x

Iklan

Dwi Kurniadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 Mei 2022

Sabtu, 20 Agustus 2022 06:30 WIB

Selepas Hujan di kala Malam

Selepas Hujan Dikala Malam. Hawa dingin menusuk menembus jaket merah. Menghabiskan 40 menit jarak antara Pamulang ke pinggiran Tangerang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Selepas Hujan Dikala Malam.

Hawa dingin menusuk menembus jaket merah.

Menghabiskan 40 menit jarak antara Pamulang ke pinggiran Tangerang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ditemani lagu "A Thousand Miles" aku bernyanyi.

''Cause you know i'd walk a thousand miles if i could just see you toninght!!''

Seketika Nyanyianku membuat pengendara lain di lampu merah BSD melihatku.

Namun tak kuhiraukan dan kembali dalam perjalan.

 

Jalanan semakin sepi semakin kupelankan laju motorku.

Lagupun berganti menjadi "Lagunya Begini Nadanya Begitu - Jason Ranti."

Kembali aku bernyanyi bersama jajaran tukang pot bunga disebelah kiriku.

"Aku tak ingin menangis menerka gerimis di sepanjang lorong itu aku tak ada nyali, oh pak sapardi''

Dengan lantangnya dan tak tau malu, sembari memainkan tangan seraya menari.

 

Lagupun kembali berganti sehabis pak Sapardi tadi.

"Man Upon the Hill - Stras and Rabbit"

Tangan, tubuh dan kaki mengikuti ala vokalisnya.

''And we dance in the room, Grew our heart a bloom, I stopped right there, you've a new home, and i should be happy... Aya Aya Aya"

Lagu yang enak bersama desahan didalamnya membuat semua keresahan keluar secara serentak bersama lagi tersebut. 

 

Seketika tubuhku diam tak bergerak.

Hanya jemari di rem dan gas yg menari. 

Terdengar intro dari lagu "Hingga Tenang - Figura Renata"

Mengingat sesuatu dimana kamu kuantarkan ke stasiun Rawa Buntu.

Lalu, tangisku pecah pada bagian.

"Biarkan sinarnya, selimuti raga, hingga kau merasa penat yang tak terbendung itu, terhilang dan sirna, dihempas sang surya, kini yang tersisa luapan samudera membiru, hingga tenang."

Karena membiarkan dan mengikhlaskan itu tak mudah.

Biiarkan saja samudera yang melarutkannya.

 

Sebentar lagi sampai rumah, aku berhenti sejenak.

Memilah lagu yang akan kuputar sebelum sampai tujuan.

Aku ingin bernyanyi dan berteriak bersama lagu.

"Beranjak Dewasa - Nadin Hamizah"

Jika kamu ingat, kita pernah bernyanyi bersama.

Kamu memelukku diatas motor tua selepas hujan di kala malam.

Aku mengandai kembali kita bernyanyi sembari kamu merentangkan tangan dan memelukku.

''Berbaring tersentak tertawa, tertawa dengan air mata, mengingat bodohnya dunia, dan kita yang masih saja berusaha. kita beranjak dewasa jauh terburu seharusnya, bagai bintang yang jatuh jauh terburu waktu, mati lebih cepat, mati lebih cepat ohohohoh'' 

Itulah nyanyian terakhirmu.

Dan hingga kini aku masih sulit untuk mengulangnya kembali.

Ikuti tulisan menarik Dwi Kurniadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler