x

Iklan

Elfison Dahsananranca

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 November 2021

Senin, 17 April 2023 19:40 WIB

Pembelajaran Diferensiasi yang Bermakna dengan Bersinar di SMK

Sekolah Menengah Kejuruan sebagai sekolah vokasi dengan banyaknya bidang keahlian, Setiap keahlian mempunyai karakter tersendiri. Dalam pembelajaran banyak menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek. Tidak dapat dipungkiri dalam hal ini pendidikan kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan mampu mengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pendidikan yang berkualitas di era informasi sekarang ini merupakan faktor penentu dalam menghasilkan masyarakat yang memiliki kompetensi. Sekolah Menengah Kejuruan sebagai sekolah vokasi dengan banyaknya bidang keahlian, Setiap keahlian mempunyai karakter tersendiri. Dalam pembelajaran banyak menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek. Tidak dapat dipungkiri dalam hal ini pendidikan kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan mampu mengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

Karakteristik pendidikan kejuruan ini yang membuat adanya perbedaan dengan pendidikan umum. Dalam proses belajar mengajar di pendidikan kejuruan yang selama ini banyak menekankan hard skill. Padahal untuk siswa tidak semua kemampuannya sama. Dalam hal ini siswa kesulitan dalam mengembangkan kreativitas dan inovasinya. Kreatifitas merupakan sebuah proses yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan. Namun, kemampuan ini berbeda dari satu orang terhadap orang lainnya. Kemampuan dan bakat merupakan dasarnya, tetapi pengetahuan dari lingkungannya dapat juga mempengaruhi.

Kebijakan ini sudah barang tentu perlu disambut dengan baik, terutama ditengah ketidakseimbangan antara lapangan kerja, pencari kerja dan pencari kerja yang berkualitas. Namun demikian sudah barang tentu setiap kebijakan tidak semuanya efektif dan langsung sinergi dengan lembaga pendidikan (SMK) itu  sendiri,  terutama  dalam  aspek-aspek  pembelajaran  yang  relevan  bagi sekolah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam proses belajar mengajar di pendidikan kejuruan yang selama ini banyak menekankan hard skill. Padahal untuk siswa tidak semua kemampuannya sama. Dalam hal ini siswa kesulitan dalam mengembangkan kreativitas dan inovasinya. Kreatifitas merupakan sebuah proses yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan. Namun, kemampuan ini berbeda dari satu orang terhadap orang lainnya. Kemampuan dan bakat merupakan dasarnya, tetapi pengetahuan dari lingkungannya dapat juga mempengaruhi.

Kadang ada kalanya dalam kegiatan pembelajaran melupakan soft skill. Soft skill merupakan hal yang utama dalam proses pembelajaran. Disinilah peran guru untuk memberikan soft skill dan menumbuhkan karakter. Di SMK dengan siswa yang beragam dalam minat, kesiapan belajar, serta gaya belajar yang beragam. Setiap Siswa terlahir dengan keadaan beragam karakteristik dan keunikannya masing-masing. Untuk mencapai apa yang menjadi kebutuhan belajar mereka tentu saja harus bisa terlayani dengan sebaik-baiknya. Sebagai seorang guru yang juga sebagai fasilitator, dalam menerapkan merdeka belajar harus bisa menjadi fasilitator siswa dalam belajar.

Untuk membuat pembelajaran dengan tidak hanya menekankan pada hard skill maka guru membuat inovasi dengan membuat pembelajaran diferensiasi. Pembelajaran diferensiasi yang diterapkan memenuhi hard skill dan soft skill siswa. Penerapan pembelajaran diferensiasi ini dengan cara membuat siswa dan guru bisa membuat suasana lebih menyenangkan dengan tanpa paksaan. Praktik baik yang diterapkan pembelajaran diferensiasi.

Sukses dalam menjalani kehidupan dengan karakter, budi pekerti, akhlak dan ilmu yang bermanfaat. Mendidik dengan penuh hati serta keikhlasan bisa membuat masa depan menjadi lebih baik untuk kehidupan. Pembelajaran diferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar dan membantu siswa mencapai hasil belajar optimal dengan menggunakan diferensiasi konten, proses, atau produk. Gagasan yang bisa digunakan untuk diferensiasi proses disesuaikan dengan minat siswa, dan guru menyediakan bahan ajar sesuai minat siswa. Sementara untuk diferensiasi proses dapat menyesuaikan profil siswa serta dibutuhkan akses materi sesuai gaya belajar (visual, auditori, dan kinestetik). Mendidik membutuhkan cara yang berbeda-beda untuk mencapai karakter, budi pekerti, akhlak dan ilmu yang bermanfaat. Dalam mendidik keseriusan menyebabkan adanya perkembangan perubahan yang lebih baik lagi.

Menuju perubahan kearah lebih baik akan mengalami rintangan. Rintangan yang menjadi tantangan dalam berinovasi menjadi pemicu untuk tetap melakukan perubahan kearah lebih baik. Dalam melaksanakan tujuan dari pembelajaran agar tercapai apa yang diinginkan.

Pendidikan kejuruan yang dengan keahlian menjadikan proses belajar menjadi lebih kompleks. Belum adanya rasa atau untuk melakukan perubahan dalam berinovasi dalam proses pembelajaran. Masih adanya orientasi siswa yang hanya mengejar nilai tanpa melihat karakter serta soft skill yang dimiliki dan yang harus terus diasah. Bergantung dengan adanya teknologi yang menyebabkan pembelajaran menjadi instant dan mengakibatkan apa yang didapat menjadi sia – sia.

Siswa merasa bahwa dengan pembelajaran yang selama ini tidak memberikan dampak yang berarti. Tantangan dalam penerapan pembelajaran diferensiasi untuk pelaksanaan pembelajaran yang baik. Terutama dalam pelaksanaan pembelajaran masih berpikir bahwa siswa hanya diberi kesamaan dalam proses pembelajaran. Berpikir bahwa jika materi sudah tersampaikan maka selesai tugasnya tanpa memberikan umpan balik atau memetakan untuk selanjutnya. Kesamaan dalam pembelajaran dan bimbingan menyebabkan siswa menjadi lebih tertekan dalam pembelajaran.

Siswa belum paham untuk berbagi, diskusi, inovasi dan belajar dengan memanfaatkan teknologi. Karena yang dilakukan dengan teknologi hanya untuk belajar instan. Instan yang dimaksud tanpa ingin tahu proses yang dilakukan. Tantangan yang terbesar pada saat ini teknologi menjadikan ketergantungan dalam belajar.

Dalam menghadapi sebuah tantangan atau permasalahan dibuat cara dan langkah – langkah agar tercapai dari tujuan pembelajaran baik hard skill dan soft skill. Aksi yang dituangkan dalam proses pembelajaran untuk dapat menghasilkan pembelajaran yang bisa membuat siswa berbagi, diskusi, inovasi dan belajar. Dalam proses pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran diferensiasi yang pertama mengelompokan atau memetakan siswa. Pada dasarnya tidak semua siswa sama – sama.

Cara mengelompokan siswa dilakukan asesemen diagnostik awal atau melakukan diferensiasi dengan menggunakan barcode. Dengan barcode yang mempunyai makna adanya literasi digital. Siswa dalam membaca isi yang ada di barcode secara digital dengan cara menscan dengan aplikasi pembaca barcode. Disinilah bisa dibuat kelompok sesuai dengan barcode dan konten yang dipilih. Siswa bebas memilih isi konten dari barcode sesuai dengan kesiapan belajar, minat dan gaya belajar. Strategi yang diterapkan masing – masing siswa menscan barcode tersebut. Peran berbagi sangat berharga di strategi atau cara yang diterapkan. Jika ada kendala dalam pembaca barcode, siswa saling berbagi perangkat untuk membaca.

Setelah melakukan membaca barcode atau memilih konten. Siswa dikelompokkan berdasarkan barcode yang dipilih.. Konten yang dipilih siswa setelah melakukan scan barcode berbentuk infografis. Infografis yang ada berbentuk infografis tulisan, infografis video atau infografis blog/site. Infografis sebagai panduan dalam siswa melaksanakan pembelajaran dengan materi yang akan dibahas dan dipelajari. Infografis yang dilakukan untuk diferensiasi proses

Selama diferensiasi proses menerapkan dengan bersinar (berbagi, diskusi, inovasi dan belajar) dengan cara kelompok atau bersama – sama. Dalam hal asesmen yang dilihat tidak hanya sekedar kuantitatif tetapi juga kualitatif. Bisa melihat sejauh proses yang telah dilaksanakan dengan tetap dipnadu baik melalui infografis atau guru sebagai fasilitator. Siswa juga melakukan inovasi dengan memanfaatkan teknologi. Teknologi di manfaatkan untuk mencari sumber – sumber belajar yang berbentuk digital. Teknologi yang dimanfaatkan dapat bisa internet atau jagad maya lainnnya. Bisa juga dari teknologi yang dikembangkan dalam bentuk Platform teknologi dari Kemendikbudristek.

Bukan hanya teknologi yang ada di internet yang berbentuk digital. Serta aplikasi – aplikasi digital yang penggunaan sifatnya instan. Jangan di lupakan sumber – sumber belajar ada dilingkungan sekitar satuan pendidikan. Memanfaatkan lingkungan sekitar mereka atau murid sebagai sumber belajar yang sifatnya manual. Dengan cara murid mengambil gambar konten yang akan dipelajari untuk materi membuat sketsa dan ilustrasi.

Teknologi yang digunakan hanya sebagai panduan bukan digunakan untuk belajar secara instan. Siswa berinovasi agar dalam memanfaatkan benar – benar di aplikasi bukan berbentuk instan. Walau berinovasi secara manual tetapi murid tetap mengambil contoh – contoh gambar secara teknologi. Contoh gambar inilah yang akan murid lakukan untuk membuat sketsa dan ilustrasi. Strategi digunakan agar siswa paham dalam membuat sketsa mempunyai proses dan tujuan.

Selama diferensiasi proses dilaksanakan siswa di beri kebebasan untuk melaksanakan pembelajaran. Baik tempat membuat ilustrasi, gambar yang dibuat, dan menggunakan teknologi digital. Strategi inilah yang pembelajaran diferensiasi lebih bermakna. Santai dalam arti yang sebenarnya bahwa dalam mendidik tidak harus dengan kekerasan bisa dilakukan dengan bijak. Kekerasan dengan kelembutan mempunyai arti yang bermakna jika bisa menjadi panutan dan disegani.

Strategi yang diterapkan dalam pembelajaran diferensiasi yaitu diferensiasi produk. Diferensiasi produk untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa terhadap pembelajaran pada saat itu. Memahami cara atau proses membuat tugas. Dibuatlah instrumen – instrumen asesmen agar bisa melihat perkembangan siswa serta pemahaman. 

Tujuan dari instrumen – instrumen yang dibuat untuk mengelompok – mengelompokan siswa. Kelompok ini dengan belum paham, paham, lebih paham. Guna dari membuat kelompok ini agar dapat dipandu dan dibimbing serta diberikan fasilitasi, agar murid sesuai dengan kelompoknya. Kelompok agar membuat siswa menjadi lebih baik lagi. Diferensiasi produk untuk memberikan bimbingan lebih lanjut.

Pembelajaran diferensiasi ini menjadi lebih bermakna agar lebih bersinar (berbagi, diskusi, inovasi dan belajar). Dengan bersinar inilah siswa menjadi lebih tertantang, lebih nyaman dalam hal belajar. Dengan pembelajaran diferensiasi ini siswa bisa berbagi, diskusi, inovasi dan belajar. Tanpa diskusi dan inovasi siswa sedikit atau adanya kesulitan dalam hal pembelajaran.

Serius dalam mendidik. Mendidik membutuhkan cara yang berbeda-beda untuk mencapai karakter, budi pekerti, akhlak dan ilmu yang bermanfaat. Dalam mendidik keseriusan menyebabkan adanya perkembangan perubahan yang lebih baik lagi. Dalam proses pembelajaran dengan penerapan yang dilakukan juga masih menjumpai kendala –kendala. Kendala yang dihadapi masih belum paham sepenuhnya dengan pembelajaran maksud dan tujuan pembelajaran dari materi yang ada.

Ini sebagai bahan refleksi dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bahwa untuk membuat pembelajaran yang dapat membuat siswa merdeka belajar dengan cara menerapkan pembelajaran diferensiasi. Penerapan berbagi, diskusi, inovasi dan belajar yang tidak dilakukan dengan sendiri-sendiri lebih efektif dalam proses pembelajaran.

Sampai dalam perubahan kearah yang lebih baik. Menggunakan indikator – indikator baik jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Mendidik bisa membuat dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Mendidik dapat membuat adanya perubahan yang lebih mendalam.

Setiap hasil dari proses pembelajaran terbagi menjadi cukup efektif, efektif dan lebih efektif. Dibuat dengan instrumen atau umpan balik yang sesuai pada saat pembelajaran. Kegunaan dari instrumen ini menjadi perbaikan dengan tetap terus melakukan evaluasi. Agar pembelajaran kearah yang lebih baik tetap lebih baik. Respon atau hasil dari pelaksaan pembelajaran diferensiasi memudahkan siswa untuk selalu mengembangkan minat, gaya belajar dan kesiapannya. Dengan belajar diferensiasi siswa merasakan ada mudahnya, ada susahnya, dan ada senangnya. Pembelajaran diferensiasi tetap terus diterapkan untuk keahlian atau jenjang yang berbeda – beda dengan cara bersinar (berbagi,diskusi, inovasi dan belajar). Teknologi tetap digunakan tetapi jangan lupa bahwa karakter yang terus dijaga. Pelajaran yang diambil bahwa tetap melakukan inovasi, belajar dan berkolaborasi.

Mendidik memang sulit dari pada mengajar. Mengajar bisa dilakukan oleh siapa saja dan dengan apa saja. Mendidik memerlukan sentuhan-sentuhan yang membuat para peserta didik menjadi nyaman. Semoga dengan mendidik yang penuh hati dan ikhlas akan merubah kearah yang lebih baik. Teknologi tidak akan menggantikan peran guru dalam mendidik, Manfaatkan teknologi bukan dimanfaatkan teknologi. 

Ikuti tulisan menarik Elfison Dahsananranca lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler