Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES) Prof Dr Fathur Rokhman MHum memberikan penghargaan konservasi kepada sejumlah tokoh berpengaruh. Penghargaan ini merupakan apresiasi tertinggi UNNES kepada tokoh yang telah berjasa besar terhadap pemeliharaan, pelestarian, pemulihan lingkungan.
Penghargaan yang diberikan 8 Juni 2022 saat perayaan Dies Natalis UNNES ke 57 itu, menetapkan sejumlah tokoh yang memiliki dedikasi tinggi untuk menjaga lingkungan secara simultan. Peraih penghargaan konservasi tersebut ialah Nadiem Makariem Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Mendikbudristek RI) dan seniman Ebiet G. Ade.
Mendikbudristek menerima Anugerah Konservasi Upakarti Dharmakarya Adikarana atas dedikasi dan pemikirannya dalam mewujudkan pendidikan di Tanah Air yang lebih adaptif terhadap tantangan zaman melalui kebijakan Merdeka Belajar. Sedangkan Ebiet G. Ade menerima Anugerah Konservasi Upakarti Adhi Bhujangga Utama sebagai salah satu legenda musik tanah air yang hampir seluruh karyanya menginspirasi untuk berbuat baik kepada sesama, kepada lingkungan, dan kepada semesta.
Menurut penilaian Panitia, karya-karya Ebiet G. Ade tidak saja memiliki nilai estetik dan musikalitas yang tinggi. Semua karya lagunya digemari masyarakat lintas generasi. Amanat yang disampaikan lewat lirik lagunya mendorong untuk berefleksi sekaligus bertindak baik kepada lingkungan.
Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum mengatakan tahun ini Anugerah Konservasi diberikan kepada dua tokoh yang dinilai memiliki dedikasi luar biasa melestarikan nilai-nilai konservasi pada bidangnya masing-masing. Ia menjelaskan penghargaan ini diberikan karena UNNES sepenuhnya menyadari bahwa upaya melestarikan lingkungan, seni dan budaya, serta nilai dan karakter bukanlah pekerjaan ringan.
“Penghargaan ini diberikan, karena Unnes sepenuhnya menyadari bahwa upaya melestarikan lingkungan, seni dan budaya, serta nilai dan karakter bukanlah pekerjaan ringan. UNNES perlu bekerja sama, mendorong berbagai pihak, agar semua pihak turut mengamalkan nilai-nilai konservasi tersebut pada bidang kehidupan,” tambahnya.
Menurut dia, tahun 2022 ini Anugerah Konservasi diberikan kepada dua tokoh yang dinilai memiliki dedikasi luar biasa melestarikan nilai-nilai konservasi pada bidangnya masing-masing.
Berita kepada Kawan
Penyanyi Ebiet G Ade mendapat apresiasi atas karya-karyanya yang memiliki nilai estetik dan musikalitas tinggi, sehingga digemari masyarakat lintas generasi. Selain itu, karyanya juga dinilai mampu mendorong para pendengarnya, untuk berefleksi sekaligus bertindak baik kepada lingkungan.
Sementara, Ebiet G Ade merasa pemberian anugerah konservasi Upakarti Adhi Bhujangga Utama memiliki nilai lebih.
“Unnes memberikan penghargaan yang tentunya akan saya tempatkan sebagai penghargaan yang sangat membanggakan saya dan keluarga. Terimakasih kepada semuanya yang telah memberikan ruang untuk berkarya. Selamat Dies Natalis ke 57 saya berharap Unnes melahirkan generasi yang istimewa,” pungkasnya.
Berkilas balik pada perjalanan karier musiknya, pria bernama lengkap Abid Ghoffar bin Aboe Dja'far ini dikenal sebagai penyanyi dan pencipta lagu dengan banyak mengangkat tema alam, sosial, politik, dan duka derita kelompok yang terpinggirkan.
Dengan genre balada, ia memotret problematika kehidupan Indonesia dengan tema kemanusiaan dan alam. Pria kelahiran Wanadadi, Banjarnegara, Jawa Tengah pada 21 April 1954 ini merupakan anak bungsu dari 6 bersaudara dari pasangan Aboe Dja'far dan Saodah.
Nama Ebiet G. Ade sendiri diambil dari pengalamannya saat kursus Bahasa Inggris. Salah satupengajarnyayang orang asing kesulitan memanggilnya “Abid” Ghoffar. Dengan logat bulenya, Abid selalu dipanggil Ebiet. Singkatan G. diambil dari nama keduanya yaitu Ghoffar, sedangkan “Ade” adalah inisial nama ayahnya “Aboe Dja'far”.
Lagu-lagu Ebiet melegenda karena dua hal. Selain mengambil genre musiknya dengan balada, lirik lagunya puitis dalam mengemukakan pesan yang disampaikannya. Tidak mengherankan, jika ia dikalangan teman-temannya lebih digelari sebagai penyair ketimbang penyanyi.
Nama Ebiet G. Ade selalu mengental di ingatan penggemarnya. Lagu-lagunya sarat dengan makna dan melegenda. Lirik-liriknya yang puitis membawa warna tersendiri bagi dunia musik Indonesia.
Ebiet adalah sedikit dari musisi Indonesia yang konsisten menyuarakan suara alam dan duka derita dari kelompok yang tersisih dalam lagu- lagunya. Di antara banyak lagu yang ia ciptakan dan nyanyikan sendiri, rata-rata mengandung diksi alam yang membuatnya kian memikat.
Selain “Berita kepada Kawan” yang ditulisnya pada 1978, empat lagu lainnya yang bersinggungan dengan tema alam dan lingkungan adalah “Doa Sepasang Petani Muda”, “Bahasa Matahari”, “Nyanyian Burung dan Pepohonan”.
Salah satu lirik lagu yang mengangkat namanya adalah “Berita Kepada Kawan” (1978). Ia berkisah tentang perjalanannya ke suatu tempatdan mendapati sosok anak yang kehilangan orang tuanya. Bencana alam telah merenggut semua yang dimiliki sang anak.
Berita kepada Kawan
Perjalanan ini
Terasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk
Disampingku kawan
Banyak cerita
Yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan
Tubuhku terguncang
Dihempas batu jalanan
Hati tergetar menatap
kering rerumputan
Perjalanan ini pun
Seperti jadi saksi
Gembala kecil
Menangis sedih …
Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika di kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut
Kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak
Kepada matahari
Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri
Terpaku menatap langit
Barangkali di sana
ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang
Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.