x

Iklan

Mukhotib MD

Pekerja sosial, jurnalis, fasilitator pendidikan kritis
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 19 Desember 2022 19:08 WIB

Pintamu

Cinta acap kali menjadi beban dalam hidup ketika yang dicintai selalu menuntut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apalagi yang kaupinta

ketika darah hanya tarian semu

alirannya menuju bentangan cakrawala

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

bukan ke sungai, apalagi samudera

hutan-hutan menangis

pohon-pohon melepas rantingnya

tak ada yang tersisa

menghiba tubuh yang menuju senja.

 

Apalagi yang kaupinta

saat jantung tinggal hembusan masa lalu

suaranya lirih tanpa rasa

tersendat, berderak di antara tenggorokan

angin mengalir gegas ke Selatan

sekejap saja berbalik ke Utara.

 

Apalagi yang kaupinta

air mata telah mengering di musim hujan

mengisi kawah Merapi dalam gelegak

hawanya menebar belerang

menyesakkan nafas para penggali di puncaknya

kematian dalam kematian pun kaupinta

akan kucarikan darah di semak-semak

akan kubelikan jantung baru di pasar loak

akan kukumpulkan air mata dari celah sungai

: meski aku tak tahu apa yang harus kuberikan padamu

Lampung - Magelang, 2022

Ilustrasi: agnali-3087927/pixabay

Ikuti tulisan menarik Mukhotib MD lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB