x

ilustrasi,hubungan Dua Manusia. Pixabay.com

Iklan

Luthfi Fadilah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 Desember 2021

Minggu, 26 Desember 2021 18:02 WIB

Mengupas Kisah Jatuh Cinta pada Puisi “Sajak Putih” Karya Chairil Anwar

Artikel ini menggambarkan kisah jatuh cinta pada puisi "Sajak Putih" karya Chairil Anwar. Sebuah kisah yang menarik untuk dibahas oleh setiap kalangan, terutama para remaja.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Karya sastra merupakan suatu hasil dari buah pikiran, imajinatif, dan emotif manusia. Di antara banyaknya jenis karya sastra, salah satu jenis karya sastra yang banyak ditemui adalah puisi. Keindahan bahasa dengan menggunakan bahasa kiasan dan majas sudah pasti dapat ditemui dalam puisi. Selain dengan bahasanya yang indah, aspek perasaan manusia pun sangat kental dalam puisi, dari mulai rasa kesedihan, kekesalan, sampai kegembiraan layaknya seseorang yang sedang jatuh cinta.

Berbicara mengenai jatuh cinta, sudah merupakan upaya yang biasa dan pasti pernah dialami oleh setiap manusia. Dalam kehidupan ini begitu banyak seseorang yang mencurahkan isi hatinya ke dalam puisi, terutama dalam perasaan cinta. Banyak juga yang menulis puisi mengenai gambaran seorang kekasihnya, bahkan digunakan sebagai sarana untuk menyatakan cinta kepada seseorang. Salah satu puisi yang mengisahkan percintaan adalah puisi yang berjudul “Sajak Putih” karya Chairil Anwar.

Charil Anwar merupakan salah satu penyair yang terkenal di Indonesia. Ia lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum berpindah dengan ibunya ke Jakarta pada tahun 1940. Chairil dinobatkan sebagai pelopor Angkatan 45 oleh H.B. Jassin. Selama masa kehidupannya, Chairil telah menuliskan sekitar 94 karya, termasuk 70 yang merupakan puisi. Seperti yang telah disebutkan di atas, berikut adalah puisi “Sajak Putih” karya Chairil Anwar yang mengisahkan percintaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sajak Putih

Bersandar pada tari warna pelangi

Kau depanku bertudung sutra senja

Di hitam matamu kembang mawar dan melati

Harum rambutmu mengalun bergelut senda

 

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba

Meriak muka air kolam jiwa

Dan dalam dadaku memerdu lagu

Menarik menari seluruh aku

 

Hidup dari hidupku, pintu terbuka

Selama matamu bagiku menengadah

Selama kau darah mengalir dari luka

Antara kita mati datang tidak membelah

Pada bait pertama dikisahkan bahwa Si aku merasakan kebahagiaan karena sedang duduk dengan seorang gadis yang cantik di hadapannya. Silauan sinar senja menambahkan kecantikan gadis tersebut, hal ini menandakan bahwa pertemuan mereka terjadi pada sore hari dengan suasana yang begitu romantis. Hembusan angin bertiup mengalunkan rambut Si gadis seperti ingin mengajak untuk bersenda gurau. Semerbak harumnya alunan rambut Si gadis karena tiupan angin membuatnya menjadi lebih menawan. Kembang mawar dan melati dilambangkan sebagai keindahan mata Si gadis. Mawar merupakan bunga yang cantik dan berduri, menjelaskan bahwa Si gadis adalah wanita yang cantik jelita dan juga pemberani. Sedangkan melati menandakan diri Si gadis yang suci. Dengan demikian dari mata Si gadis terlihat kecantikan, keberanian, dan kesucian cintanya.

Pada bait kedua menggambarkan suasana kesedihan dan kesepian yang dialami oleh Si aku. Suasana sepi menandakan layaknya seseorang yang sedang berdoa kepada Tuhannya pada waktu malam hari. Keadaan itu begitu sepi dan sunyi, sehingga Si aku dapat mendengar suara hatinya yang seperti nyanyian. Suara hati Si aku melantunkan nyanyian kegembiraan dikala sedang merasa sedih dan sepi sehingga membuat ia memiliki semangat baru dalam hidupnya. Seluruh badan Si aku bergerak menari mengikuti nyanyian dalam hatinya tersebut yang tergambar dalam larik ‘Menarik menari seluruh aku’.

Pada bait ketiga menerangkan mengenai Si aku yang telah menjumpai harapan-harapan baru dalam hidupnya. Banyak jalan yang terbuka untuk menggapai segala harapan Si aku. Ditambah lagi selama Si gadis tetap menengadah kepadanya, maka Si aku akan semakin menemukan pintu keluar untuk menuju kebahagiaan. Si gadis masih akan mencintainya selama matanya menengadah kepada Si aku.

Harapan Si aku berada pada gadis yang sedang menengadah kepadanya. ‘Selama kau darah mengalir dari luka’, berarti bahwa manusia yang selalu membutuhkan orang lain untuk melengkapi hidupnya. ‘Antara kita mati datang tidak membelah’, hal itu menandakan kesetiaan cinta dari keduanya tidak akan terpisahkan walaupun kematian telah tiba kepada mereka.

Demikianlah kisah Si aku dalam puisi “Sajak Putih” yang sedang mengalami jatuh cinta kepada seorang gadis yang cantik jelita. Seseorang yang sedang jatuh cinta memang dapat menemukan semangat baru dalam hidup dengan segala harapannya, apalagi jika keduanya saling menyayangi dan setia sampai ajal menjemputnya. Kesetian dalam cinta mengingatkan penulis kepada kisah cinta B.J. Habibie dan Hasri Ainun Besari sebagai pasangan abadi. Semoga makna dan pelajaran dalam puisi Sajak Putih” yang ditulis oleh Chairil Anwar yang mengisahkan percintaan ini, bisa bermanfaat untuk pembaca.

Ikuti tulisan menarik Luthfi Fadilah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler