x

cover buku Menghirup Udara Segar

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 3 Mei 2023 19:13 WIB

Menghirup Udara Segar - George Orwell

Novel karya Orwell yang menggambarkan betapa kejamnya perang dan kapitalisme.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Menghirup Udara Segar

Judul Asli: Coming Up For Air

Penulis: George Orwell

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penterjemah: Berliani M. Nugrahani

Tahun Terbit: 2021

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: 320

ISBN: 978-602-06-5174-3

 

Bagi saya kehebatan George Orwell adalah kemampuannya menangkap hal-hal biasa dan merefleksikan kepada kegalauan sosial tingkat tinggi. Contohnya adalah peristiwa menembak gajah. Peristiwa ini mungkin akan menjadi sebuah peristiwa biasa saja apabila Orwell tidak menggunakannya sebagai sebuah kiasan akan hubungan Inggris dengan orang Birma (Myanmar). Bukankah menembak gajah adalah hal yang lumrah? Apalagi itu dilakukan di sebuah pedesaan Myanmar yang memang banyak gajah.

Namun di tangan Orwell kisah menembak gajah itu dibawa kepada perenungan nilai ekonomi versus nilai kemanusiaan. Apakah membunuh gajah itu tindakan yang benar, meski si gajah telah membunuh seorang manusia? Bukankan gajah yang hidup nilai ekonominya lebih mahal daripada seorang kuli yang dibunuhnya?

Saya sudah membaca beberapa buku karya Orwell, atau buku kumpulan tulisan Orwell. Saya membaca Animal Farm, buku yang dianggap sebagai karya unggulan dari Orwell. Saya juga membaca 1984 yang menggambarkan kediktatoran dan pengawasan paranoid terhadap rakyat. Saya membaca karya-karya Orwell dalam bentuk cerpen, esai dan surat yang terkumpul dalam Collected Esays, Journalism & Letters of George Orwell dalam Bahasa Indonesia yang dijuduli Mereka yang Tertindas terjemahan Masri Maris dan Setiawan Abadi.

Dari beberapa buku dan karya terpilih Orwell itulah yang membawa saya kepada sebuah pendapat bahwa Orwell adalah seorang penulis yang sangat piawai menggunakan peristiwa-peristiwa biasa saja untuk membahas sebuah isu sosial yang luar biasa.

Buku karya Orwell yang baru saja saya baca adalah sebuah novel berjudul Menghirup Udara Segar atau dalam judul asliya Coming Up for Air. Dalam buku ini Orwell membahas tentang dampak kapitalisme yang terjadi setelah Perang Dunia I dan Perang Dunia II di sebuah desa di Inggris. Tokoh utamanya, sekaligus sebagai penutur cerita bernama George Bowling. Mr. Bowling adalah seorang salesman asuransi paruh baya dengan tubuh yang gemuk, beristri dan punya dua anak.

Mr. Bowling tinggal di Jalan Ellesmere Road, di desa West Bletchley. Mr. Bowling mengisahkan masa kecilnya di desa tersebut bersama ayah, ibu dan kakah lelakinya. Ayahnya membuka toko pakan ternak. Bowling kecil dan kakaknya menempuh pendidikan di desanya. Seperti halnya anak-anak kampung, Bowling kecil juga melakukan kenakalan-kenakalan anak-anak. Kegemarannya memancing sering membuatnya masuk ke pekarangan tetangga untuk memasang pancing di kubangan yang ada ikannya.

Hobi mancing tersebut terbawa terus sampai Bowling dewasa dan berkeluarga. Hobi mancing inilah yang dipakai sebagai benang merah cerita oleh Orwell untuk menggambarkan perubahan-perubahan yang terjadi di kampungnya setelah ditinggalkannya selama 30 tahun. Orwell menggambarkan perubahan kampungnya akibat kapitalisme dan perang dengan mengacu kepada kubangan-kubangan tempat dimana ia memancing di waktu kecil dulu. Sangat menarikkan?

Bowling meninggalkan kampungnya karena Perang Dunia I. Ia masuk menjadi tentara. Namun ia tidak selamanya menjadi bagian garis depan. Ia mengalami cedera yang membuatnya ditarik dari garis depan. Akhirnya oa hanya bertugas di bagian logistik. Meski di bagian logistik, saat perang selesai Bowling mendapatkan gelar ketentaraan yang sangat disegani oleh masyarakat. Namun gelar tersebut tak membuatnya mudah secara ekonomi. Maka akhirnya ia bekerja sebagai agen asuransi.

Bermula dari nasip mujurnya, yaitu menang taruhan pacuan kuda sebesar 17 pound, Mr. Bowling memanfaatkan uangnya untuk kembali menengok desa yang telah ditinggalkannya selama 30 tahun. Ia ingin menengok kubangan-kubangan yang dulu banyak ikannya untuk memancing. Namun saat ia sampai ke desa tersebut, semuanya sudah berubah. Toko-toko tradisional sudah tergantikan dengan toko-toko modern milik para pemodal besar. Orang lokal sudah tidak ada lagi yang mampu bersaing dengan toko-toko modern tersebut. Tanah-tanah yang dulu kosong telah berubah menjadi pertokoan, perkantoran dan perumahan yang penghuninya bukan orang lokal. Bahkan tempat kubangan yang dincarnya karena saat kecil banyak ikan besarnya, kini telah berubah menjadi pemukiman elit.

George Bowling menjadi orang asing di kampungnya sendiri!

Mr. Bowling sangat kecewa. Ia tidak mendapatkan kesenangan nostalgia seperti yang dibayangkannya. Alih-alih mendapatkan kesenangan, saat ia masih di desa, malah ada bom jatuh di desa tersebut. Bukan bom dari Jerman, tetapi bom Inggris yang salah sasaran. Begitulah perang. Serba tak menentu dan selalu memakan korban.

Terbukti bahwa dalam novel ini pun Orwell berhasil menggunakan kejadian-kejadian kecil yang wajar sebagai alat untuk membahas masalah sosial yang besar. Kali ini ia membahas tentang kapitalisme yang menggerus kehidupan orang kampung. Bahkan dalam waktu yang tak terlalu lama, tak lebih dari 30 tahun, sebuah kampung warganya bisa tergantikan oleh orang-orang baru.

Orwell juga membahas bagaimana perang berperan besar dalam menentukan nasip orang. Perang menimbulkan korban fisik dan mengubah tatanan sosial. Perang tidak memberi kesempatan bagi orang-orang biasa untuk ikut serta mengubah masa depannya.

Seperti novel Orwell lainnya yang telah saya baca, novel Coming up for Air juga diselipi dengan analisis Orwell terhadap buku-buku yang dibacanya. Ada saja cara ia mengulas buku-buku yang dibacanya dengan menyisipkan pada adegan tertentu dalam novelnya. Di halaman 164-165 Orwell menuliskan beberapa judul buku seperti “The Woman Thou Gave Me, Sesame and Lilies, The Hirtory of Mr. Polly, Sinister Street, dan sebagainya. 748

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu