x

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Senin, 8 Agustus 2022 07:03 WIB

Bukan Sekedar Melihat

Setiap hari semua orang melihat sesuatu. Tapi sebagian besar orang hanya menatap saja. Konon Isaac Newton melihat apel jatuh lalu lahir teori gravitasi. Kenapa bisa beda?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Bambang Udoyono, penulis buku

 

“It’s not what you look at that matters, it’s what you see.” (Henry David Thoreau) Bukan apa yang kamu tatap yang penting, tapi apa yang kamu lihat. Apa kira kira maksud pak Henry ini?  Mari kita bahas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apa yang kamu tatap banyak sekali setiap hari, tapi apa yang masuk ke dalam pikiranmu hanya sebagian saja dari itu semua.  Apapun yang masuk ke dalam pikiranmu itulah unsur terpenting.   Sedangkan sebagian besar dari apa yang kamu tatap akan segera terlupakan. 

Apa yang masuk ke pikiran itu memiliki pengaruh.  Bisa negatif bisa positif tergantung sikap mental kita.  Tapi secara umum kalau apa yang dilihat itu negatif, maka pengaruhnya akan negatif juga.  Pikiran akan terbentuk oleh pengaruh negatif itu, apalagi kalau terus menerus dalam jangka waktu panjang.    Itulah sebabnya orang tua harus mengontrol apa yang dilihat anaknya.

 

Apa yang dilihat bisa juga memicu kreativitas.  Tentu saja untuk pikiran yang terbuka dan cerdas.  Mungkin anda ingat hukum gravitasi yang ditemukan oleh Isaac Newton. Konon penemuan itu dipicu oleh amatannya pada buah apel yang jatuh.   Sejak jaman kuno setiap hari banyak orang melihat buah jatuh.  Tapi ternyata hanya satu orang saja yang mampu mengolah pengalaman melihat buah jatuh itu menjadi teori.

 

Demikian juga temuan dan pengembangan dalam semua cabang ilmu. Semuanya diawali dari penglihatan, lalu amatan yang lebih cermat lagi, lalu dipikirkan dan akhirnya jadi karya. 

 

Barangkali itulah sebabnya Allah memerintahkan manusia untuk berjalan di muka bumi alias traveling.  Tujuannya tentu untuk melihat, bukan sekedar menatap.  Mengambil pelajaran, bukan sekedar bersenang senang.  Meningkatkan iman, bukan bermegah megahan.

 

Bagaimana mungkin traveling meningkatkan keimanan?  Kalau asal asalan, tanpa tujuan jelas, tanpa rencana jelas, tanpa program yang baik, tanpa arahan seorang tour leader yang profesional ya tidak bisa.

  

Melihat kemegahan, kekayaan dan kejayaan negeri maju bisa memotivasi kita untuk belajar dan bekerja lebih baik.  Tour leader yang baik akan menunjukkan kepada kita satu aspek tertentu dari negeri maju yang bisa kita tiru.  Dengan kata lain kita jadi bersemangat mengejar kemajuan duniawi.   Itulah sebabnya ketika kita longgar sebaiknya safari ke manca negara. Tujuannya meluaskan wawasan anak anak kita. Sembari memotivasi mereka. Tujuan jangka panjangnya agar mereka sukses.

 

Tapi tujuan hidup kita tidak hanya kesuksesan duniawi. Kita pasti ingin juga menggapai sukses akherat.   Maka perjalanan ke manca negara juga diarahkan untuk belajar dari kehidupan ummat terdahulu yang diazab Allah.   Belajar dari kesalahan ummat di masa lalu yang lupa kepada Allah. Jadi tujuan wisata juga untuk meningkatkan keimanan.

 

Belajar menjadi profesional dan menjadi orang beriman. Itulah tujuan bersafari ke manca negara yang baik dan benar.

 

Jadi melihat tapi tidak sekedar melihat. Tapi melihat sembari berpikir dan merenung. Kalau tindakan itu dilakukan dengan sebaik baiknya maka pasti safari itu akan mengubah kita menjadi lebih baik. Keiman kita meningkat demikian juga profesionaltas kita. Kalau sudah begitu tercapailah tujuan safari ke manca negara.

 

 

Jadi sila tarik kesimpulan. 

 

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler