/1/
Cril, kemarin aku bertemu Iip,
gadis kecil yang dulu pernah kaugendong
saat keinginan untuk rujuk dengan
Hapsah
sedang menggebu-gebu dalam darahmu.
Dengan senyuman abadinya, ia deklamasikan
sajakmu.
Sajak yang pernah kautulis untuk
Sri Ajati.
/2/
Iip tidak sendirian, Cril.
Meskipun kau dan Hapsah sudah pergi,
ia masih dirangkul dalam sejuknya sajakmu.
Tak perlu khawatir, ia anak yang pemberani,
seperti nama yang kauberikan padanya dulu.
/3/
Cril, lilin yang kautinggalkan belum padam.
Masih menjadi cahaya, membakar kesunyian.
Biarkan api terus menyala
sampai seribu tahun kemudian.
#LombaPuisiTerokaIndonesiana
Ikuti tulisan menarik Yudha Prasetya lainnya di sini.