x

Iklan

Dr. M. Agung Rahmadi, S.Sos., M.Si. Kons.

Psikolog
Bergabung Sejak: 29 Mei 2022

Rabu, 8 Juni 2022 07:28 WIB

Analisis Kritis Hutang Indonesia, Komparasi Hutang Rezim Orde Baru dan Pemerintah Jokowi

Analisis Kritis Hutang Indonesia oleh Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Masalah Indonesia terkait hutang sehingga negara ini tidak berkata pada yang dihutangi gue ga mau bayar hutang, sebab nilai tawar diplomasi Indonesia dengan negara yang memberi hutang adalah rendah, bila Indonesia berada dalam posisi yang sama dengan Jerman era Hitler yang berhutang pada Unisoviet tentu Indonesia dapat semena-mena berkata kalau saya tidak bayar hutang anda mau apa?, mau perang!.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si.


Mengapa nilai mata uang Indonesia tinggi di zaman Soeharto kemudian hancur? Sebab ia hutang dengan dollar yang di konversi menjadi rupiah. Ini yang menyebabkan nilai mata uang rupiah surplus di awal-awal hutangnya dan kolaps saat pelunasan hutangnya. Terjadi gagal bayar akibat program swasembada yang gagal akibat maraknya tengkulak. Puncaknya adalah saat krisis moneter, sebab negara tetap "mengeprint" uang moneter dengan jumlah yang sama sedangkan uang sesungguhnya cadangan emas BI kandas, maka kertas tinggallah kertas yang tidak ada bernilai.

Sedangkan kebijakan hurang Presiden Jokowi bukanlah mengkonversi yuan menjadi rupiah, tapi mengkonversi menjadi infrastruktur. Cata membayarnya adalah dari hasil keuntungan pemanfaatan infrastruktur yang dibangun. Itu sebabnya nilai rupiah tidak naik-naik bahkan anjlok. Sebab Jokowi tidak hutang emas tapi hutang infrastuktur. Keuntungan yang dibagi dari hasil keuntungan sewa infrastruktur. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terdapat dua hal, bila infrastruktur disewa oleh pemegang rupiah artinya peredaran emas Indonesia akan dikuras Cina via infrastruktrur. Sedangkan bila infrastruktur disewa oleh pemegang mata uang asing artinya mata uang asing tersebut harus dikonversi menjadi rupiah dan kemudian dibagi hasil sahamnya sebagian keuntungan dari rupiah menjadi yuan.

Anjloknya nilai tukar rupiah dengan emas kini pun bukan berkat hutang negara tapi importir oleh imigran Cina kita yang semakin menjadi-jadi via marketplace Alibaba. Dan tentu saja juga karena kegagalan negara menggalakkan ekspor dan mengurangi impor dengan substitusi produk impor.

Berikutnya, masalah rupiah adalah tentang pembayaran sewa infrastruktur Cina yang sama dengan impor. Masalah Indonesia yang menolak membayar hutang, sebab nilai tawar diplomasi Indonesia rendah. Bila Indonesia berada dalam posisi yang sama dengan Jerman era Hitler yang berhutang pada Uni Soviet tentu Indonesia dapat semena-mena berkata, "Kalau saya tidak bayar hutang anda mau apa, mau perang?"

 

Ikuti tulisan menarik Dr. M. Agung Rahmadi, S.Sos., M.Si. Kons. lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB