Film layar lebar Yuni tayang pada tanggal 9 Desember 2021. Film karya Kamila Andini ini diangkat dari percakapan hangat pada sore hari bersama seorang ibu. Selain diangkat menjadi film layar lebar, cerita ini juga diadaptasi dalam sebuah novel.
Film ini mengisahkan tentang seorang perempuan yang bernama Yuni. Ia duduk di bangku SMA kelas 12. Perempuan yang menyukai segala hal mengenai warna ungu sebagai warna favoritnya. Perempuan yang sedang mencari jati diri di usianya yang menginjak remaja.
Yuni adalah perempuan cerdas yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Sebelum ia masuk dalam dunia perkuliahan, ia harus meraih nilai yang tinggi, nilai yang bisa membantunya untuk lolos dalam seleksi beasiswa.
Disamping ia harus mendapat nilai tinggi, Yuni kedatangan laki-laki yang memiliki niat baik untuk melamarnya. Yuni tinggal dalam lingkungan budaya yang menganggap tempatnya perempuan hanya sebagai istri yang tidak perlu memikirkan perihal pendidikan tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan keinginan dan kebebasan yang dirasakan Yuni sebagai remaja pada umumnya ketika beranjak dewasa.
Di sisi lain, budaya disana menganggap jika perempuan menolak lamaran seseorang akan jauh jodoh, budaya ini dipercaya oleh masyarakat sekitar. Di tengah kebingungan yang dirasakan, ia melakukan perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan ketika belum memiliki ikatan dalam pernikahan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pemberontakan karena ingin kebebasan. Setelah kejadian ini Yuni tidak menerima lamaran dari siapapun.
Adanya pengetahuan yang minim tentang pendidikan seks di Indonesia, film Yuni memperlihatkan konsep yang selama ini menetap dalam pikiran kebanyakan orang saat membudayakan pernikahan dini, yaitu dengan dalih untuk mencegah hamil di luar nikah, faktor ekonomi, serta perempuan yang sudah tidak perawan dianggap sebagai aib di keluarga. Film ini bisa membuka mata dan pikiran banyak perempuan untuk memiliki persepsi tentang kehadiran perempuan yang tempatnya tidak hanyak menjadi seorang istri, melainkan perempuan yang memiliki kebebasan dalam meraih mimpi. Film ini dirasakan pada kebudayaan yang ada di Indonesia.
Ikuti tulisan menarik Disha Octaviana lainnya di sini.