x

cover buku Gadis Buta dan Tiga Ekor Tikus

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 28 Desember 2022 05:44 WIB

Gadis Buta dan Tiga Ekor Tikus - Novel Tentang Konflik Perusakan Hutan di Jambi

Gadis Buta dan Tiga Ekor Tikus adalah buku kedua dari Trilogi Darah Emas karya Meiliana K. Tansri. Trilogi yang menggarap isu lingkungan, khususnya perusakan hutan di Jambi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Gadis Buta dan Tiga Ekor Tikus

Penulis: Meiliana K. Tansri

Tahun Terbit: 2010

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: 248

ISBN: 978-979-22-5736-6

 

“Gadis Buta dan Tiga Ekor Tikus” adalah buku kedua dari Trilogi Darah Emas karya Meiliana K. Tansri. Buku pertama berjudul “Mempelai Naga” (https://www.indonesiana.id/read/155767/mempelai-naga-sebuah-novel-lingkungan-hidup-dengan-latar-belakang-budaya-tionghoa-jambi). Buku pertama ditutup dengan lahirnya seorang bayi perempuan yang membawa darah naga. Kelahiran sang bayi diganggu oleh seorang dukun yang berupaya mencegah lahirnya keturunan Naga. Akibat gangguan tersebut, sang ibu yang melahirkannya mati. Sang bayi juga disangka mati. Sang Naga gagal memasukkan mustika ke mulut sang bayi sehingga sang bayi buta. Sang Naga murka dan memasukkan sisiknya kedalam tubuh Datuk Item - sang dukun. Sang bayi kemudian dibawa oleh Kakek Rombeng, seorang pendukung naga untuk dipelihara.

Seperti buku pertama, buku kedua ini juga menggabungkan cerita khayal dan kisah kekinian yang dipadu menjadi jalinan sebuah kisah.

Buku kedua ini lebih membahas tentang kerajaan kuno yang berada di Situs Kemingking. Tansri menggunakan tiga ekor tikus yang merupakan jelmaan dari sisa-sisa penguasa Kerajaan Kemingking. Ketiganya adalah Akyg, penjelmaan adik Putra Mahkota, Mnem Sang Perdana Menteri dan Noakh seorang hulubalang. Ketiga tikus ini percaya bahwa Sang Naga atau keturunannyalah yang bisa membuat mereka bertiga kembali menjadi manusia. Itulah sebabnya kegita tikus ini berupaya mencari Gadis Buta dan membantunya untuk mendapatkan mustika yang gagal dimasukkan ke mulut sang bayi saat dilahirkan.

Kisah khayal tentang ketiga tikus jejadian dan upaya si Gadis Buta mencari mustika adalah cerita kayal. Cerita khayal ini dipakai oleh Tansri untuk menggambarkan bahwa alam mempunyai kekuatan untuk melawan mereka yang merusaknya. Sedangkan cerita tentang bagaimana Hartanto berupaya mempertahankan pabrik kayu lapis yang berdiri di atas Situs Kemingking, merupakan kisah kekinian.

Tokoh Cen Cu, mempelai terpilih dimatikan di akhir buku pertama. Demikian juga tokoh Sang Naga tidak muncul di buku kedua. Sedangkan tokoh Hartanto, Datuk Itam alias Muhammad Baharuddin, Rigel dan Kakek Rombeng tetap ada di buku kedua. Datuk Itam yang digambarkan seakan-akan mati di akhir buku pertama, ternyata masih hidup. Namun sang Datuk mengalami siksaan karena Sang Naga memasukkan tiga buah sisik ke dalam tubuh Datuk Itam. Datuk Itam mengalami kesakitan yang amat sangat ketika makan atau minum. Sang Datuk tak bisa mati kalau ketiga sisik naga yang ada di tubuhnya tidak diambil.

Ada tokoh-tokoh baru di buku kedua ini. Tokoh-tokoh penting diantaranya adalah Leng Cu si Gadis Buta keturunan Naga, Xander anak Betel dan Rigel atau cucu Hartanto, Sakim sang pawang harimau, Teddy Kho sang mahasiswa dan Reuben Moore seorang arkeolog dari Barat. Dan tentu saja ketiga tikus jadi-jadian.

Buku kedua ini berkisah tentang upaya Leng Cu mencari mustika. Leng Cu bersama dengan Kakek Rombeng meninggalkan kelenteng untuk menuju Jambi. Perjalanannya tentu saja tidak mulus karena musuh-musuh Naga berupaya menggagalkan Gadis Buta menemukan mustika.

Xander, cucu Hartanto pulang dari Jerman. Datuk Itam memperingatkan Hartanto bahwa Xander akan menjadi sekutu Naga. Namun Hartanto, karena merasa sayang kepada cucunya, mengabaikan peringatan Datuk Itam. Benar saja, Xander ternyata memang secara sengaja atau tidak sering membantu keselamatan Leng Cu.

Ketika Kakek Rombeng dan Leng Cu sampai di sebuah rumah yang akan membawanya ke tempat mustika berada, rombongan Leng Cu diserang oleh preman-preman suruhan Hartanto. Kakek Rombeng meninggal. Namun si Gadis Buta berhasil lolos karena ditolong oleh ketiga tikus.

Karena rasa kasihan, Leng Cu membantu Datuk Itam untuk mengambil tiga sisik naga yang menancap di tubuh Datuk Itam. Upaya itu justru membuat mustika hitam yang ada di tubuh Datuk Itam terserap ke dalam tubuh Gadis Buta. Akibatnya Gadis Buta menjadi orang yang sangat kejam. Ia membunuh para musuh Naga dengan menggunakan telapak tangan api.

Dalam buku kedua ini, Tansri mengisahkan lebih mendalam tentang Situs Kemingking sebagai peninggalan arkeologi. Reuben Moore bersama dengan Rigel berhasil membuktikan bahwa Situs Kemingking memang valid sebagai peninggalan arkeologi.

Saat penggalian Situs Kemingking dilakukan, ternyata si Gadis Buta menjadi sangat jahat dan berupaya merebut mahkota yang ditemukan di Situs Kemingking. Sejak itu pembunuhan dengan ciri mayat gosong dengan tanda bekas telapak tangan meneror masyarakat Jambi.

Dalam menggabungkan kisah khayal dan kisah kekinian, Tansri memasukkan kepedulian orang muda akan lingkungan, khususnya kelestarian hutan. Tokoh Teddy Kho digambarkan sebagai seorang mahasiswa yang peduli kepada pencegahan kerusakan hutan. Apakah sosok Teddy Kho mewakili generasi muda Jambi yang lebih peduli kepada lingkungannya yang semakin rusak? 724

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler