x

image: ProofHub

Iklan

Siti Mawadati

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 September 2022

Jumat, 9 September 2022 05:48 WIB

Perempuan, Menulis dan Healing

Healing bermakna proses penyembuhan yang digunakan seseorang yang sedang mengalami masalah mental, psikologi, trauma dan sejenisnya. Healing bisa dilakukan diri sendiri (self healing) ataupun bantuan profesional di bidang psikologi. Salah satu self healing yang bisa dilakukan oleh wanita adalah menulis. Cobalah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Situasi politik, sosial, ekonomi di lingkungan kita pasti berpengaruh terhadap kondisi psikologis. Begitu banyak masalah yang muncul dan berlarut-larut pasti menjadi beban tersendiri dalam kehidupan. Kadar pengaruh dari semua itu tidak sama antar setiap orang. Tapi yang pasti setiap masalah harus diselesaikan bukan dihindari. Sekecil apapun itu, sikap yang kita ambil adalah tidak menyepelekan tapi  bukan berarti juga membesar-besarkan masalah. Pas lah, sesuai kadarnya.

Hal terpenting adalah kita harus melatih diri untuk segera menyelesaikan masalah yang muncul. Kemampuan mengenali  masalah dan memberi solusi terhadapnya akan menghindarkan diri kita terjebak dalam situasi stres dan trauma berkepanjangan.

Saat ini banyak solusi yang ditawarkan oleh banyak ahli, diantaranya self healing. Self healing adalah metode menyembuhkan trauma, stres dan masalah psikologi lainnya secara mandiri, tanpa bantuan ahli psikologi.  Salah satu bentuk self healing yang bisa dilakukan adalah dengan menulis. 

Kenapa menulis?

Penelitian awal tentang manfaat menulis ekspresif dilakukan oleh Pennebaker & Beal tahun 1986 di Amerika. Hasilnya menyebutkan kebiasaan menulis tentang pengalaman hidup yang berharga dapat menurunkan masalah kesehatan. Beberapa penelitian lainnya menyebutkan menulis dalam jangka panjang dapat menurunkan stres, meningkatkan sistem imun, menurunkan tekanan darah, mempengaruhi mood, merasa lebih bahagia, bekerja dengan lebih baik dan mengurangi tanda-tanda depresi. Sedangkan dalam aspek sosial dan perilaku, menulis dapat meningkatkan memori, nilai rata-rata siswa sekolah, dan kemampuan sosial linguistik.     

Mengapa menulis dapat dijadikan sebagai self healing

Ada yang beranggapan bahwa menulis sebagai katarsis atau pelepasan ketegangan. Namun ada pula penelitian yang menyatakan dengan menulis, emosi yang terhambat dapat muncul ke permukaan. Menulis akan membuat orang menghadapi siapa diri mereka dan mengetahui apa yang ingin mereka capai. Selain itu, menulis menghasilkan penilaian diri yang lebih jujur. Penelitian lain menunjukkan bahwa menulis dapat mengubah cara berpikir seseorang menjadi lebih adaptif dan positif dengan berbagai perubahan yang ada. Terakhir, kegiatan menulis yang dilakukan secara terus-menerus dapat menurunkan respons negatif pada ingatan-ingatan traumatis.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, ternyata menulis  bukan sekadar media untuk menuangkan ide dan gagasan. Menulis juga sebagai terapi untuk kesehatan fisik dan mental. Nah, jika ingin mencoba kegiatan menulis sebagai terapi, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah menulis dilakukan secara sendirian dalam tempat yang jauh dari gangguan. Menulis dalam tiga atau empat hari secara berturutan atau dalam seminggu penuh. Kegiatan menulis dilakukan selama maksimal 20 menit agar tidak merasa terlalu berat. Hal yang ditulis adalah pemikiran atau perasaan palingdalam tentang pengalaman yang paling tidak menyenangkan dalam hidup. Bebaskan diri dan eksplorasi emosi serta pemikiran terdalam. Kita dapat mengaitkan topik tulisan dengan orang lain, termasuk orang tua, pasangan, teman dan keluarga. Kita juga dapat mengaitkan tulisan dengan masa lalu, masa kini dan masa depan. 

Perempuan dan Menulis

Sebagai istri dan ibu dari enam orang anak, serta guru di sekolah menengah atas tentunya membawa konsekuensi tersendiri. Banyaknya status yang kita sandang pastilah membawa dua sisi yang tidak bisa dilepaskan yaitu suka dan duka. Bagiku selama ini Alhamdulillah semuanya bisa kujalani dengan kebahagiaan meski kadang bahagia itu harus datang melalui pintu kedukaan. Hal ini wajar, sudah sunnatullah atau hukum alam yang tak terelakkan. Seperti firman Allah dalam surat Al Insyirah ayat 5-6 yang artinya “maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.    

Hal menarik yang selama ini saya temukan dalam membersamai anak-anak adalah adanya kecenderungan anak perempuan lebih ekspresif dalam menulis. Saya sering mendapatkan surat dari anak saya yang pertama dan kedua. Surat pertama yang mereka buat kira-kira ketika berumur 9 tahun. Mereka mengungkapkan rasa bersalah sekaligus permohonan maaf atas kesalahan yang mereka buat. Kadang juga ucapan terima kasih, dan perasaan kangen ketika jauh dari saya meski hanya satu hari saja. Pernah juga mereka menulis perasaan cinta dan sayangnya kepada kami dengan janji akan membagiakan kami kelak. Masyaallah..sebuah momen yang mengharukan tentunya, surat-surat itu saya simpan dengan baik, ada juga yang saya selipkan dalam dompet sesekali di kantor saya baca penuh keharuan. Dan pasti kemudian doa-doa indah untuk mereka meluncur deras dalam hati.

Apakah nanti kedua anak laki-laki saya juga demikian? Sayapun masih menunggu pola komunikasi dua anak perempuan saya  ketiga dan keempat yang sekarang  berumur hampirr tujuh dan sembilan tahun. Sama atau tidakkah mereka dengan kedua kakaknya.

Untuk menjawab keingintahuan ini,  saya mengulik beberapa artikel mengenai psikologi perempuan. Berikut ini hasilnya

1. Perempuan diidentikkan sebagai makhluk yang mengedepankan emosi dalam menghadapi masalah. Selain itu, biasanya perempuan akan lebih mudah mengekspresikan emosi yang sedang dirasakannya. Tak jarang, sebagai perempuan, kita dianggap sebagai individu yang baper-an (bawa perasaan). Namun, sesungguhnya ada hal lain yang bisa kita pahami dari emosi yang dialami oleh perempuan.

2. Perempuan mempunyai keunikan untuk membangun hubungan dengan orang di sekitarnya melalui emosi. Tidak semua perempuan mudah mengungkapkan perasaannya secara lisan. Ada beberapa perempuan yang lebih mampu mengungkapkan apa yang sedang dirasakan melalui perbuatan langsung. Misalnya, ketika seorang perempuan merasa bahagia karena bertemu seseorang, ia akan lebih mudah untuk mengungkapkan kebahagiaannya dengan senyuman yang lebar, dengan pelukan atau rona wajah yang berseri. Begitu juga saat perempuan sedang merasa sedih, menangis bisa menjadi salah satu cara untuk mengekspresikan kesedihannya.

3. Keunikan lain yang dimiliki oleh perempuan yaitu memiliki kepekaan untuk memahami keadaan perasaan orang lain. Ia mampu memahami dan mengerti keadaan temannya yang sedang sedih, patah hati, atau bahagia. Menurut penelitian, perempuan memang lebih mudah untuk mengenali dan berempati pada keadaan emosi orang lain. Salah satu alasannya,  perempuan lebih sensitif terhadap emosi orang lain karena adanya kebutuhan untuk dekat secara fisik maupun psikologis dibandingkan dengan laki-laki. Jika ada sesuatu yang tidak beres dalam hubungan sosialnya, perempuan akan lebih cepat peka dan merasakan ketidaknyamanan akan hal tersebut

4. Melibatkan Emosi dalam Menghadapi Masalah

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 Laki-laki juga bisa menjadi lebih emosional dibanding perempuan.      Namun, mungkin saja laki-laki memiliki cara mengekspresikan emosi yang berbeda Perbedaan pada laki-laki dan perempuan ada pada ekspresi emosi negatif. Studi pada perempuan dari berbagai budaya dan negara menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih sering merasakan emosi negatif, seperti rasa bersalah, rasa takut dan rasa malu. Hasil studi ini juga didapatkan pada anak-anak perempuan.

laki-laki cenderung lebih menggunakan otak kiri sedangkan perempuan secara umum bergantian dalam menggunakan kedua belahan otak kanan dan otak kiri. Hal ini yang mendasari laki-laki lebih kuat dalam logika dan pengambilan keputusan berdasarkan fakta sedangkan perempuan cenderung lebih melihat sesuatu secara garis besar (big-picture), memiliki emosi yang lebih kuat dan bergantung pada intuisi mereka saat mengambil keputusan.

Penjelasan singkat di atas sudah memberi gambaran kepada saya bahwa sifat dasar atau sifat alami yang ada dalam diri wanita memang sangat memungkinkan dia untuk cenderung menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya. Aktivitas menulis yang lebih bersifat pribadi/personal menjadi solusi untuk kesehatan jiwanya.

Maka para perempuan dalam dirimu tersimpan potensi besar untuk berkarya dalam bentuk tulisan. Jangan ragu lagi ya, kamu bisa. Jika hatimu dalam kondisi tak nyaman, yuk, terapi dengan menuliskannya, tentu dengan tanpa meninggalkan ibadah, doa, dan memperbanyak mengingatNya.

 

Ikuti tulisan menarik Siti Mawadati lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

5 jam lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB