x

laptop

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Minggu, 11 Juni 2023 14:05 WIB

Tantangan dan Peluang Kekinian Penulis Indonesia

Satu dalam seribu. Hanya satu dari seribu orang Indonesia gemar membaca buku. Itu salah satu tantangan penulis Indonesia. Meskipun demikian masih ada peluang besar. Apa itu? Sila baca terus.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tantangan dan Peluang Kekinian Penulis Indonesia

 

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bambang Udoyono

 

Tantangan yang dihadapi penulis Indonesia sungguh tidak ringan.  Meskipun demikian   kita tidak perlu kecil hati karena di balik kesulitan ada kemudahan alias peluang.  Mari kita tengok apa saja tantangan kekinian dan peluang penulis Indonesia.

Satu Dalam Seribu

 

Saya merasa masygul Ketika menemukan sebuah artikel di Majalah Tempo tanggal 14 Mei 2023.  Artikel itu mengutip temuan UNESCO tentang data perbukuan di Indonesia.  Ternyata minat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen.  Artinya di antara seribu orang Indonesia, hanya satu orang yang gemar membaca.  Para pembaca buku adalah mahluk langka di Indonesia. 

 

Berita berikutnya adalah tentang toko buku Gunung Agung yang akan gulung tikar.    Keduanya pasti berkaitan.  Bangkrutya toko buku Gunung Agung mestinya karena penjualan yang surut.  Minat baca yang rendah mestinya menjadi alasan utama. Pandemi kemarin menjadi pukulan berikut yang menyebabkan limbungnya toko buku Gunung Agung.

 

Sudah banyak orang mengulas alasan di balik surutnya banyak toko buku jadi saya tidak akan membahasnya.   Saya akan mengulik pertanyaan tentang masa depan  penulis.    Di masa depan para penerbit akan jauh lebih berhati hati dalam menerbitkan buku.  Mereka hanya menerbitkan buku yang kepastian lakunya tinggi.  Artinya makin sulit bagi penulis untuk menembus penerbit, apalagi penerbit mayor. Karena mereka akan menerapkan syarat ketat.  Salah satu unsur yang dinilai adalah  reputasi penulisnya. Agaknya akan makin berat buat penulis pemula yang belum memiliki portofolio. 

 

Maka pertanyaannya bagaimana penulis bisa survive dan berkembang di masa sulit?    Apakah hanya mengandalkan penerbit dan toko buku? Atau mencari order dari pemerintah? Atau mencari order penulisan dari perusahaan dan perorangan?  Menuis biografi misalnya.

 

Semua kemungkinan itu tentu layak dicoba.  Kenapa tidak.  Meskipun demikian saya memiliki pandangan berbeda.  Jalan ini belum banyak dilewati oleh penulis Indonesia.  The road less traveled, kata orang Barat.  Apakah itu?

 

Menulis dalam bahasa Inggris.  Mengapa tidak?  Kebanyakan para penulis sudah menguasai kompetensi bahasa Indonesia yang baik.  Salah satu sebabnya adalah memang mereka memiliki bakat dan minat pada bahasa. Maka monggo kembangkan sekalian kompetensi bahasa asing, terutama bahasa Inggris.

 

Menerbitkan buku di manca negara

Pertanyaan berikutnya, ke mana kita mengirim naskahnya?  Bukankah syarat mereka sangat tinggi dan kompetisi sangat ketat? 

 

Benar. Makanya kita harus menyiapkan Langkah bertahap.  Pertama kita bangun portofolio dulu. Setelah itu barulah kita bisa mencari literary agent yang akan mencarikan penerbit untuk kita.  Perlu dicatat bahwa di Amerika Serikat ada agen yang disebut literary agent, sebagai penghubung antara penulis dengan penerbit.  Mereka itulah yang akan mencarikan penerbit untuk penulis.  Tentu saja ada biaya untuk jasa tersebut.

 

Pertanyaan berikut, bagaimana membangun portofolio?

Pertama kita terbitkan buku di agregat seperti Draft2digital atau langsung ke penerbit buku ebook seperti Kobo, Google Playstore, Amazon dll. Mereka menerbitkan dalam bentuk Mobi dan Epub.  Selain itu mereka juga menyediakan juga layanan penerbitan buku cetak dengan skema POD alias print on demand.  Mereka mencetak dan mengirimkan berdasar pesanan. Satu copypun mereka layani.

 

Ada perbedaan sedikit antara agregat seperti Draft2digital dengan penerbit ebook seperti Amazon, Kobo, dll.  Agregat Draft2digital enyediakan layanan memformat naskah kita menjadi bentuk Mobi, Epub dan Pdf. Lalu dia menyalurkan buku elektronik kita ke toko buku digital seperti Kobo, Amazon, Vivlio, dan juga ke berbagai perpustakaan digital seperti Hoopla, Scribd, dll.  Dia juga melayani print on demand alias pemcetakan dan distribusi buku cetak.

 

Sedangkan Amazon, Kobo, dll hanya menyediakan jasa memformat dan menjual di toko mereka sendiri. Mereka tidak menyalurkan ke toko lain.

 

Maka menerbitkan melalu Draft2digital ini lebih praktis buat penulis.  Kita hanya perlu berhubungan dengan satu pihak saja tapi sudah bisa menjual ke banyak toko dan perpustakaan.

 

 Kelebihan lain adalah pada royalty.  Pada penerbitan ebook penulis mendapatkan persentase royalty yang jauh lebih tinggi daripada buku cetak.  Angkanya  bisa mencapai enampuluh lima persen.

 

Penulis tidak perlu membayar layanan memformat dan distribusi buku elektroniknya. Jadi ini sangat memudahkan penulis.

 

Saya sudah memiliki beberapa judul di Draft2digital.

A Getaway in Indonesia: Indonesian Language for Foreign Tourists

The Adventures of Panji

Operation Stealth Crescent

 

Penutup

 

Tantangan penulis Indonesia semakin berat di dalam negeri. Minat baca masyarakat Indoneia yang rendah menjadi penyebabnya.  Tapi di sisi lain ada peluang yang menarik yaitu di pasar global.  Tentu kita harus menulis dalam Bahasa Inggris.  Kita menerbitkan dulu secara indie dengan memanfaatkan jasa penerbit buku elektronik di manca negara. Setelah kita punya portofolio barulah kita siap mencari literary agent untuk mencarikan penerbit.

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu