x

Iklan

yuanita widiastuti

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 November 2021

Sabtu, 19 Februari 2022 11:25 WIB

Bahasa Indonesia Baik dan Benar dalam Perspektif Pragmatik

Bahasa adalah hal fundamental yang harus terus dipelajari. Bahasa dapat memberikan gambaran identitas dari seseorang. Setiap manusia tidak akan lepas dari bahasa. Ia melekat dan digunakan dalam keseharian. Tidak heran, keterampilan berbahasa menjadi kompetensi penting terus dipelajariUrgensi bahasa bagi kehidupan manusia tidak perlu dipertanyakan lagi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ungkapan “Kadar intelektual seseorang diukur dari cara ia menggunakan bahasa” telah memberikan pesan mendalam bagi kita (Widiastuti, 2021: 4). Bahasa adalah hal fundamental yang harus terus dipelajari. Bahasa dapat memberikan gambaran identitas dari seseorang. Setiap manusia tidak akan lepas dari bahasa. Ia melekat dan digunakan dalam keseharian. Tidak heran jika keterampilan berbahasa menjadi kompetensi penting yang dipelajari dari tingkatan pendidikan terendah (Sekolah Dasar). Jelaslah bahwa urgensi bahasa bagi kehidupan manusia tidak perlu dipertanyakan lagi.

Berdasarkan pengertian secara leksikal, bahasa merupakan lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Sistem tersebut digunakan oleh masyarakat dalam melakukan kerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Selain itu bahasa juga memiliki pengertian perkataan yang baik, tingkah laku yang baik atau sopan santun. Selanjutnya bahasa hadir sebagai  bentuk persoalan yang selalu hangat untuk dikaji.

Salah satu kajian bahasa yang menarik untuk diulas adalah sudut pandang filsafat. Filsafat merupakan aktivitas yang bertitik pada akal pikiran manusia dengan tujuan menemukan kearifan hidup, menemukan realitas dan hakikat, serta mengungkap hal yang tersimpan dalam sebuah realitas. Perspektif pragmatik adalah salah satu kajiannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Telaah pragmatik merupakan kajian pengunaan bahasa dalam melakukan komunikasi yang selaras dengan konteks situasi. Jazeri dan Sukarsono (2001; 15) mengungkapkan bahwa pragmatik merupakan ilmu bahasa yang mempelajari tentang penggunaan bahasa serta konteksnya dalam masyarakat. Kesesuaian konteks bahasa dengan penggunaannya tersebut dipengaruhi oleh perkembangan kebudayaan dalam masyarakat. Halliday dalam Tarjana (2016) juga menyatakan pendapat yang sama. Penggunaan bahasa tidak dapat terlepas dari konteks situasi.

Kajian pragmatik membutuhkan aspek pemahaman kebahasaan. Pemahaman aspek kebahasaan tersebut dapat dikaji dengan menelaah tiga fungsi sistemik kebahasaan. Fungsi sistemik tersebut terdiri dari interpersonal, ideasional, dan tekstual.

Fungsi interpersonal berkaitan erat dengan proses membentuk dan memelihara hubungan antara masyarakat yang berkomunikasi. Fungsi ideasional menekankan pada terminologi masing-masing bidang bahasa. Fungsi tekstual berkaitan dengan aspek penggunaan bahasa baik lisan, tulis, lisan tulis, ataupun tulis lisan. Mari kita kaji bersama tiga fungsi sistemik tersebut.

Interpersonal yang menekankan fungsinya pada hubungan komunikasi antara penutur dan petutur, dapat dicermati dengan melihat adanya keanekaragaman bahasa yang digunakan berdasarkan dekat atau tidaknya hubungan dari orang yang berkomunikasi. Contohnya pada hubungan siswa dan guru. Ketika siswa menyampaikan keinginannya untuk menunda pengumpulan tugas kepada guru dengan menyampaikan kalimat “Tugas menulis cerpen boleh dikumpulkan minggu depan ya Bu?” Lalu sang guru merespon dengan jawaban “Wah tidak boleh, harus tepat waktu, dikumpulkan minggu ini ya!”

Jawaban guru tersebut kemudian direspon kembali oleh siswa dengan komentar “Baik Bunda”. Perubahan dari sebutan kata Bu menjadi Bunda menunjukkan kepatuhan dari siswa terhadap gurunya. Hal tersebut menunjukkan pemahaman siswa tentang kewajibannya untuk dapat menyesuaikan diri seperti tuntutan pandangan pragmatik dalam hal budaya berbahasa. Hal tersebut ditandai dengan munculnya pergeseran informal menuju formal. Maka dalam hal ini, siswa sebagai penutur bahasa memiliki kesadaran akan bentuk bahasa yang dipilih.

Selanjutnya fungsi ideasional yang berangkat dari wawasan atau pengiriman pesan bagi anggota masyarakatnya. Poin penting pada telaah ini adalah tentang kata “masyarakatnya” yang memiliki pengertian masyarakat tertentu yang bisa berarti lingkungan, daerah, atau komunitas tertentu. Maka bahasa yang dipergunakan sarat dengan istilah-istilah pada bidang tersebut yang mungkin bisa jadi tidak dapat dipahami oleh orang awam. Contohnya pada lingkungan pendidikan. Bagi guru, istilah kurikulum, silabus, RPP, dan merdeka belajar adalah istilah yang dapat dipahami. Namun tidak demikian dengan masyarakat yang tidak berada dalam lingkungan pendidikan, mereka asing dengan istilah tersebut.

Fungsi ketiga adalah tekstual. Fungsi tekstual menyajikan bentuk atau susunan wacana yang sesuai dengan situasi. Hal tersebut bisa berbentuk lisan, tulis, lisan tulis, ataupun tulis lisan. Penggunaan bahasa lisan dapat kita cermati pada peristiwa komunikasi yang terjadi di pasar tradisional. Bentuk wacana tulis dapat kita temui pada buku teks. Wacana lisan tulis dapat kita amati pada skrip drama, sedangkan wacana tulis lisan dapat kita cermati pada sambutan baik pidato ataupun ceramah yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Ketiga fungsi sistemik tersebut adalah tumpuan dalam perkembangan bahasa. Pada perspektif pragmatik, perspektif bahasa dipandang sebagai tindakan atau lazim disebut dengan tindak tutur.

Pemahaman bahasa dalam perspektif pragmatik seharusnya tidak dititikberatkan pada tindak tutur yang tersurat namun juga pada tindak tutur yang tersirat atau biasa disebut dengan implikatur. Idealnya implikatur tersebut turut serta dikomunikasikan. Apabila dikomunikasikan maka proses komunikasi dapat berjalan dengan baik. Maka dalam penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi perlu dilakukan adanya kerjasama. Prinsip kerjasama tersebut harus memenuhi empat hal yang termuat dalam bidal kuantitas, bidal kualitas, bidal relevansi, dan bidal cara.

Bidal kuantitas menekankan pada informasi yang disampaikan tepat, tidak kurang atau tidak lebih. Bidal kualitas menekankan pada penyampaian informasi yang benar dan penutur memiliki bukti kebenarannya. Bidal relevansi menekankan pada kesesuaian informasi dengan topik pembicaraan, sedangkan bidal cara menekankan pada informasi yang harus disampaikan secara jelas dan tidak samar-samar ( Versheuren dalam Tarjana. 2016).

Peristiwa tutur tentang pemesanan nasi goreng berikut bisa menjadi contoh analisis pragmatik dalam berbahasa.

Pembeli           : Pak, saya pesan nasi goreng spesial 1 porsi untuk dibungkus.

Penjual      : Baik Kak, mohon ditunggu.

Peristiwa tutur tersebut sangat informatif dan telah memenuhi empat bidal. Bidal kuantitas sangat jelas yaitu memesan satu porsi nasi goreng varian spesial untuk dibungkus. Bidal kualitas terpenuhi terbukti dengan informasi yang dapat saling dipahami oleh penjual dan pembeli. Bidal relevansi terpenuhi karena sesuai dengan topik yaitu pembeli memesan nasi goreng kepada penjual nasi goreng. Bidal cara juga terpenuhi karena menggunakan sapaan yang bisa saling dipahami yaitu “Pak” dan “Kak”. Apabila kita cermati, contoh peristiwa tersebut adalah sebuah gambaran peristiwa tutur dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Topik bahasa Indonesia baik dan benar sebenarnya hingga saat ini sering menjadi pembicaraan yang penuh dengan perdebatan. Masyarakat sering memberikan sekat pada persoalan ini. Seolah bahasa Indonesia baik dan benar adalah milik masyarakat tertentu. Tidak perlu menyulitkan masyarakat dengan persoalan prinsip baik dan benar. Padahal sebagai masyarakat asli Indonesia yang memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang diikrarkan pada Sumpah Pemuda, bahasa Indonesia seharusnya dapat dirawat dan dilestarikan oleh masyarakat.

Perpres nomor 63 tahun 2019 pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa Bahasa Indonesia harus memenuhi kriteria baik dan benar. Hal tersebut sesungguhnya telah memberikan pesan kepada kita sebagai warga negara Indonesia untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Bahasa yang baik adalah bahasa yang dipergunakan sesuai dengan situasi dan kondisi. Bahasa yang benar merupakan bahasa yang sesuai dengan kaidah atau aturan kebahasaan.

Pemahaman bersama tentang dua konsep ini perlu diberikan penjelasan secara gamblang. Contoh sederhana saat kegiatan pembagian raport kepada wali murid misalnya. Saat seorang guru memberikan raport kepada wali murid, tidak mungkin seorang guru mengatakan “ Ini raport anakmu, silakan dibawa”. Kalimat tersebut tidak cocok dengan situasi atau keadaan formal dalam pembagian raport kendati kalimat tersebut benar secara struktur kebahasaan. Alasannya tentu jelas, kata “anakmu” mencerminkan kata yang tidak pantas diucapkan kepada wali murid. Hal ini berkebalikan dengan teori kesantunan tentang fenomena kepatutan berbahasa dalam telaah pragmatik. Bentuk kepatutan berbahasa seharusnya dapat diselaraskan dengan konteks yang ada. Kalimat tersebut seyogyanya dapat diubah dengan kalimat yang memiliki kesan lebih santun misalnya “Ini raport putri Ibu, silakan dibawa”.

Demikian pula pada kalimat yang diucapkan oleh guru kepada siswa “Tolong Nak, bawakan buku itu, amat berat sekali soalnya”. Kalimat tersebut sesungguhnya baik, namun tidak benar dari aspek kaidah kebahasaan. Kalimat dengan penggunaan kata amat berat sekali adalah bentuk kalimat tidak efektif atau dengan kata lain pemborosan kata. Bidal cara pada kalimat tersebut tidak terpenuhi. Informasi yang disampaikan oleh guru samar-samar tentang kata amat berat sekali yang seolah memberikan gambaran buku tersebut sesungguhnya tidak dapat diangkat dengan mudah.

Peristiwa lain yang sering terjadi, saat sedang memesan makanan misalnya, kita sering berkata “Saya nasi goreng, Mas” ketika memesan makanan di warung. Apabila ditelaah, sebenarnya hal tersebut sangatlah aneh. Bisa jadi, respon yang muncul dari pelayan adalah “Saya baru tahu Anda nasi goreng, saya kira manusia” (walau mungkin respon ini muncul dalam pikirannya). Hal tersebut terjadi karena tidak terpenuhinya fungsi sistemik dan empat bidal dalam prinsip kerjasama.

Fungsi sistemik dan prinsip kerjasama dalam penggunaan bahasa  perspektif pragmatik memberikan gambaran jelas bahwa bahasa Indonesia baik dan benar berkaitan erat dengan konsekuensi kegunaannya. Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Kadangkala dalam berbahasa Indonesia masyarakat cenderung memperhatikan aspek “baik” yang berarti sesuai dengan situasi dan kondisi (Utorodewo dalam Yudhistira, 2020). Padahal aspek “benar” juga berkaitan dengan struktur dan logika bahasa.

Berdasarkan analisis yang telah dikemukakan pada ulasan sebelumnya. Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat memenuhi empat bidal prinsip kerjasama dalam peristiwa komunikasi. Hal tersebut menghasilkan terjadinya penyampaian informasi secara efektif dan mampu menciptakan suasana percakapan yang wajar. Bahasa Indonesia baik dan benar perspektif pragmatik memiliki konsekuensi kegunaan dan kebermanfaatan dalam kehidupan manusia. Bahasa Indonesia baik dan benar memudahkan masyarakat untuk berkomunikasi.

Peristiwa tutur dengan prinsip bahasa Indonesia baik dan benar adalah kejelasan pragmatik dengan kadar paling tinggi yang dapat menjamin komunikasi berjalan dengan lancar dan efektif. Maka dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia baik dan benar adalah kejelasan pragmatik dalam tataran tertinggi pada peristiwa komunikasi.

 

Daftar Pustaka

Jazeri dan Sukarsono. 2021. Pragmatik Kajian Teori dan Implementasi. Tulungagung: Akademia Pustaka.

Tarjana, Sri Samiati. 2016. PENGGUNAAN BAHASA DALAM PERSPEKTIF PRAGMATIK DAN IMPLIKASINYA BAGI PENINGKATAN KUALITAS GENERASI MUDA DI INDONESIA. UNS Library.

Widiastuti, Yuanita. 2021. Saber Pungli, Trik Mudah Menulis Artikel. Jawa Tengah: Inthisharpublishing.

Yudhistira. 2020. Pragmatik. Diunduh tanggal 14 Oktober 2021 dari https://narabahasa.id/linguistik-umum/pragmatik/bahasa-yang-baik-dan-benar.

 

Penulis adalah Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Kraksaan dan Saat Ini sedang Menempuh Program Magister Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Islam Malang

Ikuti tulisan menarik yuanita widiastuti lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu