x

Ilustrasi Pertunjukan Musik. Foto: Pexels dari Pixabay

Iklan

IRKaMedia

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 1 Maret 2023

Jumat, 3 Maret 2023 23:05 WIB

Transformasi Industri Musik dari Awal ke Era Digital

Industri musik Dunia, telah mengalami perjalanan panjang lebih dari Seabad sampai kini memasuki era platform musik Online.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Industri musik dunia telah mengalami perjalanan panjang lebih dari seabad sampai kini memasuki era platform musik online. Itu dihitung sejak penemuan phonograph oleh Thomas Edison pada tahun 1877. Pada masa itu musik diproduksi dalam bentuk piringan hitam dengan phonograph. Sayangnya, tidak semua orang mampu membeli piringan hitam dan alat pemutarnya, sehingga hasil rekaman musik menjadi barang mewah. Namun, seiring berjalannya waktu, industri musik terus mengalami transformasi yang mengubah pola bisnis dan cara distribusi musik.

Di Indonesia sejarah awal industri musik Indonesia dirintis oleh Sujoso Karsono yang akrab dipanggil Mas Yos. Kecintaannya pada musik membuat beliau mendirikan The Indonesian Music Company Limited tanggal 17 Mei 1951 yang dikenal sebagai label Irama. Kehadiran Irama yang mulai mempopulerkan musik-musik Amerika Serikat ke Indonesia lewat grup-grup band dan sering diadakanya festival-festival band seperti festival irama populer yang diadakan di beberapa kota di Indonesia menjadi salah satu akibat pemuda di Indonesia mulai menyukai lagu-lagu yang berasal dari Amerika Serikat.

Pertumbuhan band di kalangan pemuda saat itu dianggap oleh Presiden Soekarno sebagai hal yang negatif bagi kehidupan pemuda Indonesia. Pemerintah Indonesia mengambil keputusan untuk melindungi kebudayaan nasional dari pengaruh asing. Sejak pertengahan bulan Oktober 1959 masyarakat Indonesia sudah tidak mendengar lagu-lagu berirama rock n roll, cha cha dan mambo dari seluruh Radio Republik Indonesia. Radio Republik Indonesia (RRI) dalam program Pembangunan Semesta Berencana Indonesia menyatakan bahwa musik dan lagu merupakan sebagian dari kebudayaan yang membangun mental. RRI berupaya mewujudkan program itu dengan cara menyiarkan hasil-hasil karya musik Indonesia, dan penciptaan lagu-lagu Indonesia oleh musisi Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari Piringan Hitam ke Kaset

Industri musik memasuki era modern pada awal abad ke-20 dengan terjadinya peralihan dari piringan hitam ke kaset atau cassette player pada tahun 1932. Produksi musik menjadi lebih murah sehingga semakin mudah didistribusikan ke berbagai lapisan masyarakat.

Di Indonesia transformasi Industri ini baru mewujud 30 tahun kemudian. Pada tahun 1965, PH label Mesra memproduksi kasetnya yang diedarkan oleh Disco Records tahun 1967. Dan produksi kaset tersebut merubah produksi Industri Musik Indonesia dari Piringan Hitam menuju ke Kaset.

Dalam segi kuantitas kaset lebih baik dari piringan hitam (PH), karena dapat merekam banyak lagu. Di era kaset mulai menimbulkan pembajakan yang terjadi dimana-mana dan semena-mena. Kaset diminati banyak masyarakat, selain harganya yang murah, kaset mampu menampung jumlah lagu yang lebih banyak. 

Perubahan lainnya selain evolusi adalah berubahnya kebijakan politik pasca berakhirnya kekuasaan Presiden Soekarno dan beralih ke rezim Presiden Soeharto atau yang dikenal dengan Orde Baru.  Saat itu band Blue Diamond yang merupakan band asal Belanda sedang dalam puncak karir internasional. Blue Diamond sendiri merupakan band barat pertama yang datang ke Indonesia setelah masa kepemimpinan Soekarno berakhir dan membuat pertanda baru industri musik Indonesia.

Dari Kaset ke CD

Era kaset berlangsung cukup lama hingga pada tahun 1980-an, para produser musik mulai memakai CD sebagai media produksi dan distribusi musik. Distribusi musik semakin masif dan mudah diakses oleh semua kalangan. Grup musik besar seperti The Beatles, Madonna, Queen, The Rolling Stone, dan Michael Jackson menjadi legenda dan mempengaruhi budaya populer di seluruh dunia. Meskipun telah bertransformasi dalam tiga era, pola bisnis dalam industri musik masih dipertahankan hingga era 1980-an.

Di Indonesia, tahun 1988 era baru industri music dimulai, pirangan compact disc berformat digital mulai muncul di pacaran. Lebih dari 100 judul CD yang berisi lagu-lagu Indonesia dengan berbagai jenis aliran music. Nirwana records merupakan label yang mengawali penjualan CD pada akhir tahun 1987. Pada saatitu Nirwana records berhasil menjual 400 dari 1000 judul CD dan VCD-K yang mereka produksi. Mereka juga memproduksi laser disc pertama kali di Indonesia dengan label Nirwana Audio Video yang berisi lagu-lagu karaoke Indonesia. Karaoke menjadi salah satu kebiasaan masyarakat yang mulai muncul di Indonesia karena faktor revolusi industry music dari analog ke digital. Pada tahun 1999, produksi VCD-K mencapai puncaknya. Tahun 1998 berhasil terjual 1.334.390 keping, dan pada tahun 1999 jumlahnya naik hingga empat kali lipat dibandingkan tahun 1998.

Berkembangnya media massa, khususnya muncul stasiun televisi swasta seperti RCTI, SCTV, TPI, ANTV, dan Indosiar turut srta mempengaruhi industri music Indonesia. Terjadi semacam erlombaan antar stasiun televisi tersebut untuk menayangkan acara musik-musik populer untuk mendapatkan rating.

Dari CD ke MP3

Sebagaimana diungkapkan Ahmad M. Ramli, Staf Khusus Menteri Bidang Regulasi dan Pendidikan Tinggi Digital Kemenkominfo. Perubahan yang agak mencolok terjadi di era MP3, sekitar tahun 1990-an, ketika posisi produser kaset kemudian produser CD, mulai digoyahkan oleh perkembangan teknologi MP3. Inilah transformasi yang menyebabkan pihak-pihak terdistrupsi dan mengubah wajah industri musik. Perusahaan label dan produser mulai terguncang karena orang jarang membeli produk fisik seperti CD.

Industri music Indonesia era digital yang menembus angka penjualan sejumlah puluhan ribu, ratusan ribu, dan bahkan jutaan justru menemui masalah sangan berat yang hingga saat ini belum terselesaikan yaitu tentang pembajakan. Penjual CD dan VCD-K bajakan antara Glodok dan Harco selalu ramai. Harga sebuah CD resmi seharusnya dijual Rp35.000 tetapi dalam bentuk bajakan, harganya turun menjadi Rp 8.000, yang tentu membuat label rekaman, pencipta hingga penyanyi merugi. Kemajuan teknologi komunikasi dan industry telepon genggam sedikit membantu menyelesaikan masalah pembajakan dari segi pendapatan uang.

Era Smartphone 

Peralihan dari media CD ke MP3 langsung disusul dengan perkembangan smartphone pada tahun 1995. Musik semakin beralih ke dalam bentuk non-fisik lewat teknologi audio MP3 yang mudah didistribusikan. Di era ini, distributor CD mulai kehilangan perannya. Era smartphone mengantarkan industri musik ke pintu era cloud service atau musik digital.

Kemajuan teknologi komunikasi dan industry telepon genggam sedikit membantu menyelesaikan masalah pembajakan dari segi pendapatan uang. Industri musik Indonesia kemudian menjadi industri RBT (ringback tone) pada 2004, lagu yang diputar selama 50 detik menggantikan nada panggil telepon seluler mulai populer di pertengahan tahun 2004. Promosinya ada dimana-mana, brosur, sampul album, paket SIM-card, bahkan di rumah makan cepat saji. Dan menjadi geliat baru di Industri musik digital Indonesia setidaknya hingga tahun 2010.

Platform Musik Online

Era pasca-2010-an, industri musik mengalami transformasi yang drastis. Kuasa perusahaan label semakin terdistrupsi oleh teknologi platform semacam YouTube dan Spotify. Era ini memungkinkan musisi untuk meninggalkan pola produksi dan distribusi konvensional, dan membuka peluang lebih besar untuk berkarya secara independen.

Dalam era digital ini, masyarakat tidak lagi membeli musik secara harfiah, melainkan lebih memilih untuk mendengarkan musik di berbagai platform digital. Perkembangan teknologi telah membawa industri musik menuju perubahan yang positif dan membuka peluang yang lebih besar bagi para musisi untuk berkarya secara lebih mandiri.

Di era ini teknologi digital telah merubah dunia, termasuk Indonesia. Salah satu sektor yang terpengaruh oleh teknologi digital adalah Musik. Dengan adanya kemajuan era digital saat ini, kita sangat dimudahkan ketika ingin mendengarkan musik dimanapun dan kapanpun. Secara langsung, kecanggihan teknologi tersebut juga semakin memudahkan kita untuk mengunduh lagu yang diinginkan dan mendengarkannya secara bebas

 

Maka dari itu untuk mengunduh lagu yang diinginkan dan mendengarkannya secara bebas kita harus menggunakan dan memanfaatkan koneksi internet yang cepat dan stabil yang dapat diperoleh dengan mudah dan terjangkau dari ICONNET: Jaringan internet kabel fiber optik dari PLN Grup. Apalagi khusus pada bulan Maret ini muncul program “ICONNET March Better”, Saatnya kita memanfaatkan berbagai tawaran ICONNET bulan ini: 

  1. GRATIS biaya instalasi. Pengguna Baru tidak perlu membayar Rp 250.000 untuk biaya instalasi normal.
  2. Paket internet dengan kuota tanpa batas mulai dari 100 ribuan per bulan. Banyak peminat sambungan Internet kabel rumah akan sadar biaya yang dikeluarkan untuk koneksi internet perbulan cukup terjangkau.

Bagi kamu yang berminat dapat mengunjungi website iconnet.id atau download aplikasi PLN Mobile untuk informasi promo dan pendaftaran lebih lanjut. -IRKa

 

Ikuti tulisan menarik IRKaMedia lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler