Halo, Sahabat Indonesiana!
Indonesiana.id telah menjadi lahan segar dan luas bagi para pengguna yang ingin terus mengembangkan dunia literasi. Berbagai jenis tulisan ditampung Indonesiana dari para penulis.
Seperti sebuah karya fiksi terbaru yang mencuri perhatian salah satu editor Indonesiana.id, Tulus Wijanarko. Cerpen berjudul Yang Maha Visual karya Samroyani itu terbagi menjadi tiga babak atau bagian. Masing-masing bagian memiliki sudut pandang dari tokoh yang berbeda.
"Tulisan ini salah satu karya yang menarik di bulan ini," kata Tulus dalam diskusi online bersama para penulis Indonesiana.id yang dikemas dalam Ngabuburit Indonesiana.id, Selasa, 28 Maret 2023. Lalu ia paparkan aspek menarik dari karya tersebut yang kemudian direspon peserta. Dari sini berkembang obrolan menarik mengenai karya-karya kretaif dalam kepenulisan.
Demikanlan yang biasanya terjadi dalam acara Temu Editor Indonesiana bulanan. Kegiatan ini berupa bincang santai membahas karya-karya di Indonesiana.id, konsultasi dan evaluasi dari editor, hingga berbagi cerita proses kreatif para penulis.
Diskusi online berlangsung cukup intim dan gayeng. Tanpa sekat. Hingga bulan Maret sudah dilaksanakan tiga kali. Kami tetap berharap Temu Editor yang biasanya berlangsung selama 1.5 jam ini bisa jadi ajang silaturahmi.
Di acara Ngabuburit ini, mas Tulus menjelaskan, mulai April 2023, editor Indonesiana bakal menetapkan dua karya terpilih setiap pekannya. Sebelum ini pemilihan dilakukan hanya sebulan sekali. Karya terbaik mingguan itu akan dibandingkan di akhir bulan dan kemudian dipilih dua tulisan, masing-masing untuk fiksi dan non fiksi. Pemenang di akhir bulan ini akan mendapat bingkisan menarik dari Tempo.
Temu Editor juga tak ubahnya sebagai ajang mereservasi semangat dan keterampilan penulis dalam membuahkan karya. Salah satu peserta yang hadir, Alifatul Haniah, misalnya, menanyakan bagaimana solusi agar bisa konsisten dalam menulis?
Pertanyaan ini mendapat respon dari beberapa peserta lain, antara lain, Bambang Udoyono dan Syarifudin. Keduanya memang selama ini aktif menulis di Indonesiana.
Jawaban keduanya memiliki benang merah. Kalau pak Bambang memilih menulis topik-topik yang ia sukai, bahan yang menurutnya perlu untuk dibagikan dan dibaca oleh orang lain. Misalnya mengenai pemikiran tokoh favoritnya, Maulana Jalaludin Rumi.
Sedangkan Syarifudin yang menjadi penulis terproduktif pada 2022, menulis topik-topik yang menjadi kegelisahannya mengenai hal apa saja. Bisa tentang dunia literasi, pendidikan, hingga isu yang sedang hangat, misalnya Indonesia yang batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
"Saya lebih senang menyampaikannya dalam tulisan, dibanding berdebat di media sosial," tutur Syarifudin. Menurut dia, menulis bisa menjaga kesehatan mental seseorang.
Peserta diskusi lainnya yakni Budi Mulyo Utomo, tengah menikmati dan menjajaki dunia menulis setelah tidak lagi bekerja. Dia berharap kegiatannya ini bisa menemaninya menghabiskan masa pensiun.
Saling berbagi pengalaman dalam dunia literasi ini selalu memercikkan hal-hal baru bagi semua yang hadir. Dan, tentu hal itu berfaedah bagi pengembangan masing-masing.
Sampai ketemu bulan depan.
Ikuti tulisan menarik Indonesiana lainnya di sini.
