x

sumber: qureta.com

Iklan

Joko Yuliyanto

Penulis opini di lebih dari 100 media berkurasi
Bergabung Sejak: 8 Maret 2022

Minggu, 26 Juni 2022 12:04 WIB

Jangan Mudah Terpengaruh

Agama dianggap berpijak pada kepercayaan. Sementara, ilmu berpijak pada akal budi. Hubungan keduanya rumit, sangat radikal dan sulit didamaikan apalagi disatukan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jagat media maya menyajikan beragam informasi yang berpotensi menimbulkan kefanatikan dan berujung konflik sosial. Menyimpulkan fragmen opini dan perspektif yang belum tentu kebenarannya. Mudah terpengaruh untuk mengikuti sebuah narasi yang dibangun untuk memecah belah persatuan.

Eksistensialisme manusia menghendaki terjadinya konflik. Mengalahkan satu sama lain untuk bisa berkuasa. Beragam metode dilakukan untuk menghimpun massa menyetujui pendapatnya. Menggiring opini dan mengaburkan fakta untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Manusia-manusia modern yang masih saja mudah ditipu. Sementara informasi dan ilmu pengetahuan berserakan di internet.

Hidup bersosial tentu membutuhkan adanya aturan. Namun, aturan tersebut tidak boleh berpijak pada kekuasaan belaka, melainkan pada keadilan dan kebenaran. Padahal kebenaran sifatnya relatif. Apa yang didengar manusia sebenarnya adalah sebuah opini, bukan fakta. Apa yang dilihat manusia sebenarnya adalah perspektif, bukan kebenaran.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sedangkan saat ini, manusia sudah kehilangan keautentikan diri dengan menggantungkan kebenaran pada perspektif dan opini orang lain. Setiap orang punya perspektifnya masing-masing, ketika sudah diucapkan adalah opini, bukan kebenaran itu sendiri. Sehingga setiap orang punya hak menentukan konsep kebenarannya. Namun kadang banyak yang malas merumuskan kebenaran dan menyandarkannya kepada mereka yang dianggap mengetahui kebenaran.
Metode dekonstruksi akan melihat kebenaran sebagai jejak. Manusia tidak akan pernah mampu memahami kebenaran secara mutlak. Setiap jejak kebenaran selalu bersifat tidak pasti dan terbuka. Bisa berubah sesuai perubahan waktu dan peristiwa. Selalu terbuka untuk pertanyaan dan sanggahan, sampai muncul kemungkinan lain yang dianggap lebih baik. Mungkin kebenaran manusia saat ini adalah kesalahan yang belum dipahami.

Kebenaran yang disampaikan seseorang bisa disebut sebagai tafsiran. Dalam kajian filsafat, setidaknya ada tiga teori tentang kebenaran. (1) teori kebenaran korespondensi yang dipandang sebagai kesesuaian antara pikiran, perkataan, perasaan, dan realitas yang sesungguhnya. (2) teori kebenaran koherensi yang artinya suatu pernyataan disebut benar, jika pernyataan itu masuk akal dan memiliki keterkaitan logis dengan premis-premis yang membentuk pernyataan itu. (3) teori kebenaran konsensus, yang disepakati secara komunal sebagai kebenaran. 

Menyoal Agama

Isu tentang kaitan antara agama (iman) dan ilmu pengetahuan selalu menjadi bahasan di ruang publik. Agama dianggap berpijak pada kepercayaan. Sementara, ilmu berpijak pada akal budi. Hubungan keduanya rumit, sangat radikal dan sulit didamaikan apalagi disatukan.
Penganut agama meyakini bahwa kitab suci adalah sumber kebenaran dari Tuhan yang disaranakan melalui nabi. Seiring waktu, sandaran kebenaran terhadap kitab suci diinterpretasikan menjadi sebuah tafisiran tanpa hak untuk menyanggah pada sebuah kebenaran. Ajaran agama yang sudah terreduksi oleh tafsir dijadikan alat untuk menyimpulkan kebenaran secara mutlak tanpa ruang diskusi.

Padahal kebenaran yang sudah bersinggungan dengan manusia hanya akan menjadi persepsi dan opini masing-masing orang. Hingga ada kasus memanipulasi agama untuk popularitas, ekonomi, dan seksualitas. Kemalasan mencari konsep kebenaran menjadikan manusia mudah terpengaruh. Mempercayakan kebenaran pada orang yang dianggap ahli.
Misalkan dalam ranah kajian tafsir kitab suci. Upaya manusia untuk menafsirkan kehendak atau perintah Tuhan berdasarkan perspektif yang pernah didengar atau dilihat (dibaca). Kemudian muncul opini-opini yang dijadikan rujukan dalam menjalankan ajaran agama. Umat mempercayai satu dari banyak tafsir yang berbeda-beda.

Di dunia maya misalkan, manusia disuguhkan dengan banyaknya informasi dan opini menyoal agama. Opini yang dianggap berseberangan dengan konsep kebenarannya akan ditolak dan dimusuhi, sedangkan opini yang dianggap sejalan akan menambahkan semangat untuk melawan mereka yang berbeda pandangan. Hingga akhirnya agama dijadikan alat untuk berkonflik dan melegalkan kekerasan terhadap sesamanya.

Hilangnya kepakaran sebab melimpahnya ruang untuk semua orang beropini soal agama menjadikan pencarian kebenaran semakin sulit ditemukan. Akan muncul banyak persepsi dan opini yang membawa manusia dalam konflik yang tidak pernah berakhir. Saling menyalahkan dan memvonis salah orang lain.

Manusia menjadi mudah terpengaruh dan mereka yang punya kuasa akan bebas mempengaruhi banyak orang. Buta informasi untuk menentukan kebenaran yang beragam. Perspektif dan opini tunggal kadang dianggap kebenaran mutlak dari Tuhan sesuai amanah kitab suci. Manusia terbuai dengan opini-opini yang kerap menjejali telinga manusia yang malas menemukan perpesktif atas kebenaran lainnya.

Perlu belajar memahami hakekat kebenaran dengan mencari informasi yang sebanyak-banyaknya. Jangan mudah terpengaruh dengan narasi dari opini seseorang. Apalagi opini tersebut rentan bertentangan dengan ajaran agama yang katanya luhur. Risiko melubernya informasi adalah bagaimana manusia bisa memilih dan memilah informasi yang selaras dengan jejak-jejak kebenarannya.

Ikuti tulisan menarik Joko Yuliyanto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB