Analisis Trend Positif dan Negatif Sosial Media Pasca Naiknya Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)

Senin, 6 Juni 2022 16:58 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki ketersediaan sumber daya (resources) yang memadai dan layak didayagunakan, baik itu berupa sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya teknologi. Dikaji dari sisi sumber daya alam yang tersedia, Indonesia patut bersyukur.

Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki ketersediaan sumber daya (resources) yang memadai dan layak didayagunakan, baik itu berupa sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya teknologi. Dikaji dari sisi sumber daya alam yang tersedia, Indonesia patut bersyukur. Salah satu hasil alam yang potensial adalah minyak bumi, ini artinya hasil alam berupa minyak bumi jika dikelola dan didayagunakan secara baik dan optimal akan menjadikan negara ini sebagai pengekspor neto (net exporter).

Akan tetapi apa yang terjadi di lapangan, bahwa sebaliknya Indonesia belum mampu mendayagunakan sumber daya alamnya, khususnya minyak bumi secara baik. Hal ini dikarenakan masih lemahnya effort sumber daya manusia yang berkepentingan dalam melakukan pengelolaan dan mendayagunakan sumber daya minyak bumi tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Krisis BBM yang terjadi di negara Indonesia, yang diindikasikan oleh kesulitan masyarakat dalam mendapatkan BBM dan ditandai pula dengan adanya kenaikan harga BBM yang signifikan, sesungguhnya membebani kehidupan rakyat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Kementerian ESDM mencatat BBM Pertalite adalah BBM jenis bensin/premium yang paling banyak digunakan sepanjang 2021 dengan volume mencapai 23 juta kilo liter. Jumlah tersebut sekitar 79% dari total konsumsi BBM jenis bensin yang juga mencakup Pertamax, Pertamax Turbo, dan Premium.

Berdasarkan Statistik dalam Sosial Media Twitter terdapat 169 pesan terkait naiknya harga BBM dan 147 poster unik dengan 10 poster teratas. Pesan terebut diunggah pada tanggal 15 April 2022 – 23 April 2022. Secara umum masih banyak masyarakat Indonesia yang berpikiran nominalis, dimana menghitung daya beli berdasarkan pada pendapatan yang mereka terima.

Sebagai contoh jika pendapatan mereka meningkat, maka beranggapan bahwa daya beli mereka meningkat tanpa memperhatikan nilai pendapatan itu sendiri. Kondisi ini disebut sebagai golongan masyarakat nominalis. Dalam kondisi krisis yang berkepanjangan seperti yang dialami di negara Indonesia ini, kelompok masyarakat nominalis tersebut tentunya akan mengalami kesulitan ekonomi.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Nico Indrawardana

Sarjana Terapan Administrasi Negara Universitas Negeri Surabaya

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler