x

Ilustrasi Politisi. Image oleh Wokandapix di Pixabay.com

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 11 Februari 2022 09:43 WIB

Imunitas untuk Melindungi Ketidakarifan

Dengan alasan sedang menjalankan tugas dan fungsinya sebagai anggota parlemen, apakah ia kemudian bebas mengatakan apapun yang ia sukai, tanpa memikirkan dampaknya terhadap masyarakat di luar gedung DPR?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Ini cerita bukan tentang ilmu kebal, melainkan mengenai kekebalan sebagian orang dari aturan-aturan buatan manusia sendiri. Kekebalan ini dibuat oleh manusia dengan cara menyusun aturan-aturan lain agar mereka tidak terikat oleh aturan terdahulu. Karena itu, mereka yang membikin aturan akan lebih beruntung dibanding mereka yang tidak boleh membikin aturan.

Kekebalan ini menyerupai keistimewaan, semacam hak istimewa yang membedakan perlakuan atas sebagian orang dibandingkan sebagian lainnya. Kekebalan ini membuat sebagian orang terbebas dari tanggungjawab tertentu. Karena sebagian orang lainnya tidak memiliki kekebalan sejenis, mereka tidak akan terbebas dari tanggungjawab serupa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Misalnya, kekebalan diplomatik. Seorang diplomat yang ditugaskan di suatu negara memiliki kekebalan hukum dari tuntutan aparat negara tempat ia bertugas. Paling-paling ia diusir dari negara tempat ia bertugas. Contoh lain yang mutakhir ya anggota DPR yang kebal dari aturan tertentu sebab dinyatakan sedang menjalankan tugasnya.

Di satu sisi, aturan kekebalan itu mungkin membuat anggota DPR tidak takut atau cemas saat melontarkan pendapat dalam rapat-rapat parlemen, internal maupun dengan pihak lain. Namun, di sisi lain, jika anggota ini tidak arif bijaksana, ia akan serampangan saja melontarkan pendapat, padahal itu berpotensi membuat pihak lain—dalam hal ini masyarakat luas—merasa diperlakukan tidak semestinya.

Dengan alasan sedang menjalankan tugas dan fungsinya sebagai anggota parlemen, apakah ia kemudian bebas mengatakan apapun yang ia sukai, tanpa memikirkan dampaknya terhadap masyarakat di luar gedung DPR?

Lantaran itulah, imunitas buatan manusia agar bebas dari tanggungjawab sosial-politik-hukum mesti disertai dengan kearifan. Setiap keistimewaan maupun kekuasaan mesti dibarengi kearifan agar tidak digunakan sesuka hati pemegangnya. Seseorang yang diberi imunitas buatan manusia mesti membekali dengan kearifan bahwa keistimewaan, kekuasaan, maupun kekebalan yang dititipkan kepadanya berpotensi melukai orang lain bila digunakan secara tidak arif.

Orang yang diberi imunitas buatan manusia sendiri harus mampu bersikap arif, bukan kemudian merasa boleh berkata, bersikap, dan bertindak apa saja. Perumpamaan Jawa ngono yo ngono mengandung kearifan, yang lebih mudah dimaknai melalui contoh. Misalnya, jika kamu orang kaya, ya gak perlulah pamer kekayaan sementara tetangga hidup kekurangan, toh orang lain sudah tahu kalau kamu kaya.

Jika kamu orang pintar, ya gak perlu pamer kepintaran, sementara teman-temanmu belajar keras tapi tak kunjung paham. Jika kamu punya kekuasaan, ya gak perlulah unjuk kekuasaan atau sok berkuasa. Itulah kearifan secara sederhana.

Janganlah kemudian kekebalan digunakan untuk berlindung dari jangkauan sanksi. Mungkin secara hukum dan politis, mereka kebal berkat aturan yang disusun sendiri. Namun, secara sosial, rakyat menyaksikan betapa imunitas yang tidak digunakan secara arif akan melukai perasaan keadilan rakyat banyak. Repotnya lagi, kemudian disusunlah alasan dan argumentasi yang mengesankan bahwa rakyat dianggap tidak mengerti tentang apa yang sedang terjadi. <<

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu