x

Gambar berdasarkan teks

Iklan

Mahdum Ibrahim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 Mei 2022

Rabu, 11 Mei 2022 07:07 WIB

Menelisik Makna Puisi “Di Restoran” Karya Sapardi Djoko Damono

Artikel ini memaknai sebuah puisi dari Sapardi Djoko Damono yang berjudul "Di Restoran" yang terkumpul dalam kumpulan puisi "Hujan Bulan Juni".

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Puisi adalah sarana yang paling sesuai untuk mengungkapkan keadaan hati, dan memang dalam sastra modern Indonesia dan dalam tradisi puisi barat, sajak yang menyatakan perasaan merupakan gejala yang penting. Akan tetapi, sajak memberi kemungkinan isi yang jauh lebih luas: selain mengungkapkan perasaan, misalnya, juga menggambarkan suatu kesan, melukiskan suatu situasi, suatu pengamatan, pujian, keluhan, dan pemikiran filsafat atau umum, Jan Van Luxemburg (1991 : 73).

Sapardi Djoko Damono atau akrab disapa dengan Eyang Sapardi sudah banyak menerbitkan sebuah karya sastra berupa puisi. Tahun 1994 berhasil menerbitkan Antalogi Puisi yang di tulis dari awal tahun 1964 sampai 1994, sajak-sajak tersebut berasal dari berbagai buku puisi yaitu Duka-Mu Abadi (1969), Mata Pisau (1974), Aquarium (1974), dan Perahu Kertas (1984). Di luar daripada itu terdapat sajak-sajak yang belum pernah dimuat dalam buku puisi sebelumnya, Hujan Bulan Juni di cetak beberapa kali setiap cetak terdapat berupa koreksi atau pengurangan sajak.

Puisi Di Restoran pernah dimuat dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni (2013). Puisi Di Restoran hanya terdiri dari dua bait namun puisi tersebut memiliki makna dari setiap lariknya yang begitu mendalam. Sehingga para pembaca heran dan bingung sekaligus bertanya-tanya dengan apa yang di maksud dari setiap lariknya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dilihat dari judul yang ditulis yaitu Di Restoran di mana yang sama-sama diketahui Restoran adalah Rumah Makan yang mewah dan hanya orang-orang kalangan menengah ke atas yang dapat mengunjunginya. Pada umumnya restoran menyajikan berbagai macam menu makanan dan minuman, namun dalam puisi tersebut berbeda dengan Restoran pada umumnya yang menyajikan makanan dan minuman. Melainkan menyajikan ilalang panjang dan bunga rumput seperti yang terdapat pada bait pertama larik kedua “kita berdua saja duduk aku memesan” “ilalang panjang dan bunga rumput”. Pada larik pertama menjelaskan bahwa peran dalam puisi ini sedang berdua atau dapat disebut sedang berkencan, sedangkan pada larik kedua peran memesan ilalang panjang di mana yang kita ketahui bahwasanya ilalang panjang merupakan tanaman yang sangat merugikan bagi orang lain. Kemudian peran tersebut juga memesan bunga rumput yang di mana dapat diketahui bahwa bunga rumput tidak menarik seperti bunga lainnya dan sering dijumpai dimana-mana.

Pada larik ketiga “kau entah memesan apa” menggambarkan bahwa peran tersebut tidak mengetahui apa yang ingin di pesan oleh teman kencannya. Pada larik keempat “aku memesan batu di tengah sungai terjal yang deras” peran tersebut dalam larik ini memesan batu, batu dapat digambarkan sebagai sesuatu yang keras dan sungai terjal yang berarti sedang berada dalam kesulitan hidup.

Pada bait kedua larik kelima “kau entah memesan apa” larik tersebut adalah larik pengulangan dari larik ketiga di mana larik tersebut memberikan arti bahwa peran tersebut benar-benar tidak mengetahui teman kencannya melakukan tindakan apa. “tapi kita berdua saja duduk” merupakan larik keenam, masih pengulangan dalam larik yang pertama.

“aku memesan rasa sakit yang tak putus dan nyaring lengkingnya” merupakan larik ketujuh pada bait kedua makna tersebut berarti peran sangat merasakan sakit yang begitu mendalam dan sangat luar biasa.

Bait kedua larik kedelapan “memesan rasa lapar yang asing itu” larik tersebut bermakna bahwa peran juga memesan dan merasakan rasa yang sangat lapar, rasa lapar tersebut memiliki pesan kelangsungan hidup yang sudah tidak asing bagi peran tersebut. Sesuatu yang dipesan oleh peran tersebut dapat diamati pada larik yang terdapat pada puisi Di Restoran bukanlah pesanan atau makanan yang dijumpai pada restoran umumnya.

Dari pemaknaan tersebut dapat di sumpulkan bahwa beberapa makna setiap lariknya, restoran adalah hubungan percintaan yang orang lain belum tentu memilikinya bahwa hanya orang-orang tertentu yang dapat merasakannya. Dimanah disebutkan dalam puisi bahwa “kita berdua saja duduk” bermakna bahwa sebuah kelangsungan hidup yang dilakukan oleh pasangan.

Restoran dalam puisi menggambarkan penawaran berbagai macam pesanan, yang dimaksud dalam pesanan tersebut adalah pesanan yang ada di dalam sebuah hubungan percintaan. Peran tersebut memesan ilalang panjang dan bunga rumput bermakna bahwa peran tersebut merasa tidak berguna dalam hubungannya. Peran tersebut juga tidak pernah mengetahui teman kencannya ingin memesan apa atau melakukan tindakan apa, yang berarti cintanya mengalami bertepuk sebelah tangan.

Pernyataan tersebut diperjelas dalam pesanan restoran yaitu peran tersebut mengalami kesedihan kegelisahan bahkan rasa sakit, namun sosok peran terebut tetap kuat seperti batu yang berada disungai terjal tetap bertahan walaupun derasnya arus yang menghantam kepada sosok tersebut

Daftar Pustaka

Luxemburg, Dkk. 1991. Tentang Sastra, (Jakarta: Intermasa).

Djoko Damono, Spardi 2015. Hujan Bulan Juni, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama).

Ikuti tulisan menarik Mahdum Ibrahim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler