Ambara

Jumat, 5 Agustus 2022 19:53 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pernah ada kehidupan di waktu yang begitu jauh dan terkubur di dalam samudra maha karya, bahwa Venus menopang sementara dirinya telah dilaknat menjadi indung mutiara. Sementara pada sebuah pot dengan masai akar-akar bagaikan ambara matris, saat menentang pamit yang tetap, hilang menjadi kehendak yang imageless.

Di rongga lembah-lembah sungai, hampa berlekuk meringkas meraki dalam kepulauan yang gentar misteri dan bernama. Namun, gelombang pasifik mengikat pusar arus yang dihaluskan. Serupa atlas searti lensa-lensa yang merekam jejaknya. Persinggahan tereksposisi ke dalam beragam manuskrip. Saya tidak pernah benar-benar memahaminya. Apakah meraki adalah sebuah nama atau bahasa kiasan.

Secara singkat, bisa jadi, ini tentang cara meraba semangat di partikel-partikel yang tropis.

Pada suatu linimasa yang lalu, masih di tahun ini, di Museum Nasional Jakarta dalam Gastronosia, tanpa disadari, saya kembali tersenyum menatap beberapa artefak yang selalu mampu membawa impian masa kecil tentang adanya kehidupan masyarakat dengan desain kota yang terapung. Ini, sungguhlah tarikan yang takkan mudah goyah, seakan duduk di surau yang terbuat dari bahan kayu besi beralaskan beningnya toska dalam kilau batu-batu merahasikan gua-gua menuju dunia lain.

 

Even as an empty eagle, sharp by fast,

Tires with her beak on feathers, flesh, and bone,

Shaking her wings, devouring all in haste

Till either gorge be stuffed or prey be gone,

Even so she kissed his brow, his cheek, his chin,

And where she ends she doth anew begin.

[Shakespeare]

 

Pernah ada kehidupan di waktu yang begitu jauh dan terkubur di dalam samudra maha karya, bahwa Venus menopang sementara dirinya telah dilaknat menjadi indung mutiara. "I want to speak about bodies changed into new forms. You, gods, since you are the ones who alter these, and all other things, inspire my attempt, and spin out a continuous thread of words, from the world's first origins to my own time." [The Primal Chaos, Ovid] Ada haru yang demikian rembang mengisi, meyakinkan langkah kakiku untuk meninggalkan museum sore itu.

Sementara pada sebuah pot dengan masai akar-akar bagaikan ambara matris, saat menentang pamit yang tetap, hilang menjadi kehendak yang imageless. Sewujud kenangan yang kembali dinaikkan dalam bimbang penantian yang rawan badai vulkanik.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Okty Budiati

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Gremet-gremet Waton Slamet

Kamis, 23 Maret 2023 06:15 WIB
img-content

Musim Masa

Kamis, 5 Januari 2023 19:28 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua