Indonesia: Kaya Hutan Tropis, Miskin Jembatan Penyeberangan Satwa Liar

Senin, 20 Maret 2023 19:08 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di kaki Pegunungan Rocky, 100 kilometer sebelah barat kota Calgary, Kanada, terdapat 42 jembatan penyeberangan khusus untuk satwa liar. Dengan adanya jembatan angka kecelakaan satwa liar yang tertabrak kendaraan turun 80 persen. Sebagai pemilik hutan tropis terluas ketiga di dunia, Indonesia seharusnya memiliki wildlife crossing semacam itu. Semakin banyak dan beragamnya satwa, mestinya kian beragam pula usaha manusia melindungi mereka. Tapi manusia dengan sifat egosentrisnya selalu melahirkan anomali-anomali.

Seekor Bekantan yang Tertabrak di Jalan Raya Kalimantan

 

Di kaki Pegunungan Rocky yang terletak 100 kilometer di sebelah barat kota Calgary, Provinsi Alberta, Kanada, terdapat 42 jembatan penyeberangan yang dibuat bukan untuk manusia melainkan khusus untuk satwa liar. Jembatan penyeberangan khusus satwa liar (wildlife crossing) itu berada di dalam kawasan Taman Nasional Banff. Taman nasional yang didirikan sejak tahun 1885 tersebut sekaligus merupakan taman nasional tertua di Kanada. 

Jembatan penyeberangan khusus satwa liar di sana terdiri dari 6 overpass dan 38 underpass yang terletak di sepanjang jalur trans Kanada. Dengan adanya jembatan itu, angka kecelakaan yang diakibatkan karena menabrak satwa liar praktis turun 80%. Kesuksesan tersebut membuat Kanada menjadi salah satu negara pelopor dalam pembuatan wildlife crossing di seluruh dunia.

Jembatan semacam itu tidak hanya terdapat di Kanada saja. Jembatan serupa juga terdapat di negara lain seperti Amerika Serikat, Australia, Belanda, dan Inggris. Ada juga jembatan yang dibuat khusus untuk hewan tertentu. Kita dapat melihat di pulau Natal, Australia dengan jembatan penyeberangan khusus kepitingnya, kota Amaru, New Zealand dengan terowongan khusus pinguinnya dan Kenya dengan terowongan khusus gajahnya. Negara-negara tersebut pantas berbangga atas kepeduliannya dalam hal konservasi satwa liar.

Sebagai pemilik hutan tropis terluas ketiga di dunia, Indonesia seharusnya memiliki wildlife crossing semacam itu. Telah menjadi sebuah konsekuensi bahwa hutan yang luas pasti memiliki jumlah satwa yang lebih banyak dan lebih beragam. Dan semakin banyak dan beragamnya satwa, semakin banyak dan beragam pula usaha manusia untuk melindungi dan melestarikannya. Itu yang seharusnya dilakukan tetapi tetap saja, manusia dengan sifat egosentrisnya selalu melahirkan anomali-anomali.

Di Kalimantan contohnya, dari 5 provinsi dengan wilayah hutan terluas di seluruh Indonesia, 3 diantaranya ada di pulau itu. Pertanyaannya berapa wildlife crossing yang telah dibangun di Kalimantan? Jawabannya: Tidak ada.

Sebuah ironi memang, di pulau yang 73% daerahnya merupakan hutan ini tidak ada satu pun jembatan penyeberangan untuk satwa liar. Yang terdengar sekarang baru akan dibangun satu jembatan di jalur tol Balikpapan-Samarinda, itu pun baru sebatas rencana. Tahun ini Indonesia baru merencanakan, sedangkan Kanada telah membangun jembatannya sejak 1996. Ini mengindikasikan betapa jauh tertinggalnya kepedulian Indonesia dalam hal konservasi satwa liar.

Lalu apa yang sebenarnya dipedulikan oleh Indonesia? Apakah ekonomi? Mungkin saja. Karena hutan Kalimantan adalah salah satu hutan yang mengalami deforestasi paling parah dalam 20 tahun terakhir ini karena banyaknya penebangan kayu dan pergeseran fungsi hutan menjadi lahan kelapa sawit. Kayu dan minyak kelapa sawit adalah dua komoditas yang lumayan seksi di Kalimantan untuk di jual ke luar negeri sehingga dapat menambah devisa ekspor. 

Pertanyaannya adalah apakah ekonomi membaik? Saya tidak dapat menjawabnya. Baik-buruk itu terlalu subjektif yang dapat dilihat dari bermacam prespektif yang seringkali dipaksakan. Satu-satunya pertanyaan yang dapat saya jawab dengan jawaban “Ya!” yang mantap adalah “Apakah utang Indonesia bertambah?”. Silakan putuskan sendiri apakah bertambahnya utang itu adalah hal yang baik atau bukan.

Looking at life from a different perspective makes you realize that it's not the deer that is crossing the road, rather it's the road that is crossing the forest.

- Muhammad Ali

Minggu lalu, dalam perjalanan pulang dari bertugas, di sebuah jalan yang berada di tengah Kalimantan, saya melihat ada seekor Bekantan –hewan endemik pulau Kalimantan– yang tertabrak. Dengan susah payah hewan itu menyeret kakinya yang patah ke seberang jalan untuk kembali menaiki pohon, tempat yang menurutnya mungkin lebih aman. Lalu benak saya mulai berimajinasi sebuah percakapan ketika bekantan itu pulang dan ditanyai oleh bapaknya.

Karena kita sebagai manusia selama ini selalu menganggap kaki bekantan tersebut patah karena dia menyeberangi jalan raya dengan tidak hati-hati sehingga akhirnya tertabrak. Sedangkan bisa jadi bapak bekantan tersebut berkata bahwa manusia telah membangun jalan raya dengan tidak hati-hati, dan dengan lancangnya membelah hutan, hutan yang sejak semula adalah rumahnya.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Bryan Jati Pratama

Penulis Indonesiana | Author of Rakunulis.com

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler