x

Hutan Sekolah SMA 1 Sebatik. Foto: https://www.smansatusebatik.sch.id/

Iklan

Adiatman

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 24 November 2021

Jumat, 2 September 2022 20:53 WIB

Hutan Sekolah, Wahana Belajar SMA 1 Sebatik Era Kurikulum Merdeka

SMA Negeri 1 Sebatik, salah satu sekolah yang berada di wilayah perbatasan, memiliki lahan cukup luas untuk mengoptimalkan pengembangan strategi pembelajaran berdiferensiasi. Selain itu, pembelajaran di SMA Negeri 1 Sebatik berbasis Kurikulum Merdeka yang berpusat pada peserta didik dan penanaman karakter melalui penguatan projek profil pelajar Pancasila. Artikel ini mendeskripsikan bagaimana hutan sekolah dimanfaatkan sebagai implementasi P5 dalam Kurikulum Merdeka.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

SMA Negeri 1 Sebatik, salah satu sekolah yang berada di wilayah perbatasan, memiliki lahan cukup luas untuk mengoptimalkan pengembangan strategi pembelajaran berdiferensiasi. Selain itu, pembelajaran di SMA Negeri 1 Sebatik berbasis Kurikulum Merdeka yang berpusat pada peserta didik dan penanaman karakter melalui penguatan projek profil pelajar Pancasila.

Pembelajaran diferensiasi yang diterapkan, salah satunya, adalah belajar di alam. Kurikulum Merdeka yang diterapkan adalah tantangan nyata untuk terus mengatur strategi pembelajaran lebih baik. Salah satunya adalah pemanfaatan hutan sekolah sebagai sumber belajar inovatif dan menyenangkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

SMA 1 Sebatik

Selain itu, hutan sekolah juga bisa menjadi tempat khusus bagi peserta didik dan warga sekolah dalam mengembangkan bakat serta minatnya sesuai nilai-nilai karakter profil pelajar Pancasila. Nulai-nilai itu adalah beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bernalar kritis, gotong royong, kreatif, dan mandiri.

Pengembangan hutan sekolah akan menjawab tantangan zaman yang terus berkembang dan maju. Hutan sekolah ini telah ada sejak 2016 dan didukung berbagai pihak dalam pembuatannya. Hutan sekolah saat ini mengalami perkembangan signifikan.

Kami menyadari pembangunan suatu daerah akan menjadi luar biasa dan baik kedepannya tergantung apa yang dilakukan generasinya saat ini.  Sekolah adalah rumah kedua bagi peserta didik, sehingga peran guru sangat vital untuk membentuk generasi bangsa yang peduli lingkungan, handal, dan berdaya saing.

Sebagai guru yang ditugaskan di SMA Negeri 1 Sebatik sejak 2011, saya membuat strategi dan inovasi agar peserta didik dapat mengembangkan gaya hidup berkelanjutan di lingkungan sekolah. Saya berpikir bagaimana caranya agar generasi perbatasan dapat mencintai dan menjaga lingkungan sekitar. Ini adalah elemen kunci dalam dimensi berakhlak mulia pada profil pelajar Pancasila, yakni akhlak pada alam.

Hadirnya hutan sekolah sebagai Laboratorium Alam Biologi di SMA Negeri 1 Sebatik diharapkan membantu peserta didik menjadi alumni hebat yang peduli alam. Mereka harus sadar bagaimana memperlakukan sampah alam dengan baik melalui pengomposan atau pembuatan pupuk organik. Diharapkan mereka mampu menjadi solusi di masa depan bagi masyarakat di mana pun berada.

Kami menyadari mengajak anak-anak peduli lingkungan adalah hal sulit. Apalagi pada era sekarang ini. Sebagian anak-anak cenderung lebih suka bermain gadget atau gawai mereka. Namun, saya mencoba mengaktualisasikan strategi gaya hidup berkelanjutan kepada peserta didik melalui pembuatan pupuk organik.

Hal yang bisa dilakukan, salah satunya, melestarikan hutan yang tersisa dan mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos, baik padat maupun cair. Hal ini tentunya berdampak kepada warga sekolah dan masyarakat sekitar.

Kami juga memanfaatkan limbah anorganik (sampah botol plastik) sebagai pot. Prinsipnya adalah memanfaatkan alam sebagai tempat dan sumber belajar yang efektif dan efesien. Botol plastik bekas minuman itu kami sulap menjadi pot budidaya sayur-sayuran dan budidaya tanaman hias seperti tanaman anggrek. Produk pupuk organik itulah yang akan diaplikasikan pada tanaman yang tanam tersebut.

Pupuk juga diaplikasikan pada kebun sayur milik masyarakat sekitar. Ini sebagai bentuk sosialisasi pemanfaatan sampah organik menjadi pupuk organik yang bernilai ekonomis dan berdampak ke tanaman sayur  yang mereka tanam.

Pada dasarnya produk dari pengolahan pupuk organik baik padat maupun cair yang telah dibuat kini telah di aplikasikan ke tanaman anggrek atau tanaman lainnya sejak tahun 2021 hingga sekarang. 

Dari inovasi ini, diharapkan warga sekolah maupun masyarakat sekitar mampu membangun kesadaran diri dan mengubah pola pikir. Selain itu tentunya dapat berwirausaha melalui budidaya sayur dan budidaya tanaman anggrek dengan memanfaatkan pupuk organik sebagai pupuk dasar. Sehingga perekonomian berbasis keunggulan lokal dan berkelanjutan dapat terwujudkan dengan baik.         

Ikuti tulisan menarik Adiatman lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler