x

Iklan

Saepullatip Saepullatip

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 8 November 2022

Rabu, 7 Desember 2022 15:54 WIB

Menerapkan Budaya Disiplin Positif di Sekolah

Disiplin positif adalah suatu cara penerapan disiplin di lingkungan sekolah tanpa kekerasan dan ancaman yang dalam praktiknya melibatkan komunikasi tentang perilaku yang efektif antara guru dan peserta didik. Dengan menerapkan displin positif diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran tentang kedisiplinan serta memberdayakan peserta didik untuk melakukan sesuatu tanpa ancaman, iming-iming, sogokan maupun hukuman.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Budaya Positif adalah nilai-nilai keyakinan-keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar peserta didik dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, dan bertanggung jawab. Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru memegang peranan yang utama.

Salah satu bentuk budaya positif yang dikembangkan di sekolah adalah menerapkan disiplin positif. Disiplin positif adalah suatu cara penerapan disiplin di lingkungan sekolah  tanpa kekerasan dan ancaman yang dalam praktiknya melibatkan komunikasi tentang perilaku yang efektif antara guru dan peserta didik. Dengan menerapkan displin positif diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran tentang kedisiplinan serta memberdayakan peserta didik untuk melakukan sesuatu tanpa ancaman, iming-iming, sogokan maupun hukuman.

Dalam penerapan disiplin positif ini, peserta didik diajarkan untuk memahami konsekuensi dari perilaku mereka. Selain itu, disiplin positif juga mengajarkan peserta didik untuk bertanggung jawab serta memiliki rasa hormat dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kata disiplin sering dikaitkan dengan pemberian hukuman namun pada saat menerapkan  disiplin positif di sekolah guru tidak harus menerapkannya dengan memberikan
hukuman. Pemberian hukuman bisa digunakan sebagai salah satu alternatif terakhir bahkan yang terbaik adalah dengan tidak menggunakannya sama sekali.

Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa
“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat.
Sungguh pun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang
mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab
jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa
lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di
dalam suasana yang merdeka (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470).

Ki Hajar Dewantara menambahkan bahwa merdeka itu artinya tidak  hanya terlepas dari perintah akan tetapi juga cakap  buat memerintah diri sendiri (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 469).

Peserta didik harus memiliki motivasi internal yang tumbuh dari dalam dirinya agar mampu menunjukkan sikap disiplin diri. Sedangkan guru sebagai pihak terkait berperan sebagai motivator untuk memupuk tumbuhnya sikap disiplin pada diri peserta didik. Peserta didik yang memiliki sikap disiplin diri menunjukkan bahwa mereka bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan karena mereka berperilaku dan melakukan tindakan berdasar pada nilai – nilai kebajikan universal yang ada pada Profil Pelajar Pancasila. Keenam elemen profil tersebut adalah peserta didik yang berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif.

Dalam buku Restructuring School Discipline karya Diane Gossen menyatakan bahwa ada 3 alasan motivasi perilaku manusia.

  1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman.

Jika peserta didik memiliki motivasi untuk menghindari hukuman atas apa yang telah dilakukannya. Sebagai contoh peserta didik mengikuti upacara bendera tepat waktu dengan alasan agar tidak terkena hukuman. Sebenarnya mereka sedang menghindari terjadinya masalah yang ditimbulkan dan mungkin muncul serta berpengaruh secara fisik dan psikologis jika mereka tidak mengikuti upacara. Di dalam benaknya terbersit sebuah pemikiran apa yang terjadi jika saya tidak melakukan hal tersebut?

  1. Untuk mendapatkan imbalan, penghargaan dan apresiasi dari orang lain.

Satu tingkat lebih tinggi dari alasan pertama yaitu untuk mendapatkan imbalan, penghargaan dan apresiasi dari apa yang telah dilakukannya. Peserta didik yang memiliki motivasi semacam ini maka dalam yang ada dalam pemikirannya adalah apa yang akan saya dapat jika saya melakukan hal ini? Peserta didik melakukan hal – hal yang baik karena ingin mendapatkan pujian, imbalan, hadiah dan pengakuan dari guru.

  1. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

Peserta didik yang memiliki motivasi seperti ini, mereka akan bertanya kepada diri mereka sendiri tentang mau menjadi seperti apa saya kelak jika saya melakukan hal itu? Peserta didik melakukan hal – hal yang baik karena mereka meyakini dan memahami bahwa perilaku tersebut akan menumbuhkan disiplin positif yang berguna bagi kehidupannya.

Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga pada peserta didik yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika peserta didik memiliki motivasi tersebut artinya mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak dalam jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai.

Pembiasaan Gerakan Disiplin Sekolah sebagai upaya menumbuhkan budaya positif

Ikuti tulisan menarik Saepullatip Saepullatip lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler