x

Iklan

Christian Saputro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Juni 2022

Selasa, 7 Maret 2023 16:03 WIB

Sigale-Gale, Patung Fenomenal dari Tanah Batak

Salah satu ikon budaya Batak Toba yang khas dan fenomenal adalah Patung Sigale- Gale. Sigale-Gale nama sebuah boneka atau patung yang terbuat dari kayu  yang sering diperlihatkan saat acara adat di tanah Batak, yang bisa menari tarian khas tari tor-tor.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kalau Anda melancong ke Samosir jangan sampai tak menyaksikan Sigale-gale. Pasalnya, Sigale-Gale paling  kesohor memang berasal dari kawasan Toba. Patung ini dijumpai hanya di Samosir (Tomok-Simanindo), Danau Toba, Sumatera Utara.

 

Salah satu ikon budaya Batak Toba yang khas dan fenomenal adalah Patung Sigale- Gale. Sigale-Gale nama sebuah boneka atau patung yang terbuat dari kayu  yang sering diperlihatkan saat acara adat di tanah Batak, yang bisa menari tarian khas tari tor-tor.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Sosok boneka Sigale-Gale ini bagi anak-anak  cukup menakutkan. Pasalnya,  boneka kayu ini dengan wajah yang seram terlihat bisa menari, tangannya bisa bergerak-gerak sendiri mengikuti alunan musik adat Batak.

 

Sigale-Gale merupakan boneka/ patung kayu yang dibuat sedemikian rupa menyerupai manusia, dilengkapi dengan pakaian adat khas Batak. Patung ini bisa bergerak karena digerakkan dari belakang. Ada tali yang menghubungkan bagian kepala dan lengannya sehingga Sigale-Gale bergerak layaknya robot.

 

Konon pada masa dulu kala jumlah tali yang menggerakkan Sigaale-Gale itu sama dengan jumlah urat yang ada di tangan manusia. Pemain Sigale-Gale sering kali menggerakkan tubuh boneka agar turut menari (manortor) selama ritual penguburan atau  pemakaman. Sigale-Gale secara etimologis berarti “yang lemah gemulai”.

 

Menurut sejarahnya dulu patung  seukuran manusia ini didandani layaknya lelaki Batak Toba ini bisa digerakkan dengan kekuatan mistis  bukan mekanis seperti yang kita lihat kini.

 

Muasal dan Makna Filosofis Sigale-Gale

 

Sigale-Gale sudah dikenal sejak 400 tahun lalu. Ada beberapa versi mengenai asal-usul Sigale-Gale. Versi pertama, kisahnya zaman dulu kala ada seorang raja yang kaya dan berkuasa bernama Raja Rahat. Sang raja memiliki seorang putra yang sangat disayangi bernama Manggale. Suatu ketika pecahlah perang,

Manortor Bersama Sigale-gale

Raja juga mengirim anak yang disayanginya ke medan perang. Tetapi naas sang putra mahkota gugur di medan perang. Raja pun sangat sedih dan berduka. Karena memendam kerinduan sang Raja jatuh sakit. Seluruh tabib negeri dikumpulkan untuk menyembuhkan sang Raja. Seorang tabib mengatakan, kalau sang Raja sakit karena memendam rindu.

 

Maka sang tabib meminta penasehat kerajaan untuk memahat patung yang menyerupai Manggale. Namun, Raja berpesan agar patung tersebut ditempatkan agak jauh dari rumah, yaitu di Sopo Balian ---rumah-rumahan----yang berada di areal persawahan.

 

Begitu tiba saat upacara kematian, patung tersebut dijemput untuk menari di samping jenazah Manggale. Pada saat upacara kematian Manggale berlangsung, sang tabib memanggil roh Manggale dan memasukkan ke patung. Maka patung dari pohon Nanka yang wajahnya dipahat seperti Manggale manortor atau menari selama tujuh hari tujuh malam dengan iringan musik Sordam dan Gondang Sabangunan.

Patung ini memiliki roma muka yang menarik, alis mata dibuat dari tanduk kerbau dengan daun telinga yang diperindah ornamen berbahan kuningan atau dikenal dengan nama sitepal.

 

Versi yang kedua, konon ada seorang dukun bernama Datu Partaoar ingin sekali mempunyai anak laki-laki atau perempuan. Suatu ketika dia menemukan sebuah patung cantik di tengah hutan, persis seperti seorang gadis yang tubuhnya terlilit kain dan beranting-anting. Sang dukun kemudian membawa gadis itu setelah mengubahnya dari patung menjadi manusia. Istrinya yang juga berharap-harap selama ini untuk mempunyai keturunan memberi nama gadis itu dengan nama Nai Manggale.

 

Dia menjadi gadis yang disenangi penduduk karena kelembutannya. Suatu ketika Nai Manggale mendapatkan pendamping hidup. Namun seperti ibunya, ia tidak dapat melahirkan keturunan biologis. Dia pun berkata kepada suaminya yang bernama Datuk Partiktik agar memesan pematung untuk membuatkan sebuah patung yang bisa menari di samping jenazahnya kelak.

 

Patung itu dinamai Sigale-Gale. Berdasarkan versi itulah kiranya tarian Sigale-Gale pernah ditemukan dengan pasangan laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki namanya Si Manggale dan perempuan bernama Nai Manggale.

Boneka ini menampilkan tarian pada proses penguburanatau  pemakanan yang diberi nama Tor-tor Sigale-Gale. Tujuannya untuk menghilangkan karma buruk karena kecewanya alrmahum yang meninggal tanpa sempat punya keturunan (berdasarkan asal-usul versi yang kedua).

 

Orang Batak mempunyai kepercayaan, apabila seseorang meninggal tanpa anak, terutama anak laki-laki, maka akan membawa petaka karena jiwanya mengembara tanpa ada keluarga yang berdoa untuknya. Sesuai dengan kepercayaan setempat, setelah upacara penguburan/ pemakaman boneka atau patung Sigale-Gale harus dihancurkan.

 

Menari Bersama Sigale-Gale

 

 

Biasanya Sigale-gale padu padannya untuk manortor atau menari. Manortor bersama Sigale-Gale dipentaskan dengan membayar. Beban biaya pertunjukkan dikenakan pada rombongan wisatawan. Biasanya sekali pentas ditarik bayaran sekitar 80 ribu rupiah.

Sigale-gale Beraksi

Pemandu wisata yang sekaligus sebagai pemimpin pertunjukkan  menceritakan kisah Sigale-Gale. Kemudian, ia membagikan Ulos dan mengajak seluruh peserta untuk manortor mengikuti gerakan yang  dicontohkannya.

 

Gerakannya sederhana, hampir berupa melebarkan telapak tangan di samping tubuh atau di depan dada sambil menari mengikuti irama. Tetapi biasanya musiknya sudah diganti music rekaman. Padahal lebih mantap lagi kalau music live berupa gondang sabangunan.

 

Para turis pun manortor , Sigale-Gale bergerak secara ganjil yang membuat suasana agak magis. Patung Sigale-Gale tersebut mengkerut, kemudian bergetar, kemudian tangannya memuntir, memelintir, kemudian sambil manortor dan telapak tangan di arahkan ke depan. Indah dan sekaligus mistis ketika Sigale-Gale tersebut manortor sambil mengikuti irama musik Batak.

 Di ujung pertunjukkan, semua peserta dipersilahkan untuk menyawer Sigale-Gale. Menarik sekali melihat tangan Sigale-Gale yang menari tersebut penuh dengan lembaran uang.Sigale-gale pun sudah masuk atmosphere dunia entertain.

Sigale-Gale dan Pariwisata

 

Pertunjukan Sigale-Gale di Samosir kini sudah menjadi bagian pariwisata. Sigale-gale dijadikan   atraksi yang disajikan untuk para pelancong. Ada banyak tempat di seputaran Danau Toba untuk menyaksikan pertunjukan Patung Sigale-Gale. persis di sebelah makam Raja Sidabutar.

 

Di Samosir banyak ditemukan patung Sigale-Gale. Patung berprofil khas lelaki Batak ini bisa ditemukan di Desa Simanindo, Desa Pagarbatu (Balige), sebuah toko souvenir di Tuk-Tuk Siadong, dan untuk pementasan di Bagus Bay Tuk-Tuk Siadong.

 

Di Tomok sendiri ada dua buah patung Sigale-Gale yang berada lebih dekat ke jalan raya dan bukan berada di area inti pertunjukkan Patung Sigale-Gale. Patung-patung Sigale-gale ini memang tidak ada yang berwajah sama. Bahkan, Patung Sigale-Gale di Simanindo terdiri atas dua patung dalam satu keranda peti mati. Uniknya, Sigale-Gale kedua berukuran lebih kecil dan tampaknya merupakan representasi dari seorang wanita (terlihat dari ikat kepala yang dikenakannya).

 

Konon, katanya patung-patung ini merupakan perwujudan untuk mengenang kembali orang yang telah tiada. Maka dari itu, wajah Sigale-Gale dibuat menyerupai orang yang ingin kita kenang tersebut. Lebih dari pada itu, ada kepercayaan di masyarakat bahwa orang yang siap memahat Sigale-Gale sudah harus siap untuk menyerahkan nyawanya agar tarian Sigale-Gale nampak lebih hidup dan nyata.

 

Konon katanya , bila ada seseorang yang memahat patung Sigale-Gale, maka ia akan segera meninggal. Dari sebab inilah maka Patung Sigale-Gale tidak pernah dibuat banyak-banyak.

 

Berangkat dari kejadian-kejadian ini, proses pembuatan Sigale-Gale tidak pernah dikerjakan oleh satu orang, termasuk untuk peti mati yang penuh ukiran dan tali-tali mekanik penarik gerakan Sigale-Gale ini.

*) Christian Heru Cahyo Saputro, pejalan,suka motret, tukang tulis dan suka berbagi kisah tinggal di Semarang

Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler