x

Iklan

MOHAMAD FRANSETIO

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 16 Januari 2022

Senin, 17 Januari 2022 07:44 WIB

Mencegah Kerusakan Alam di Desa Air Terang, Buol, Sulawesi Tengah

Kisah sebuah desa yang awalnya sejuk menjadi gersang

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Desa Air Terang namanya, karena di desa tersebut banyak sungai yang airnya jernih hingga cahaya matahari bisa mencapai dasarnya walaupun kedalamannya lebih satu meter. Mayoritas warga di sana merupakan masyarakat rantau dari Jawa, Lombok, dan juga Bali. Beberapa tahun yang lalu saya sempat tinggal di Desa Air Terang, Kecamatan Tiloaan, Kabupaten Biol, Provinsi Sulawesi Tengah.
 
Daerahnya itu agak pelosok. Walaupun punya sumber daya alam yang melimpah tapi sumber daya manusianya sangat terbatas mengakibatkan perputaran ekonominya di desaku masih bisa dibilang sangat lambat kalau dibandingkan dengan desa-desa yang berada di pulau Jawa.
Sumber daya alam yang melimpah itu mengakibatkan beberapa orang yang bekerja di kebun sayur hanya menjual hasil perkebunannya ke pasar tiap hari Minggu, itupun jika laku. Karena kebanyakan orang mencari bahan pangan seperti sayur-sayuran, cabai, tomat, terong, telur, ayam tidak perlu beli, mereka bisa mendapatkan bahan makanan di kebun sendiri serta ayam yang ada di mana-mana dan di sana juga terdapat banyak sungai dan kolam yang didalamnya terdapat ikan yang melimpah. Jadi, orang miskin bisa memakan makanan yang enak. Persis seperti lagu yang liriknya "kata orang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman".
 
Saya dilahirkan di keluarga yang sederhana yang setiap makan malam harus menunggu bapak pulang dari sawah berharap bapak membawa belut sawah atau telur puyuh untuk menjadi menu makan malam. Itu dulu, sekarang alhamdulillah bisa setiap hari makan ayam, hehe.
 
Kembali ke topik, desa yang banyak orang miskin tersebut kemudian lahan-lahan yang kosong di wilayah perbukitan banyak yang di tebang pohon-pohonnya untuk nantinya ditanami sawit.
Kemudian saya setelah lulus SD melanjutkan sekolah di pulau Jawa. Setelah 4 tahun di Jawa, saya pulang ke Sulawesi namun perubahannya belum terasa. Setelah 6 tahun di Jawa, saya pulang kembali ke Sulawesi untuk pulang ke rumah. Disana baru terasa perbedaannya, hal yang paling menonjol adalah suhu yang semakin panas.
 
Awalnya setiap pagi udaranya sangat dingin sampai terdapat embun yang tebal menyelimuti desa, namun sekarang embun sudah jarang muncul karena banyaknya pohon yang sudah hilang dan berganti dengan bibit-bibit kelapa sawit. Apalagi juga sangat banyak perkebunan yang ditanami jagung sehingga setelah waktu panen keadaan kebun jagung sangat gersang. Masyarakat juga sudah mulai merasakan dampak positifnya dan terlena karena banyak yang telah mempunyai kendaraan bagus namun belum sadar akan dampak negatifnya.
 
Desa Air Terang merupakan dataran rendah yang ketinggiannya tidak sampai 100 mdpl. Sehingga setiap tahun ketika musim hujan sering terjadi banjir. Untuk itulah perlu dilakukan penanaman pohon agar mengurangi dampak negatif seperti banjir dan juga suhu yang panas berlebihan.
Saya menemukan titik cerah saat mengetahui terdapat sebuah pohon bernama pohon manohara yang saya lihat di kecamatan sebelah. Bentuknya seperti pohon beringin yang sangat rimbun tapi daunnya lebih lebar dan tidak terlalu membuat kotor halaman.
 
manohara.jpg
 
 
https://www.facebook.com/138944481052415/photos/pcb.154221829524680/154221716191358/?type=3&theater
Karena saya kurang mengetahui dimana mencari bibit tersebut, saya bilang kepada bapak untuk mencarikan bibit pohon manohara dan saya yang menanamnya. Bibitnya sangat langka dan bapak saya mendapatkan hanya 7 bibit dengan tinggi 10cm.
 
Saya berharap untuk kedepannya juga akan banyak orang yang lebih peka serta mencintai lingkungan dengan mencegah kerusakan pada alam.

Ikuti tulisan menarik MOHAMAD FRANSETIO lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler