
ilustr: ACR
Rabu, 18 Mei 2022 12:58 WIB
Seperti Air Mengalir
Manusia akan selalu menghadapi tantangan jamannya. Ada ancaman, tantangan, hambatan, kendala, gangguan. Maka selain ketrampilan teknis ada lagi faktor lain yang elbih penting yaitu seikap mental yang pantang menyerah. Bagaimana paparannya.Silahkan ikuti terus.
Dibaca : 878 kali
Oleh: Seperti Air Mengalir
Apakah Anda pernah mendengar frasa mbanyu mili ?
Anda yang tidak paham bahasa Jawa mungkin mengira frasa tersebut berasal dari bahasa Italia. Banyu dalam bahasa Jawa artinya air. Mili artinya air mengalir. Jadi artinya air mengalir. Imbuhan m dalam kata banyu mengeser sedikit artinya, menjadi seperti air mengalir. Apa maksudnya? Mari kita bahas.
Frasa mbanyu mili adalah ungkapan semangat hidup orang Jawa yang pantang menyerah. Leluhur Jawa menganjurkan anak cucunya untuk meniru air mengalir. Kehidupan harus seperti air mengalir. Apa sifat air mengalir? Pantang berhenti. Ia bersemangat terus tapi luwes. Ketika air bertemu batu maka ia akan menyibak. Ia akan mencari jalan lain atau mengalir di sisi batu. Manakala air mengalir bertemu bendungan ia akan berhenti memang tapi ketika ketinggiannya sudah melebihi bendungan ia akan tumpah lagi. Bahkan bisa jadi bendungan itu jebol, ambyar semuanya.
Idealnya manusia juga demikian. Tatkala kendala menghadang kita harus mencari jalan lain. Mungkin di tahap awal jalan lain itu belum tampak tapi nanti pasti akan muncul asal jangan berhenti mengalir. Lihatlah sejarah Indonesia. Dulu di jaman penjajahan jalan menuju kemerdekaan belum kelihatan. Nenek moyang kita sudah beberapa kali berupaya mengusir penjajah tapi selalu gagal. Untung Suropati, Diponegoro, Pattimura, Hasanuddin, Cut Nyak Dien, Imam Bonjol dll kalah semua.
Tapi nenek moyang kita terbukti orang yang gigi dan pantang menyerah. Di awal abad keduapuluh para perintis kemerdekaan tetap berjuang. Akhirnya jalan itu ada juga. Ketika pecah perang dunia kedua kesempatan merdeka itu muncul.
Setelah merdeka masalah kita masih tetap banyak. Masyarakat Indonesia masih belum maju. Pendidikan masih rendah. Ekonomi masih lemah. Tapi bersama berjalannya waktu semuanya semangkin baik. Pendidikan masyarakat makin maju. Demikian juga ekonomi makin kuat.
Dulu di dasawarsa 80’an ada istilah negara dunia pertama, dunia kedua dan dunia ketiga. Negara yang masuk dalam ketegori dunia pertama adalah negara negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa Barat, Jepang dan Australia. Negara dunia kedua adalah negara negara komunis seperti Uni Soviet, Eropa Timur, Kuba dll. Negara dunia ketiga adalah negara berkembang di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Sekarang istilah itu sudah tidak dipakai lagi karena negara negara Asia sudah maju pesat. Cina sudah menjadi adi daya. Sebentar lagi India akan menyusul. Negara negara Asia Tenggara juga maju pesat. Bahkan beberapa negara Afrika juga maju lumayan pesat. Sebaliknya ada beberapa negara Eropa yang kedodoran.
Masih banyak lagi contoh lain. Misalnya di tingkat keluarga. Saya sering melihat sendiri keluarga yang awalnya prihatin kemudian mendapat kemajuan pesat. Anak anaknya mendapat pendidikan baik dan pekerjaan baik. Di waktu lebaran keberhasilan anak anak mereka nampak nyata. Tidak sedikit mobil bagus dari kota besar berseliweran di kota kota kecil lalu parkir di rumah sederhana orang tuanya. Selain itu, banyak anak anak yang sudah sukses di kota besar lalu membangunkan rumah orang tuanya.
Manusia memang harus selalu mbanyu mili, alias meniru air mengalir, tanpa henti, pantang menyerah, dan selalu mencari jalan. Manusia harus selalu optimistik. Sejatinya sikap optimistik adalah selalu berbaik sangka kepada Allah. Selalu yakin bahwa Allah akan memberikan jalan keluar terhadap semua kesulitan asal manusia selalu berihtiar. Yakinlah everything is gonna be allright.
Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.
Suka dengan apa yang Anda baca?
Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.
22 jam lalu

Pendidikan Islam Sangat Berpengaruh Terhadap Karakter Siswa
Dibaca : 133 kali
18 jam lalu

Trias Politika, antara Kedaulatan Rakyat dan Kedaulatan Tuhan
Dibaca : 180 kali
22 jam lalu

Dualisme Penerbitan Sertifikasi Wartawan antara Dewan Pers dengan LSP Pres Indonesia
Dibaca : 140 kali
1 hari lalu

Pidato Kebudayaan Profesor Salim Said pada Hari Sastra Indonesia 2022
Dibaca : 229 kali
3 hari lalu

Novela Seno Gumira Ajidarma: Suara Hati Seorang Pelacur
Dibaca : 2.279 kali
4 hari lalu

Apresiasi juga Dengki Iringi Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia
Dibaca : 1.053 kali
5 hari lalu

Pendidikan Jarak Jauh Ketlisut dan Raib dari Draft RUU Sisdiknas?
Dibaca : 771 kali
2 hari lalu

Penguatan Profil Pelajar Pancasila melalui Projek dalam Kurikulum Merdeka
Dibaca : 556 kali
Kamis, 30 Juni 2022 13:49 WIB
