x

Meteoroids are billions of years old

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 4 Agustus 2022 10:05 WIB

Kiamat Telah Tiba (2): Penyusup di Tempat Kejadian Perkara

Menurut narasumber, ini merupakan kisah nyata. Untuk menjaga kerahasiaan nama tokoh, fakta, dan peristiwa telah diganti. Ketika sebuah meteorit menghancurkan sebuah rumah di desa Prancis yang sepi, tidak ada yang bisa memprediksi rantai peristiwa yang akan membawa narasumber ke dalam pertempuran epik untuk kelangsungan hidup umat manusia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

21 Januari

Brigadir Kepala Polisi Imane Messaoudi berbelok ke kiri ke Rue de l'Eglise, Outreau dan melirik jam di dasbor mobilnya. Saat itu pukul dua pagi.

Giliran tugas rondanya minggu ini sudah berakhir, dan dia mengambil cuti untuk beberapa hari.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Imane telah tinggal di desa itu selama bertahun-tahun, dan terlepas dari beban kerja yang diberikan oleh atasannya di kota, dia mencoba untuk tetap terlibat dengan kehidupan desa. Misalnya, dia telah merencanakan untuk memberikan ceramah tentang kepolisian di Pas-de-Calais pada pertemuan bulan Maret di kelompok arisan wanita Outreau—kelompok yang dikoordinasi Mireille Deschamp.

Saat melewati rumah Helen, dia melirik pagar seng yang sekarang mengelilingi properti di seberangnya. Selama bertahun-tahun menjadi polisi, dia belum pernah mendengar tentang sebuah rumah yang dihancurkan oleh meteor.

Tiba-tiba, perhatiannya teralihkan oleh kilatan cahaya dari dalam reruntuhan rumah Thomas Lambert.

Dia menepi ke sisi jalan dan menghentikan mobilnya.

Pengalamannya sebagai polisi mengajarinya untuk tidak pernah mengabaikan sesuatu yang tampak aneh, meskipun  dia sudah membangun teori untuk menjelaskan penglihatan singkatnya tentang cahaya di sisa bangunan itu.

Jika dia harus memasang taruhan pada saat itu, dia akan bertaruh sepuluh euro pada salah satu pemuda yang menduduki gedung terlantar di Allée des Puits mencoba melihat apa yang bisa ‘diselamatkan’sebelum semuanya dibersihkan petugas. Jika dia memiliki lima euro lagi untuk dipertaruhkan, Imane memperkirakan penyusup itu adalah Paul Blanc, seorang individu yang menyumbang sekitar delapan puluh persen dari kejahatan, meskipun kejahatan kecil, di Outreau.

Imane mengeluarkan lampu senter dari kotak sarung tangan di mobilnya dan berjalan ke lokasi. Dia menerobos celah antara ujung pagar dan dinding pembatas—rute yang dia duga telah digunakan oleh penyusup tkp saat ini.

Imane berpikir apakah akan berteriak: “Polisi, keluar dari sana!” atau berjudi dengan taruhan kedua dan berteriak: 'Polisi, keluar dari sana, Paul!'

Dia melakukan yang pertama.

Terdengar suara gemerisik. Dari belakang rumah Thom, sesosok makhluk bertudung muncul dan lari darinya menerobos kebun.

Imane dengan cepat mengikuti.

Kebun Thom dikelilingi dengan pagar tanaman semak mawar berduri yang rapat.

Tidak ada cara untuk menerobosnya, dan dua puluh detik kemudian, Imane hanya beberapa meter dari buronan yang terpojok.

"Polisi, berhenti!" teriaknya.

Sosok berkerudung itu berdiri diam, sadar bahwa tidak ada jalan keluar. Penyusup itu berbalik menghadap Imane.

Dari tinggi dan postur tubuhnya, dia sekarang tahu bahwa itu tidak mungkin Paul.

Imane menyorotkan senternya ke wajah si penyusup.

Keduanya saling memandang, dan akan sulit untuk menilai siapa yang lebih terkejut.

“Pendeta Lacroix!” seru Imane, “apa yang Bapak lakukan di sini?”

 

BERSAMBUNG

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu