Semana Santa, Aku Terpana

Minggu, 9 April 2023 09:00 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Aku yang terpana pada sosok yang entah siapa dia punya nama, tapi inilah caraku menikmati indahmu

"Kalau kita gak usah pulang lagi gimana? Kan prosesi laut sebentar lagi, jadi kita tungguin aja," ucap panjangku dengan Bapa.

"Boleh," jawabnya dengan yakin, dan wajahnya yang meneduhkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tak ingin kulewati setiap hal menarik yang sudah kutunggu sejak lama. Memang lama sih, tapi tidak benar-benar ditunggu olehku, tapi demi ini aku melewati 9 jam perjalanan.

Prosesi laut, yang selama ini ku dengar lewat cerita dari mulut kemulut yang menghantarku hingga ke kota ujung timur pulau Flores, larantuka.

Singkatnya prosesi laut ini adalah rangkaian dari Semana Santa yang dilaksanakan saat Paskah berlangsung, patung Tuan Ma diarak lewat perjalanan laut dari satu dermaga ke dermaga lain, kemudian pada prosesi malam untuk dikembalikan ke Katedral.

Aku yang muslim sangat tertarik dengan itu, sebagai sebuah budaya yang perlu disaksikan manusia yang berbudaya, hanya itu alasanku hadir di perayaan umat Katolik ini.

Jumat, 7 April 2023.

Matahari bersinar sangat cerah, seperti semesta mendukung prosesi ini berlangsung. Semua orang sibuk, yang tanggung jawabnya masing2. Ada yang sibuk memperiapkan kapal untuk berlayar, ada yang sibuk berkoordinasi, sibuk mengatung para penonton, ada juga tuh yang sibuk lari sana dan sini dengan tujuan yang akupun tak tau, ada juga yang sibuk menonton berdiri menyaksikan puluhan bahkan ratusan kapal yang sedang berjuang melawan deburan arus gonzalu.

 

Dengan hp seadanya ini aku coba mengambil gambar sebaik mungkin dan seindah mungkin sebagai dokumentasi dan bukti bahwa aku sudah sampai disini. 

"Mama, saya ingin kesana. Lihat lebih dekat," tanyaku saat berada ditengah dermaga.

"Silahkan hati2 ye, angin kencang sekali," anggukanku pertanda setuju.

Aku coba melangkah sampai ujung dermaga, memperhatikan setiap aktivitas manusia.

Saat itu lensa hpku berhenti pada satu sosok. Sosok yang tak pernah ku lihat tapi mencuri banyak perhatianku.

Kulitnya hitam manis, tak terlalu gemuk tapi cukup kekar. Matanya awas untuk melawan gelombang.

Mataku berbinar.

Sosok itu duduk di sampan kecil berwarna biru dibagian dalamnya. Tangan kokohnya memegang pedal mengayuh sampan yang bergoyang-goyang dengan deburan arus laut yang tak tenang.

Mataku menangkap dua sosok di sampan itu, tapi hatiku melihat berbeda.

Aku terpana dengannya.

Tak henti mata ini hanya tertuju pada dia yang tak kukenali. Tertuju pada lelaki itu.

Hiruk pikuk dermaga, sedangkan pikiranku tak memvalidasi itu, mataku hanya melihat dia dan kilauan dikeningnya setelah keringat terpapar dengan matahari.

Kaos yang dikenakannya seirama dengan semua orang, hitam. Tapi hati ini hanya melihat dia, dia yang namanya pun takku ketahui.

Setiap detik tentangnya ku perhatikan sangat lekat, seakan mata ini tak bisa lepas darinya. Pemandangan ini tak perlu ku dokumentasikan.

Mata ini telah terpana, 

Namun kenyataan memintaku untuk berhenti menikmati indahmu.

"Yok kita pindah ke dermaga pemberhentiannya," ajak bapak.

Aku berjalan melintasi desakan orang-orang yang sedang berdesakan menuju tujuan yang sama, tapi aku harus segera keluar.

"Halo, boleh kenalan?" 

Saat itu, mulutku seperti bisu. Hanya degup jantung yang tak beraturan, karena sosok itu sedang tepat didepanku.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Diah Simangunsong

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Menikmati Pagi di Watu Mitong, Riung

Senin, 4 September 2023 15:19 WIB
img-content

Bimsalabim Jadi Apa, Prok, Prok, Prok!

Selasa, 11 Juli 2023 16:00 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler