x

Ilustrasi kejahatan di dunia maya. Imaji oleh S. Hermann \x26amp; F. Richter di Pixabay

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Rabu, 8 Juni 2022 12:41 WIB

Hakekat Itu Tidak Kasat Mata

Mata raga saja hanya mampu melihat puncak gunung es. Masih ada bagian tersembuni yang hanya bisa dilihat dengan mata nalar dan mata hati. Ikuti terus.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hakikat Itu Tidak Kasat Mata

 

Bambang Udoyono, penulis buku

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

L’essentiel est invisible pour les yeux.  Esensi (hakikat) itu tidak kasat mata.  Itulah terjemahan kalimat mutiara dari penulis kondang asal Prancis Antoine de Saint Exupéry dalam bukunya “Le Petit Prince”  (Pangeran kecil).   Mari kita bahas.

 

Realitas sosial ekonomi politik budaya memang sangat rumit, sangat banyak tali temalinya.  Demikian juga realitas fisik.  Sedangkan di perguruan tinggi kita hanya belajar satu ilmu saja.  Kadang ada juga sih yang di pasca sarjana belajar ilmu lain.  Meskipun demikian tetap saja kemampuan kita melihat kesejatian terbatas.  Ambil contoh realitas politik seperti  perilaku pemilih.  Kejadian ini bisa diteliti dari banyak ilmu – sosiologi, politik, komunikasi, ekonomi, hukum, psikologi dll.

 

Sesungguhnya manusia memiliki tiga mata.  Mata raga, mata nalar dan mata hati.  Memakai mata nalar ini sangat ribet, sangat rumit.  Perlu waktu lama dan tenaga ekstra untuk memahami sebuah fenomena dengan memakai mata nalar.  Tidak heran hanya sebagian kecil manusia saja yang mampu mengaktifkan dan memanfaatkannya.  Mata ketiga adalah mata batin.  Tidak kalah susah juga mengaktifkan dan memakainya.  Jadi hanya sedikit juga orang yang mampu mengaktifkan dan memakainya. 

 

Orang yang mampu memiliki ketiganya – mata raga, mata nalar dan mata hati adalah manusia trinetra.  Inilah manusia langka yang sudah mampu melihat jatining kasunyatan alias kenyataan sejati. Dia sudah melihat legkap, tidak hanya puncak gunung es saja. Dia sudah memiliki banyak ilmu, maka dia sudah bisa memberi banyak manfaat kepada masyarakatnya. Dia mampu mencerahkan masyarakat dengan ilmunya dan amalnya. 

 

Pertanyaannya bagaimana cara mencapai tingkat itu?  Paparannya panjang.  Intinya kita harus melakukan olah pikir dan olah batin agar ketiga mata kita terbuka.  Selain mata raga, mata nalar, dan  mata batin juga.

 

Kemampuan melihat hakikat ini sangat penting agar Anda tidak terkecoh dengan orang dan peristiwa.  Dalam bahasa Indonesia ada peribahasa ‘Serigala berbulu domba’.  Artinya orang yang sejatinya jahat tapi dia lihai sekali menyembunyikan dengan tata krama yang sangat baik.  Dia mampu berbicara dan bertindak dengan sopan santun sehingga disukai banyak orang.  Kalau hati sudah suka maka keburukannya tidak terlihat.  Tidak heran banyak orang yang terkecoh, bahkan tertipu baik dalam kehidupan pribadi, bisnis atau politik.   Mungkin Anda pernah melihat sendiri atau bahkan mengalami sendiri.  Orang yang semula dikira baik ternyata kemudian terbukti sebaliknya.  Seorang penulis berkebangsaan Jepang bernama Harumi Murakami punya kalimat mutiara begini. “Kadang bukan orangnya yang berubah, tapi topengnya jatuh”.  Tatakrama, basa basi memang ibarat topeng, yang bisa menyembunyikan wajah asli seseorang.

 

Demikian juga peristiwa.  Banyak orang terkecoh dengan suatu peristiwa.  Tidak sedikit orang mengira sebuah peristiwa itu buruk baginya sedangkan sejatinya ada hikmah yang tersembunyi.  Misalnya sakit.  Kalau hanya dilihat sakit itu sendiri, memang hal yang buruk.  Tapi ternyata ada hikmahnya yaitu mengurangi dosa.  Demikian juga setback dalam kehidupan.   Pandemi yang menyebabkan banyak orang rugi atau bahkan bangkrut, ada yang kehilangan pekerjaan dsb pasti ada hikmahnya yang tersembunyi.  Di dalam Al Qur’an Allah menegaskan akan menguji manusia dengan kesulitan.   Maka manusia harus rido dan sabar agar mendapat hikmahnya. 

 

Manusia trinetra, yaitu manusia yang sudah tajam ketiga matanya tidak akan terkecoh dengan tata krama dan peristiwa.  Dia sudah bisa melihat hakikat dari semua kejadian dan solah bawa orang lain.  Ada yang datang hanya akan memanfaatkan Anda, tapi dibungkus dengan tata krama, basa basi yang sangat baik.  Ada yang datang untuk memberi manfaat.  Ada juga yang datang menjadi ujian.  Jika Anda sudah menjadi manusia trinetra maka Anda akan bisa menyikapinya dengan tepat.     Semoga ini bisa mendorong Anda mencapai tingkatan trinetra, agar Anda mampu melihat hakikat segala sesuatu.

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu