaan-kerajaan kuno masih berkuasa. Peninggalan bersejarah tentunya termasuk warisan budaya yang memiliki kekuatan nilai historis yang tinggi sehingga kesadaran masyarakat untuk turut melestarikan peninggalan tersebut harus senantiasa terbentuk. Sebagai kota yang menyandang julukan Kota Pangkal Perjuangan, pada realitanya kota Karawang ini menyimpan banyak sekali peninggalan yang mengandung nilai sejarah, salah satunya Situs Batujaya. Yang membuat situs ini unik, ialah perakumpulan candi-candi yang terletak di tengah-tengah persawahan, menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Karawang merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di daerah Jawa Barat merupakan kota yang kerap dikenal dengan sebutan ‘daerah lumbung padi’ dan ‘kota pangkal perjuangan’. Terkenal memegang latar belakang yang besar terhadap persiapan kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 silam, sudah menjadi rahasia umum bahwa kota Karawang memiliki daya tariknya tersendiri dari sisi sejarah. Dalam perkembangannya hingga masa kini, nyatanya karawang masih memiliki lingkungan-lingkungan yang berpotensi dikelola sebagai ekomuseum, mengingat kota Karawang juga mengambil peran dalam berkembangnya masa prasejarah hingga Islam di Jawa Barat. Salah satu situs yang seringkali dijadikan objek rekreasi dan edukasi di Karawang ialah Situs Batujaya.

Situs Batujaya atau yang bangunannya dikenal dengan nama Candi Jiwa merupakan candi peninggalan sejarah klasik dari Kerajaan Tarumanegara yang terletak pada kawasan Batujaya dengan luas wilayah kurang lebih 5 km2. Lebih tepatnya secara administratif, candi ini bertempat diantara dua desa yaitu Desa Segaran, Kecamatan Batujaya dan Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, berjarak 6 km dari garis pantai uatara Jawa Barat. Diteliti pertamakali pada tahun 1975-1976 silam, penelusuran lebih mendalam dilakukan oleh serangkaian pihak dari Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI) pada tahun 1984. Walaupun letak wilayahnya yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan Karawang, namun akses transportasi menuju Situs Batujaya masih terbilang dapat dijangkau. Perjalanan untuk sampai ke Situs Batujaya memungkinkan untuk ditempuh menggunakan kendaraan umum dari Pasar Rengas Dengklok sampai ke daerah Pantai Pakis selama 30 menit. Untuk dapat menyambangi Desa Segaran, masyarakat dapat menggunakan jasa ojek motor pangkalan, menyusuri jalan berdasarkan papan petunjuk yang bertuliskan ‘Candi Jiwa’.

Meninjau konsep mengenai ekomuseum sendiri, The SEI Steering Committee dalam Saskatchewan Ecomuseum Planning Framework mengemukakan pendapat bahwa, Ekomuseum merupakan mekanisme unik yang melibatkan masyarakat untuk bekerja dalam melestarikan warisan budaya dan aset alam yang dimiliki. Lain halnya dengan museum pada umumnya, implementasi ekomuseum tidak berupa pengumpulan benda-benda bersejarah untuk dijadikan koleksi dan fasilitas museum, melainkan peran aktif masyarakat yang dituntut melakukan pelestarian dan peningkatan visibilitas bagi peninggalan berharga atau situs sejarah di daerah setempat dalam rangka kegiatan pengembangan masyarakat. Area sekitar kompleks Situs Batujaya berupa persawahan dan pemukiman penduduk dengan sebagian besar bangunan peninggalan sejarah yang masih tertimbun dibawah ‘unur’ atau tanah daratan yang muncul di tengah-tengan persawahan. Penelitian dan penggalian terkait Situs Batujaya ini sampai sekarang masih dilakukan dibawah pantauan Tim Peneliti Situs Batujaya Universitas Indonesia. Melihat terus berlanjutnya pengelolaan Situs Batujaya dari Tim Ahli maupun masyarakat setempat, maka sudah dipastikan Situs Batujaya memiliki potensi tinggi sebagai ekomuseum. Banyaknya jumlah bangunan candi-candi yang masih belum muncul ke permukaan, menjadi peluang terus bertambahnya nilai sejarah dan kemungkinan penemuan-penemuan benda langka dan kuno yang dapat membantu berkembangnya wawasan baru untuk generasi di masa yang akan mendatang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berjumlah total 24 situs yang tersebar diantara Desa Segaran dan Desa Telagajaya, 4 diantara 24 Situs Batujaya tersebut telah berhasil di ekskavasi atau dipugar menjadi bangunan candi, yang diantaranya terdiri atas:

  • Candi Jiwa

Merupakan salah satu candi yang paling familiar di kalangan masyarakat Karawang, candi ini dipugar pada tahun 1996 hingga 2001. Candi jiwa memiliki bentuk bukit kecil dan lonjong, luas kurang lebih 500m2, ketinggian 2 meter di permukaan sawah dengan sebagian 2 meter sisanya masih terkubur di dalam area sawah. Candi ini berfungsi sebagai tempat sembahyang Umat Buddha. Candi Jiwa memiliki bentuk yang paling sempurna jika dibandingkan dengan candi-candi lainnya, dengan berbentuk bunga Padma yang terdapat Patung Buddha diatasnya.

Gambar 2 Candi Jiwa, Situs Batujaya.

Sumber : Dokumentasi islandsindonesia.id

  • Candi Blandongan

Candi ini pertamakali diteliti oleh tim Arkeologi FSUI pada tahun 1984 dan baru di eskavasi pada tahun 1992 hingga 2000 oleh Puslit Arkenas. Candi Blandongan menghasilkan penemuan berupa reruntuhan candi. Lokasi terdahulu candi ini merupakan danau.

Gambar 3  Candi Blandongan, Situs Batujaya.

Sumber : Dokumentasi kebudayaan.kemdikbud.go.id

  • Candi Serut

Candi Serut dapat dikatakan memiliki kondisi yang kurang baik dikarenakan kemiringan posisinya dan tumpukan batu bata yang memperkuat dugaan bahwa candi ini sempat roboh, sehingga perlu melalui tiga kali proses eskavasi dan di pugar pada tahun 2007. Fondasi Candi Serut masih mirip dengan rumah penduduk pada umumnya dengan dilengkapi kamar-kamar, sumur, dan lantai papan. Namun sayangnya, pemugaran candi ini tidak dilanjutkan sehingga berakhir terbengkalai. Permasalahan genangan air juga menjadi hal faktor utama kerusakan yang dialami Candi Serut ini.

Gambar 4  Candi Serut, Situs Batujaya. Tampilan saat air menggenang.

Sumber : Dokumentasi kebudayaan.kemdikbud.go.id

Gambar 5  Candi Serut, Situs Batujaya. Tampilan saat air surut.

Sumber : Dokumentasi bersepedahan.net

  • Candi Sumur

Candi Sumur ini juga memiliki nama lain yaitu Candi Telagajaya. Puslit Arkenas pertamakali mengekskavasi Candi Sumur pada tahun 1992. Atap serta pagar keliling telah dibangun pada sekitar Candi Sumur, yang bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung, mengingat lokasinya yang berada di tengah sawah.

Gambar 5  Candi Sumur, Situs Batujaya.

Sumber : Dokumentasi bersepedahan.net

Situs Batujaya merupakan situs peninggalan sejarah dari jaman terdahulu dengan penemuan candi-candi yang telah berusia sangat tua, menandakan bahwa Situs Batujaya merupakan warisan budaya yang berharga dan perlu senantiasa dilestarikan, caranya adalah dengan mewujudkan pemanfaatan-pemanfaatan potensi yang telah tersedia untuk dijadikan ekomuseum lokal. Terdapatnya salah satu candi yang tidak melalui tahap penyelesaian pemugaran dan masih banyaknya candi-candi yang belum ditemukan, menunjukan bahwa sangat perlunya kontribusi ahli, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya untuk meningkatkan nilai dari Situs Batujaya ini. Sehingga di masa yang akan mendatang, para generasi muda akan lebih mengapresiasi peninggalan sejarah sekaligus mengharumkan nama Kabupaten Karawang dengan sebagai kota yang menyimpan banyak sejarah didalamnya.

 

 

-----

Penulis : Nurul Fahira

Pembimbing : Dr. Leli Yulifar, M.Pd. dan Angga Hadiapurwa, M.I.Kom

Fasilitator : Hafsah Nugraha, S.S.I

Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi

Fakultas Ilmu Pendidikan - UPI

 

Ikuti tulisan menarik Nurul Fahira lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu