Pentingnya Cara Mensikapi Media Massa Saat Menghadapai Quarter Life Crisis

Jumat, 21 Januari 2022 13:43 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Quarter Life Crisis atau biasa disingkat QLC adalah krisis emosional direntang umur 20-30 tahun yang melibatkan rasa terisolasi, perasaan ga pantas, meragukan diri yang ditemenin oleh rasa ketakutan akan kegagalan.

Apa yang kalian pikirkan saat mendengar media massa??

Pasti kalian jawab media massa itu radio, televisi, film dan media online. Yaps jawaban kalian benar, Menurut Cangara media massa adalah alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis, seperti surat kabar, radio, televise, film dan sebagainya. Dan dalam hal ini media massa yang dimkasud adalah media massa cetak. Terus apakah ada sangkut paut sama komunikasi massa? Jawabnnya ada, Kenapa? karena media merupakan sarana melakukan komunikasi, hingga komunikasi massa tidak terlepas dari media massa. Media massa digunakan untuk menunjukan penerapan suatu alat teknis (media) yang menyalurkan atau merupakan wadah komunikasi massa. Jadi kesimpulannya media massa merupakan tempat untuk menyampaikan berita.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Lalu apa itu Quarter Life Crisis??

Quarter Life Crisis atau biasa disingkat QLC adalah krisis emosional direntang umur 20-30 tahun yang melibatkan rasa terisolasi, perasaan ga pantas, meragukan diri yang ditemenin oleh rasa ketakutan akan kegagalan. Biasanya difase QLC ini kita bakal ngerasa  ga aman, ragu, dan muncul rasa kekecewaan gak sama karir kita doang tapi bisa jadi dihubungan hubungan pribadi kita misalnya sama pasangan kita, sama orang tua kita, bahkan dikondisi keuangan dan dihal hal lainnya juga.

 

Tantangan terbesar untuk kita di era sekarang terhadap media massa khusunya media online seperti Instagram, Facebook, Youtube dan sebagainya adalah cara untuk bisa menyikapi segala informasi yang bisa ditangkap. Slogan “Bermedia juga harus beretika” sangat cocok untuk di era sekarang ini, karena masih banyak orang yang tidak sadar bahwa bermedia social merupakan bentuk komunikasi massa, terus contoh saat bermedia tida beretika tuh kaya gimana?? Seperti halnya banyak orang yang suka mengejek, menjelekan hingga membully orang lain padahal mereka tidak kenal siapa orang tersubut.

 

 

Terus bagaimana cara beretika dalam bermedia social?

  1. Etika Berkomunikasi

Dengan memanfaatkan media social, banyak orang cendrung melupakan etika dalam berkomunikasi, Ini dibuktikan dengan banyak munculnya kata-kata kotor.

  1. Kroscek Kebeneran Berita

“Saring sebelum Sharing” adalah langkah memastikan kebenaran berita. Dan menghindari penyebaran berita hoax.

  1. Hindari Penyebaran Sara, Pornografi, dan Aksi Kekerasan

Alangkah Baiknya untuk tidak menyebarkan berita tentang hal-hal tersebut. dan hindari untuk tidak  menggunakan foto kekerasan, kecelakaan dan lain lain.

  1. Hargai hasil orang lain

Jangan membiasakan Copy-paste tanpa menyertakan sumber.

  1. Jangan terlalu mengumbar info pribadi

Berhati-hati dalam menyebarkan informasi pribadi adalah salah satu hal untuk menjaga diri dari kejahatan

Jadi, Bijaklah dalam Bermedia.

 

Kembali lagi ketopik kita, kenapa Quarter Life Crisis bisa terjadi karena Media Massa??

Simpelnya gini, dikehidupan sekarang ini kita tidak jauh dari namanya smartphone yang dimana kita selalu menggunakannya, tercatat di Lembaga riset Childwise yang berbasis di Inggris melakukan riset dan mengungkapkan bahwa orang-orang masa kini rata-rata menghabiskan waktu 6,5 – 8 jam per hari untuk beraktivitas dengan smartphonenya. Nah dari aktivitas menggunakan smartphone tersebut bisanya kita membuka media social entah you tube, instagram, facebook dan sebagainya. Dimana sering kita mlihat hasil hasil dari pencapaian orang lain, sahabat, bahkan teman kita yang sudah berhasil mulai dari karirnya, finansial yang memadai dan stabil, sudah memiliki pasangan hidup sedangkan kita belum mendapatkan apa apa…

Hal kaya gini nih yang mungkin saat ini kalian rasakan, terus gimana cara mengatasinya? Setelah aku cari cari ternyata Gaada cara untuk mengatasi atau keluar dari QLC ini. Tapi kabar baiknya, semakin kita bertambah tua, kita akan semakin sadar, “it is not a big crisis in life” QLC itu cuman bagian dari hidup.

QLC itu sama dengan kaya Titik start kehidupan, QLC itu kaya main game, dari level yang easy tiba-tiba loncat ke level yang very hard dan dikasih bos terakhir. Pada intinya kita harus cari tau sendiri gimana caranya karena jalan hidup setiap orang berbeda-beda. Kalian gak perlu hidup berdasarkan standard dari orang lain.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Rusydi Afdillah Fajri -2I

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler