x

Ziarah Di Tambak beras Jombang

Iklan

dudung solahudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 November 2021

Kamis, 17 November 2022 06:13 WIB

KH. Abdul Wahab Chasbullah

Berdirinya Jamiyyah Nahdlatul Ulama tidak terlepas dari seorang Kyai yang menjadi mewakili ulama dalam Komite Hijaz yang memberikan respon terhadap kebijakan raja Saudi saat itu. Beliau seorang pahlawan nasional melalui Keppres No. 115/TK/2014, tanggal 6 November 2014.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“ulama itu sebagai pelita-pelita di bumi dan pengganti para nabi, mereka itu pewaris-pewarisku dan pewaris-pewaris para nabi” (al-Hadis)

Oleh : Dudung Solahudin

Ulama sering kita fahami sebagai orang yang berilmu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ulama adalah orang yang ahli dalam hal atau dalam pengetahuan agama Islam. Pengertian ulama dalam masyarakat identik dengan sebutan “kiai” yang secara antropologis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Orang yang memiliki keluasan dan kedalaman ilmu (agama) diatas rata-rata masyarakat.
  2. Mempunyai integritas moral (sikap dan perilaku) yang dipandang oleh masyarakat layak menjadi teladan.
  3. Diakui sebagai ulama atau kiai oleh masyarakat.
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak akan lepas dari peran penting kiai dan santri-santrinya. Diantara kiai sekaligus pejuang adalah  KH. Abdul Wahab Chasbullah yang pada tanggal 7 November 2014 dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Jokowi melalui Keppres No. 115/TK/2014, tanggal 6 November 2014.

  1. Abdul Wahab Chasbullah wafat di hari rabu tanggal 29 Desember 1971 pukul 10.00 WIB. Dimakamkan pada hari itu juga pukul lima sore di kawasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak berasJombang tepatnya di jalan Kyai HajiWahab Chasbullah No.80, Tambak Rejo, Kec. Jombang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Salah satu karya beliau sebagai bukti kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah syair “ya lal waton” yang dikarang tahun 1934. Syair tersebut banyak dinyanyikan di kalangan Nahdliyyin. KH Maimun Zubair mengatakan bahwa syair tersebut adalah syair yang beliau dengar, peroleh, dan di nyanyikan saat masa mudanya di Rembang.

  1. Abdul Wahab Chasbullah dilahirkan di Jombang, 31 Maret 1888. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Hasbullah Said (Pengasuh Pesantren Tambakberas Jombang Jawa Timur) dengan Nyai Latifah. Silsilah keturunan mbah wahab bila dirunut keatas, maka akan sampai pada jaka tingkir penguasa kerajaan Pajang. Namun ada versi lain bahwa beliau keturunan dari lembu peteng, penguasa Majapahit.

Mbah wahab dikenal oleh masyarakat mempunyai  perawakan bertubuh kecil tapi gagah, ramah dan berwibawa. Mbah wahab seorang tokoh ulama yang mempunyai himmah (semangat) berkobar-kobar, memiliki ilmu luas, dan berpandangan jauh ke depan. Ilmu retorika yang hebat, mempunyai kecakapan ketika bermusyawarah dan beragumentasi yang kuat dalam perdebatan.

Mbah wahab merupakan sosok pemuda yang terampil dan cerdas. Selalu mampu menjadi singa podium. Teman-teman seangkatannya antaa lain: KH.Mas Mansur, HOS.Cokroaminoto, KH.Ahmad Dahlan, Dokter Wahidin Sudirohusodo, donter sutomo dan lain-lain. Namun teman akrab dari kecil beliau adalah KH. Bisri Syansuri sekaligus adik iparnya adalah teman menuntut ilmu dari pesantren satu ke pesantren lain.

Mbah wahab seorang santri multitalenta, baik di bidang ilmu agama maupun politik. Beliau berkiprah di partai Nahdlatul Ulama sebuah organisasi keagamaan yang menjadi partai politik pada tahun 1955 setelah NU menyatakan memisahkan diri dengan Masyumi pada tahun 1952. Jauh sebelum itu, pada tahun 1914 wahab muda mendirikan “tashwirul Afkar” sebuah komunitas diskusi yang didirikan bersama KH.Mas Mansur. Seiring dengan pergolakan perang kemerdekaan, mbah wahab kemudian mendirikan “syubbanul Wathan” (Pemuda Tanah Air) sebuah organisasi pemuda dalam rangka mengobarkan aspirasi kaum muda.

Ketika mondok di pesantren, selain mengaji kitab klasik yang diajarkan di pesantren, wahab muda memanfaatkan sebagian waktunya untuk adu argumen dengan sahabat-sahabatnya. Pembahasannya tidak hanya permasalahan ilmu agama saja, tapi membahas permasalahan aktual yang sedang dihadapi masyarakat saat itu. Jiwa mudanya selalu semangat sehingga banyak organisasi yang prakarsai oleh wahab muda selain tashwirul Afkar dan syubbanul Wathan diatas seperti : Nahdlatul Wathon, Serikat Islam, Islam Study Club dan Nahdlatul ulama.

Sejarah yang tidak akan terlupakan adalah peran mbah wahab dalam memimpin “Komite Hijaz” yang bertujuan merespon atas kebijakan-kebijakan raja arab Saudi yang dua diantaranya adalah mewajibkan ibadah haji hanya satu mazhab saja yaitu mazhab Hambali dan rencana pembongkaran situs-situs sejarah Islam termasuk Makam Rasulullah Saw. Dalam rapat  komite hijaz diputuskan perwakilan sebagai berikut :

  1. Abdul Wahab Chasbullah sebegai delegasi tunggal.
  2. Syekh Ghanaim seorang warga mesir sebagai penasihat delegasi.
  3. Dahlan Qohar, santri Indonesia yang sedang belajar di Mekkah.

Dari beberapa permintaan kaum tradisionalis yang ditujukan ke raja Arab Saudi hanya dua hal yang di dikabulkan yaitu yang berkaitan dengan pelaksanaan empat mazhab dan meramaikan tempat-tempat bersejarah termasuk ziarah ke makam rasulullah Saw.

Setelah komite hijaz selesai melaksanakan tugas, lalu diadakan rapat di kediaman KH.Abdul Wahab Chasbullah yang kemudian dijadikan sebagai awal mula pembentukan organisasi (Jam’iyyah) Nahdlatul Ulama yang saat itu didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H yang bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926 M. KH. Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar dan KH.Abdul Wahab Chasbullah sebagai Katib (sekretaris).

Semoga tulisan ini bermanfaat sebagai motivasi kepada kita sebagai generasi muda menghargai, menghormati dan mengikuti usaha-usaha perjuangan pahlawan kita.

 

 

 

BIONARASI

Dilahirkan dari pasangan ayah RH.mualim mama Ma’sum dan ibu Hj. Aah Maesaroh. Penulis adalah salah satu staf pengajar pondok pesantren riyaadlul Jannah Jonggol, guru di MTs. Jonggol dan Dewan Penasehat PAC GP Ansor Kecamatan Jonggol. Lahir di Bogor pada tanggal 8 November 1978 diberi nama oleh orangtua Dudung Solahudin. Awal Juli 2022 lalu mempersunting seorang wanita Roisatun Nisaa Firdausiyah SAM yang pada 7 Oktober 2022 lalu bersama isteri diberikan kesempatan bisa berziarah ke KH.Wahab Chasbullah di Tambak beras. Alhamdulillah.

Penulis berharap dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 setelah menyelesaikan S1 tahun 2019 di Universitas Islam 45 Bekasi.

Ikuti tulisan menarik dudung solahudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu