x

Ebiet G. Ade dan Adera perkenalkan lagu Untuk Kita Renungkan pada milenial. Foto/Dok.Musica Studios

Iklan

Slamet Samsoerizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Maret 2022

Kamis, 9 Juni 2022 09:35 WIB

Ebiet G. Ade Raih Penghargaan Konservasi 2022 dari UNNES

Ebiet G. Ade konsisten dengan genre musik balada dan lirik-lirik lagunya yang puitis. Dengan vokalnya yang khas, ia konsisten mengangkat potret kemanusiaan dan lingkungan dalam sejumlah lagunya secara apik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES) Prof Dr Fathur Rokhman MHum memberikan penghargaan konservasi kepada sejumlah tokoh berpengaruh. Penghargaan ini merupakan apresiasi tertinggi UNNES kepada tokoh yang telah berjasa besar terhadap pemeliharaan, pelestarian, pemulihan lingkungan.

Penghargaan yang diberikan 8 Juni 2022 saat  perayaan Dies Natalis UNNES ke 57 itu, menetapkan sejumlah tokoh yang memiliki dedikasi tinggi untuk menjaga lingkungan secara simultan. Peraih penghargaan konservasi tersebut ialah Nadiem Makariem Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Mendikbudristek RI) dan seniman Ebiet G. Ade.

Mendikbudristek menerima Anugerah Konservasi Upakarti Dharmakarya Adikarana atas dedikasi dan pemikirannya dalam mewujudkan pendidikan di Tanah Air yang lebih adaptif terhadap tantangan zaman melalui kebijakan Merdeka Belajar. Sedangkan Ebiet G. Ade menerima  Anugerah Konservasi Upakarti Adhi Bhujangga Utama sebagai salah satu legenda musik tanah air yang hampir seluruh karyanya menginspirasi untuk berbuat baik kepada sesama, kepada lingkungan, dan kepada semesta.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Menurut penilaian Panitia, karya-karya Ebiet G. Ade tidak saja memiliki nilai estetik dan musikalitas yang tinggi. Semua karya lagunya digemari masyarakat lintas generasi. Amanat yang disampaikan lewat lirik lagunya  mendorong untuk berefleksi sekaligus bertindak baik kepada lingkungan.

 

 

Prof. Dr. Fathur Rokhman,  M. Hum mengatakan tahun ini Anugerah Konservasi diberikan kepada dua tokoh yang dinilai memiliki dedikasi luar biasa melestarikan nilai-nilai konservasi pada bidangnya masing-masing. Ia menjelaskan penghargaan ini diberikan karena UNNES sepenuhnya menyadari bahwa upaya melestarikan lingkungan, seni dan budaya, serta nilai dan karakter bukanlah pekerjaan ringan.

 

“Penghargaan ini diberikan,  karena Unnes sepenuhnya menyadari bahwa upaya melestarikan lingkungan, seni dan budaya, serta nilai dan karakter bukanlah pekerjaan ringan. UNNES perlu bekerja sama, mendorong berbagai pihak, agar semua pihak turut mengamalkan nilai-nilai konservasi tersebut pada bidang kehidupan,” tambahnya.

 

 

 

 

Menurut dia, tahun 2022 ini Anugerah Konservasi diberikan kepada dua tokoh yang dinilai memiliki dedikasi luar biasa melestarikan nilai-nilai konservasi pada bidangnya masing-masing.

 

Berita kepada Kawan

Penyanyi Ebiet G Ade mendapat apresiasi atas karya-karyanya yang memiliki nilai estetik dan musikalitas tinggi, sehingga digemari masyarakat lintas generasi. Selain itu, karyanya juga dinilai mampu mendorong para pendengarnya, untuk berefleksi sekaligus bertindak baik kepada lingkungan.

 

Sementara, Ebiet G Ade merasa pemberian anugerah konservasi Upakarti Adhi Bhujangga Utama memiliki nilai lebih.

 

“Unnes memberikan penghargaan yang tentunya akan saya tempatkan sebagai penghargaan yang sangat membanggakan saya dan keluarga. Terimakasih kepada semuanya yang telah memberikan ruang untuk berkarya. Selamat Dies Natalis ke 57 saya berharap Unnes melahirkan generasi yang istimewa,” pungkasnya.

 

Berkilas balik pada perjalanan karier musiknya, pria bernama lengkap Abid Ghoffar bin Aboe Dja'far ini dikenal sebagai penyanyi dan pencipta lagu dengan banyak mengangkat tema alam, sosial, politik, dan duka derita kelompok yang terpinggirkan.

 

Dengan genre balada, ia memotret problematika kehidupan Indonesia dengan tema kemanusiaan dan alam.  Pria kelahiran Wanadadi, Banjarnegara, Jawa Tengah pada 21 April 1954 ini merupakan anak bungsu dari 6 bersaudara dari pasangan Aboe Dja'far dan Saodah.

 

Nama Ebiet G. Ade sendiri diambil dari pengalamannya saat kursus Bahasa Inggris. Salah satupengajarnyayang orang asing kesulitan memanggilnya “Abid” Ghoffar. Dengan logat bulenya, Abid selalu dipanggil Ebiet. Singkatan G. diambil dari nama keduanya yaitu Ghoffar, sedangkan “Ade” adalah inisial nama ayahnya “Aboe Dja'far”.

 

 

Lagu-lagu Ebiet melegenda karena dua hal. Selain mengambil genre musiknya dengan balada, lirik lagunya puitis dalam mengemukakan pesan yang disampaikannya. Tidak mengherankan, jika  ia dikalangan teman-temannya lebih digelari sebagai penyair ketimbang penyanyi.

Nama Ebiet G. Ade selalu mengental di ingatan penggemarnya. Lagu-lagunya sarat dengan makna  dan melegenda. Lirik-liriknya yang puitis membawa warna tersendiri bagi dunia musik Indonesia.

 

Ebiet adalah sedikit dari musisi Indonesia yang konsisten menyuarakan suara alam dan duka derita dari kelompok yang tersisih dalam lagu- lagunya. Di antara banyak lagu yang ia ciptakan dan nyanyikan sendiri, rata-rata mengandung diksi alam yang membuatnya kian memikat.

 

Selain “Berita kepada Kawan” yang ditulisnya pada 1978, empat lagu lainnya yang bersinggungan dengan tema alam dan lingkungan adalah “Doa Sepasang Petani Muda”, “Bahasa Matahari”, “Nyanyian Burung dan Pepohonan”.

 

Salah satu lirik lagu yang mengangkat namanya adalah “Berita  Kepada  Kawan” (1978). Ia berkisah tentang perjalanannya ke suatu tempatdan mendapati sosok anak yang kehilangan orang tuanya. Bencana  alam  telah merenggut semua yang dimiliki sang anak.

 

Berita kepada Kawan

 

 

Perjalanan ini

Terasa sangat menyedihkan

Sayang engkau tak duduk

Disampingku kawan

 

Banyak cerita

Yang mestinya kau saksikan

Di tanah kering bebatuan

 

Tubuhku terguncang

Dihempas batu jalanan

Hati tergetar menatap

kering rerumputan

 

Perjalanan ini pun

Seperti jadi saksi

Gembala kecil

Menangis sedih …

 

Kawan coba dengar apa jawabnya

Ketika di kutanya mengapa

Bapak ibunya tlah lama mati

Ditelan bencana tanah ini

 

Sesampainya di laut

Kukabarkan semuanya

Kepada karang kepada ombak

Kepada matahari

 

Tetapi semua diam

Tetapi semua bisu

Tinggal aku sendiri

Terpaku menatap langit

 

Barangkali di sana

ada jawabnya

Mengapa di tanahku terjadi bencana

 

Mungkin Tuhan mulai bosan

Melihat tingkah kita

Yang selalu salah dan bangga

dengan dosa-dosa

Atau alam mulai enggan

Bersahabat dengan kita

Coba kita bertanya pada

Rumput yang bergoyang

 

 

Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler