x

Iklan

SRI YUNDIANI 2021

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 17 April 2022

Minggu, 12 Juni 2022 05:46 WIB

Mengupas Tuntas Semiotik Pada Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga

Artikel ini sedikit menjelaskan tentang makna semiotik yang terkandung dalam cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga karya Kontowijoyo

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Karya sastra merupakan perwujudan makna yang ingin disampaikan pengarang melalui bentuk karya. Bentuk dimaknai kembali sebagai hasil persepsi oleh pembaca sendiri. Perwujudan sebuah karya sastra berhasil jika makna yang tersirat di dalamnya dapat tersampaikan dengan benar kepada pembaca oleh pengarangnya. Salah satu jenis karya sastra adalah cerpen.

Cerpen adalah karya sastra berbentuk tulisan yang tidak menceritakan atau meriwayatkan suatu karya desain yang dikemas secara singkat, jelas, dan ringkas dengan hasil pemikiran, pengalaman, budaya, dan refleksi diri dengan kesadaran dan kepekaan pengarang. terhadap situasi sosial. di lingkungan. Menurut KBBI, cerpen adalah cerita yang ditulis secara singkat. Penulisan dalam cerpen tidak diceritakan terlalu panjang dan mengandung cerita naratif. Penyampaian amanat atau pesan moral dalam cerpen tidak hanya disampaikan secara eksplisit tetapi juga secara implisit dengan sebuah pesan di dalamnya. Biasanya pesan dari karya tersebut disampaikan melalui bahasa konotatif (bahasa yang mungkin memiliki makna kiasan atau tidak).

Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga pertama kali terbit pada tahun 1992. Cerpen sederhana namun menarik karya Kuntowijoyo ini memuat isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga alur ceritanya sederhana namun bermakna.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kuntowijoyo mengangkat tema kehidupan manusia yang dinamis dan memupuk sisi spiritual yang membuka moralitas protagonis. Salah satu cerita dalam cerpen Dilarang Mencintai Bunga adalah cerita tentang hubungan dekat seorang anak laki-laki dengan tetangganya, ia seorang lelaki tua yang hidup sendiri karena istrinya telah meninggal dan anak-anaknya tinggal jauh di kota lain. Dimana kakek menemukan arti kedamaian dan keindahan hidup dalam bunga yang dia sayangi setiap hari. Berkat keindahan kata-kata yang dibingkai, cerita ini berhasil meraih juara pertama kompetisi cerpen majalah sastra tahun 1968.

Tujuan yang diungkapkan dalam analisis Dilarang Mencintai Bunga-Bunga adalah mengetahui beberapa kode dalam cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga serta memahami jabaran kode semiotik yang terkandung di dalamnya.

Semiotika didasarkan pada bahasa yang berasal dari bahasa Yunani semeion, yang berarti tanda. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Semiotika adalah studi tentang tanda, fungsi tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang berarti berkaitan antara satu hal dengan hal lainnya. Kajian semiotika tentang tanda, penggunaan tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda. (Cristomy dan Lucky Yuwono 2004: 79). Menurut Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau cermati dapat disebut sebagai tanda. Dan tanda tidak dibatasi oleh objek (Zoest, 1993:18). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semiotika adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda. ya

Analisis cerpen ini bukan dilakukan baris demi baris cerpen, tetapi dilakukan dengan melihat makna umum dengan mengambil beberapa penggalan cerita, yang didasarkan pada salah satu dari lima kode dalam teori semiotika Roland Barthes, yaitu kode hermeneutik atau disebut uga dengan kode teka-teki. Kelima kode tersebut adalah:

1) Kode hermeneutik (kode teka-teki), melingkupi harapan pembaca untuk menemukan kebenaran atas isu-isu yang muncul dalam teks. Kode teka-teki adalah elemen struktural penting dalam cerita tradisional.

2) Kode proairetik, tindakan yang diharapkan terjadi.

3) Code of Culture atau kode budaya, sebagai acuan ilmu atau pengetahuan.

4) Kode semik (kode konotatif), menurut badan bahasa Kemendikbud, konotasi adalah kata yang memiliki arti penghubung (terkait dan terikat).

5) Kode simbolik, adalah sesuatu yang tidak stabil dan tema ini dapat didefinisikan dalam bentuk yang berbeda tergantung pada pendekatan yang diambil dan sudut pandang (perspektif) yang digunakan. (Kurniawan, 2001: 69).

 

Berikut adalah hasil analisis kode semiotik berdasarkan teori Roland Barthes tentang cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga .

Menurut KBBI, teka-teki adalah pertanyaan dalam bentuk kalimat (cerita, gambar) disampaikan secara samar, biasanya untuk permainan atau untuk mengasah pikiran. Kode ini berkisar pada harapan pembaca untuk mengekstraksi kebenaran dari pertanyaan atau masalah yang muncul dalam teks.

Dalam cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga karya Kuntowijoyo, terdapat beberapa teka-teki yang bisa diteliti diantaranya: Kira-kira, siapa sih kakek di rumah Jawa yang bersih dan ditanami bunga-bunga indah itu? Mengapa pria tidak boleh menyukai bunga? Dan apa yang dimaksud hidup yang sempurna?

Diceritakantokoh Buyung dalam cerita ini ingin mengetahui siapa tetangga sebelah rumahnya. Dia bahkan tidak mengenal tetangga yang belum pernah dia temui itu. Rumahnya dikelilingi tembok tinggi dan hanya ada satu pintu masuk yang terbuat dari anyaman bambu, yang sangat sempit sehingga masyarakat sekitar enggan berkunjung atau sekedar akrab dengan pemilik rumah. Namun ketika Buyung sedang bermain layang-layang dengan teman-temannya pada suatu sore, dia sangat terkejut ketika tiba-tiba ada seorang pria tua berambut putih mengenakan piyama memegang bahunya. Ya, ternyata sosok itu adalah sosok yang sangat membuat ia penasaran. Orang tua yang suka duduk di rumah Jawa, yang bersih dan indah, yang suka ia intip dari atas pohon kates di belakang rumahnya. Seperti dalam fragmen, yaitu:

Tiba-tiba pundakku terasa dipegang. Aku terkejut. Seorang laki-laki tua dengan rambut putih dan piyama. Ia tersenyum padaku: Jangan sedih, cucu, katanya.

. Fragmen. Itu adalah jawabannya berupa keyakinan Buyung bahwa lelaki tua yang memegang pundak itu adalah sosok kakek tetangga yang ingin sekali ia tahutahu, yaitu:

Ia menarik tanganku dan aku mengikutinya. Di tangan kananku setangkai bunga. Ketika aku sempat menyadari, kulihat pintu pagar rumah tua itu. Pasti, dialah kakek itu! Ya, Allah! Aku menjerit sekerasnya.

Kemudian cerpen ini juga menceritakan kemarahan ayah Buyung ketika melihat anaknya pulang membawa anggrek ungu sebagai hadiah dari teman barunya. Ayah Buyung mengatakan Laki-laki tidak perlu bunga, Buyung. Kalau perempuan bolehlah. Tetapi engkau laki-laki. salah satu ucapan ayah Buyung ketika Buyung pulang membawa anggrek ungu pemberian kakek tetangga. Menurut ayah Buyung, laki-laki tidak boleh menyukai apa yang dibawa Buyung, laki-laki harus bekerja, laki-laki harus bermain-main dengan kotoran dan laki-laki tidak boleh menyukai apa yang biasanya dilakukan perempuan, seperti merawat dan mencintai bunga. Cerpen ini mengangkat tema laki-laki dan maskulinitas sehingga Buyung yang notabennya laki-laki diwajibkan untuk mengikuti apa yang biasa dilakukan oleh laki-laki dan melarang menyukai apa yang biasanya disukai oleh perempuan.

Kesempurnaan hidup. Di akhir cerita, tokoh Buyung menanyakan tentang kehidupan yang sempurna kepada seorangsahabat tuanya (kakek) dan ayahnya. "Apa pekerjaan Kakek?"

Kakek berhenti. Dia menatapku dan berkata, Sekarang ini? Menyiram bunga, cucu. buyung kembali bertanya Ya, tetapi apa sebenarnya pekerjaan Kakek?

Pekerjaanku, cucu? Ia berhenti. Oh iya, mencari hidup sempurna. Buyung pun terus kembali bertanya Di mana dicarinya, Kek?. Kakek menjawab Dalam ketenangan jiwa. tak puas dengan jawaban sang kakek, Buyung kembali bertanya Ya, tapi di mana?

Di sini, dalam bunga-bunga! jawab kakek tua itu.

Setelah sampai ke rumah Buyung kembali menanyakan hal itu pada ayahnya,

Buyung bertanya pada ayahnya, kenapa tidak mencari hidup sempurna?

Ayah berhenti. Menatapku. Ia melihat mataku. Ya, katanya, aku mencari itu, buyung.

Di mana dicari, yah?

Dalam kerja!

Ya, tetapi di mana itu?

Di bengkel, tentu.

Dalam cerita pendek ini kita bisa mendapatkan pelajaran, bahwa setiap orang memiliki kehidupan yang sangat berbeda. kita semua menganggap baik dan sempurna itu baik dan sempurna bagi orang lain, begitu pula sebaliknya. Mungkin ada yang merasa sempurna hidup dengan bekerja, ada yang merasa sempurna karena keyakinan, ada juga yang merasa sempurna dengan ibadah. Kita tidak bisa menuntut hal yang sama pada setiap orang, karena setiap orang memiliki kesempurnaan hidupnya sendiri-sendiri.

Kesimpulan

Mungkin masih ada orang yang bingung apa itu semiotika. Semiotika adalah ilmu yang membahas tentang tanda atau lambang, baik fungsi, makna, salah satu tanda atau simbol itu sendiri. Pendiri semiotika adalah Ferdinand de Saussure dan Harles Sander Peirce. Dan artikel ini adalah analisis semiotik teori Roland Barthes, yaitu Kode Hermeneutik atau Kode Teka-Teki dari cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga' karya Kuntowijoyo yang bertujuan untuk mengetahui beberapa kode serta agar dapat memahami jabaran kode semiotik yang terdapat di dalam novel 'Dilarang Mencintai Bunga-Bunga' ini.

Ikuti tulisan menarik SRI YUNDIANI 2021 lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB