x

Ilustrasi

Iklan

Janwan S R Tarigan (Penggembala Kerbau)

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Agustus 2020

Selasa, 16 Mei 2023 23:30 WIB

Menengok Masa Kecil Kartini

Kartini menunjukkan bakat dan kemampuan yang tinggi dalam belajar, dan dia belajar dengan giat hingga menjadi lancar berbahasa Belanda.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Raden Ajeng Kartini, atau yang lebih dikenal sebagai Kartini, lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, Indonesia. Ayahnya, Raden Mas Sosroningrat, adalah seorang bangsawan Jawa yang menjadi kepala desa di desa Mayong, sedangkan ibunya, M.A. Ngasirah, adalah seorang perempuan Jawa biasa. Kartini adalah anak ketiga dari empat bersaudara.

Kartini tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang taat beragama dan memiliki budaya yang kuat. Meskipun pada masa itu, perempuan di Jawa terbatas dalam hak-hak dan kebebasannya, Kartini mendapat kesempatan untuk belajar dan dibimbing oleh ayahnya. Ayah Kartini sangat mementingkan pendidikan dan membuka peluang untuk putrinya belajar bahasa Belanda, yang pada saat itu adalah bahasa kolonial Belanda.

Kartini menunjukkan bakat dan kemampuan yang tinggi dalam belajar, dan dia belajar dengan giat hingga menjadi lancar berbahasa Belanda. Dalam korespondensinya dengan teman-teman Belanda, Kartini berbicara tentang pentingnya pendidikan bagi perempuan dan harapannya untuk membebaskan perempuan dari batasan-batasan yang ada.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, pada usia 12 tahun, Kartini dijodohkan dengan seorang bangsawan Jawa yang lebih tua darinya, sebagai bagian dari tradisi perjodohan pada masa itu. Kartini tidak senang dengan perjodohan itu, namun pada akhirnya menurut demi kepentingan keluarganya. Setelah menikah, Kartini harus menetap di rumah dan tidak diizinkan lagi untuk belajar. Hal ini membuat Kartini sangat frustasi, karena dia sangat menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk membebaskan dirinya dan perempuan lain dari keterbatasan sosial.

Meskipun demikian, Kartini tidak menyerah. Dia tetap mempelajari berbagai bahasa asing dan membaca banyak buku untuk mengembangkan pengetahuannya. Dia juga berusaha untuk menolong masyarakat di sekitarnya dengan mendirikan Sekolah Rakyat untuk anak-anak desa, yang memungkinkan anak-anak dari kalangan yang kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan.

Kartini wafat pada usia yang sangat muda, yaitu 25 tahun, pada tanggal 17 September 1904 karena komplikasi setelah melahirkan anaknya yang pertama. Meskipun hidupnya singkat, semangat perjuangan dan prinsip hidup Kartini menjadi inspirasi bagi banyak perempuan di Indonesia dan di seluruh dunia. Hari kelahirannya diperingati sebagai Hari Kartini di Indonesia, sebagai penghormatan atas jasanya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan bagi mereka.

Ikuti tulisan menarik Janwan S R Tarigan (Penggembala Kerbau) lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu