Monolog Sekakmat di Depan Cermin: Saya Mau Kopi
Sabtu, 20 Mei 2023 08:42 WIB
Catatan Ringan Film Autobiography (Makbul Mubarak, 2023)
MONOLOG SEKAKMAT DI DEPAN CERMIN: ‘SAYA MAU KOPI!’
Wahyu Kris
Jika film mencerminkan percaturan manusia dengan segala hiruk-pikuk kemanusiaannya, percaturan hidup macam apakah yang tecermin dari film yang diawali dengan permainan catur dalam cermin?
Pada mulanya benda-benda bermunculan di frame begitu saja. Sebidang cermin, segenggam kacang, dan sepermainan catur. Kehadiran itu tampak sebagai perihal biasa. Tak perlu ditanyakan mengapa ia hadir di frame ini. Tak perlu diusut untuk apa ia hadir pada detik ke sekian. Lalu, seiring guliran film, barulah kita tersadarkan bahwa semua benda itu hadir dengan sehimpun pesan dibaliknya. Pesan itu hadir samar. Dalam pesan samar itulah sejatinya kita bisa membaca film lebih utuh. Ada kalanya benda hadir sebagai metafora cerita. Ada juga benda yang bertemali erat dengan pergulatan tokohnya.
Autobiography (Makbul Mubarak, 2023) lugas menghadirkan kosagambar sebagai metafora cerita sekaligus pergulatan tokohnya. Kosagambar nyaris semuanya hadir sebagai tanda di awal film. Satu per satu setiap gambar menemukan titik-kait metafornya dengan cerita. Penemuan titik-kait itu terjadi perlahan, berjalan seiring dengan pergulatan tokoh menggerakkan cerita.
Permainan catur di menit awal yang terpantul dari cermin dinding tampak samar. Rakib menyingkap yang samar itu dengan percakapan singkat:
Seratus Ribu/Apa?/Vishy Anand/Sebentar.
Sepertinya Rakib menang taruhan. Ia menjagokan Vishy Anand. Tak jelas siapa yang ia kalahkan dalam fragmen permainan itu. Yang pasti, Vishy Anand pernah meruntuhkan hegemoni pecatur Rusia Gerry Kasparov dan Anatoly Karpov.
Permainan catur Vishy Anand sebagai the giant killer itu simetris dengan pergulatan Rakib beradu strategi dengan Purna. Namun, bukankah semua pemain catur pasti punya strategi? Jadi, punya strategi saja belum tentu jadi pemenang. Strategi terbaik adalah strategi membaca strategi lawan.
Purna mengajari Rakib menembak. Rakib diberi seragam tentara. Purna mengajarinya menyusun bidak pertahanan catur. Rakib dikenalkan dengan lingkaran raja lokal. Purna memandikan Rakib. Purna yakin Rakib adalah pion yang akan mengantarkannya ke titik kemenangan. Perlahan, Rakib terjebak dalam pusaran strategi Purna. Rakib kemudian sadar bahwa ia hanyalah bagian dari stretegi Purna. Ia berusaha lepas dan menjauhkan jarak dari Purna. Namun, akalnya mudah terbaca. Selepas mencari bukti perusakan baliho di sungai, Purna tahu Rakib menyembunyikan sobekan kertas di sakunya. Pelarian Rakib pun dengan mudah ditangkap pion-pion berseragam suruhan Purna.
Rakib kembali berjarak dekat dengan Purna, tapi permainan catur belum usai. Rakib meleburkan taktiknya dalam strategi Purna. Ia tampak menjalankan strategi Purna, tapi sejatinya ia sedang menjalankan taktiknya sendiri. Pion yang diasuh Purna itu pun menjadi menteri dengan taktik mumpuni. Purna silap dan itulah yang meruntuhkannya. Ia terjungkal di bidang catur anak didiknya sendiri.
Sebagaimana sebuah auotobiografi yang ditulis oleh si empunya cerita, Autobiography menegaskan bahwa garis hidup tak layak diserahkan arahnya kepada orang lain. Seberapapun lurus atau bengkoknya, setiap manusia berhak atas satu kehidupan. Itu tak bisa dipertukarkan. Tak bisa diiris sebagian untuk diserahkan kepada orang lain. Dua upacara kematian membuktikan hal itu. Setelah memusnahkan Agus, Purna memberikan sambutan di upacara kematian. Purna lupa aksioma semesta: Jika ada manusia yang mencoba mengiris garis hidup orang lain, ganjarannya jelas: hidupnya akan teriris lebih miris. Upacara kematian pun berulang. Kali ini Purna mati dan Rakib yang memberikan sambutan.
Autobiography 3
Melalui Autobiography, Makbul Mubarak menunjukkan kejeniusan semiotik-visualnya menggunakan tanda. Kecuali hadir pada awal film di dalam cermin, permainan catur juga hadir dalam keseharian Purna dan Rakib. Salah satunya adalah ketika Purna menghajar Agus yang menjadi titik belok cerita. Pada aras itu, Mubarak segaris dengan Kamila Andini yang, dalam Before, Now, and Then Nana (Kamila Andini, 2022), berani menarik lembu ke dalam rumah untuk menggambarkan garis nasib Nana yang terbelenggu. Juga bagaimana Kamila Andini menghadirkan warna ungu sebagai atmosfer yang melingkupi Yuni (Kamila Andini, 2021). Ikat rambut, pakaian dalam, minuman, deterjen, dan langit yang serba ungu kontras mengisahkan keanggunan dan keingintahuan akan seksualitas berjibaku dengan penyakit sosial dalam labirin budaya patriarki.
Sepanjang alur cerita, kedalaman suara Arswendy Bening Swara dan sorot mata Kevin Ardilova cukup terjaga. Ketenangan Purna setelah menghabisi Agus mengingatkan saya pada ketenangan Riwu Ga, sahabat Bung Karno semasa pembuangan di Ende, yang dimainkan Arswendy dalam monolog Radio Ibu (Yustiansyah Lesmana, 2021). Pun dengan sorot mata Kevin Ardilova sepulang berkaraoke. Sorot mata Rakib itu penuh amarah. Ada dendam membara seperti ketika Yoga—diperankan Kevin juga—mendengar kabar bahwa Yuni yang dihasratinya akan menikah dengan gurunya.
Keseluruhan, plot Autobiography bergerak simetris dengan permainan catur. Awalnya, catur dimainkan samar dalam cermin, lalu dimainkan benderang di atas meja. Permainan Rakib dan Purna berawal samar, lalu makin terbuka. Ia yang masih menjadi pion ketika Purna berucap ‘Siapa bilang saya minum kopi’ kini menjadi menteri. Rakib memungkasi kemenangannya dengan monolog sekakmat di depan cermin: ‘Saya mau kopi!’
Seandainya saja yang membesut Autobiography ini bukan Makbul Mubarak, melesapkan konflik agraria dalam pusaran pemilihan bupati bukanlah pilihan bernas. Itu pilihan arus utama. Apalagi dirilis pada 2023 yang mendekati tahun politik. Namun, faktanya, film ini dibesut Makbul Mubarak. Ia adalah kritikus tekun yang menekuri setiap jengkal perfilman kita—juga pergulatan sosial di ingatan kolektif masyarakat. Seterang ia mengritisi nafsu banal yang tecermin dalam sosok Pak Halim yang sok alim dalam Ruah (Makbul Mubarak, 2016), konflik agraria dan keculasan calon pemimpin daerah diangkatnya tanpa metafora.
Dengan begitu, Makbul bekerja sebagai pekerja seni yang melihat cerminan personalnya dalam pergulatan sosial. Pergulatan sosial menelusupi alam bawah sadarnya, merasuki lapisan ide-utopisnya, lalu memandunya menggerakkan bidak-plot dalam papan-film. Ketika mencipta Autobiography, Makbul sadar bahwa ia sedang bermain catur melawan dirinya sendiri sembari menulis autobiografi.
Autobiography 2
Judul : Autobiography
Genre : drama, thriller
Aktor : Rukman Rosadi, Arswendy Bening Swara, Kevin Ardilova, Yusuf Mahardika
Sutradara : Makbul Mubarak
Rilis : 19 Januari 2023
Durasi : 1 jam 54 menit
Medium : Amazon Prime Video
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Ketika Pesantren Menertawakan Diri
Minggu, 21 Mei 2023 17:46 WIBMonolog Sekakmat di Depan Cermin: Saya Mau Kopi
Sabtu, 20 Mei 2023 08:42 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler