Musim Lalu
Oleh: Silwati
Adalah angin menatah musim saat sepiku bertanya tentang kau yang berlalu tak bersebab. Tak kuluang sebait cinta apa dan siapa untuk menempati sebuah nama yang kuprasastikan dalam hati. Kau terbungkus rapi dalam ingatan yang tak pernah pudar. Aku sendiri.
Pada musim meluruhkan daun-daun dan tiga windu aku kehilangan rimbamu. Kau tiba-tiba bagai kilat tanpa mendung menjelma dengan mata penuh harap sebuah cinta yang pernah kau labuhkan.
“Seret aku kembali ke dalam indah harapanmu!” ucapmu lirih.
“Cintaku tak pernah layu, tapi hatiku telah membatu. Kau nyata di masa laluku, tapi bayang di masa kiniku. Jika kau datang menjemput cintaku, kau hanya mengurai mimpi yang tak akan pernah nyata,” ucapku sambil berlalu di antara gerimis.
Ikuti tulisan menarik Harna Silwati lainnya di sini.