x

Sumber ilustrasi: dqindia.com

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 19 September 2022 06:26 WIB

Dan Jam Berdentang Empat Kali

Mereka membawa Ferdi pergi dengan tangan diborgol. Itulah terakhir kali aku melihatnya di luar penjara. Seorang petugas polisi datang ke rumah malam itu dan memintaku untuk menemani mereka ke kantor polisi terdekat untuk membuat pernyataan. Dua detektif datang ke ruang wawancara dan memintaku untuk menunggu. Mereka memberi tahuku nama mereka dan mulai merekam. Semuanya kabur kecuali kata-kata mereka selanjutnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

13 Juli adalah hari dalam hidupku yang kutahu telah berubah selamanya.

Ferdi masuk ke kamar tidur. Wajahnya pucat. Dia memelukku.

"Maaf, Sayang. Aku mencintaimu, tapi mereka datang untuk menjemputku. Aku tertangkap basah," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam hitungan detik, polisi membobol pintu dan menyerbu masuk ke rumahku.

Rumahku yang sempurna. hidupku yang sempurna. Hancur. Benar-benar mereka menghancurkannya.

Mereka membawa Ferdi pergi dengan tangan diborgol. Itulah terakhir kali aku melihatnya di luar penjara. Seorang petugas polisi datang ke rumah malam itu dan memintaku untuk menemani mereka ke kantor polisi terdekat untuk membuat pernyataan. Dua detektif datang ke ruang wawancara dan memintaku untuk menunggu. Mereka memberi tahuku nama mereka dan mulai merekam. Semuanya kabur kecuali kata-kata mereka selanjutnya.

“Suami Anda, Ferdi Sombe, adalah tersangka utama dalam investigasi impor ekstasi yang kami lakukan. Rincian telah muncul menunjukkan transfer uang yang berjalan melalui rekening bank atas nama Anda. Bisakah Anda memberi tahu kami lebih banyak tentang itu?”

Aku terdiam, tetapi setelah wawancara panjang, aku menandatangani pernyataan yang menyatakan bahwa aku tidak mengetahui tuduhan itu. Ferdi telah membuka rekening atas namaku dua tahun sebelumnya. Seorang temannya, pendamping Ferdi di pernikahan kami bekerja di bank dan membantunya melakukan kejahatan itu.

Apakah kita pernah benar-benar mengenal seseorang luar dalam?

Malam itu aku memutuskan untuk pergi ke bar dan minum. Begitu banyak pikiran yang berkecamuk di kepalaku sehingga yang aku inginkan hanyalah menjadi lupa ingatan.

Seorang lelaki entah dari mana duduk di sampingku.

"Hai, namaku Jeffri. Mau ditemani?"

"Hai Jeffri, aku Rita, tentu saja."

Tahu-tahu aku dan Jeffri sudah berada di kamarnya, dan, satu hal mengarah ke yang lain. Aku tidak bangga dengan itu, tetapi itulah yang  terjadi.

Aku bangun pagi-pagi keesokan harinya dan pulang ke rumah. Aku dijadwalkan bertemu Ferdi dan pengacaranya di kantor polisi jam empat sore.

Kembali ke ruang pemeriksaan di kantor polisi ketika seorang pria berpakaian bagus dengan setelan jas masuk. Dia sibuk memilah-milah arsip dan masih mengenakan kacamata hitamnya yang menurutku aneh.

Selanjutnya, mereka membawa Ferdi masuk, masih dengan tangan diborgol. Kepalanya tertunduk nyaris menyentuh dadanya karena malu.

Pengacara melepas kacamatanya dan segera aku mengenalinya. Jeffri yang kutemui malam sebelumnya. Aku ingin tenggelam ke dalam perut bumi.

"Hai," katanya memperkenalkan dirinya kepada Ferdi, "nama saya Markus Rungkad. Saya ditunjuk oleh pengadilan untuk menjadi pengacara Anda."

Markus menoleh ke arahku seolah-olah dia tidak kenal siapa aku dan berkata, "Hai, saya Markus, dan Anda?"

"Saya Putri, istri Ferdi. senang berkenalan dengan Anda, Pak Markus."

Pada saat itu, Ferdi mendongak dan menatap Markus. Apakah dia melihat bahwa aku dan Markus berbagi tatapan yang tidak nyaman dan jabat tangan yang lebih lama dari yang diperlukan?

Dan kemudian jam berdentang empat kali.

 

Bandung, 18 September 2022

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler