x

Potret anak-anak malam hari

Iklan

Luthfiona Fitri

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Mei 2023

Rabu, 28 Juni 2023 10:57 WIB

Dimensi Historis Perubahan Iklim Indonesia

Kepedulian terhadap lingkungan bukanlah fenomena baru. Masalah lingkungan dipahami dengan baik oleh para ilmuan bahkan sebelum tahun 1900. Namun sayangnya sebagian besar dari mereka justru diabaikan. Jangan sampai hal paling fatal terjadi. Kematian alam merupakan kabar paling buruk dalam sejarah manusia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Luthfiona Fitri Ramadhani S

 

Kualitas lingkungan hidup di Indonesia dalam kajian sejarah lingkungan menjadi salah satu isu penting selama 20 tahun terakhir. Meningkatnya tekanan yang berpotensi mengubah kondisi lingkungan, berdampak terhadap peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi suaru negara. Artikel ini menjelaskan tentang apa itu sejarah lingkungan, perubahan lingkungan dan mengapa itu penting untuk dikaji, bagaimana konsep itu muncul, serta peran PBB dalam isu perubahan iklim.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kepedulian terhadap lingkungan bukanlah fenomena baru. Masalah lingkungan dipahami dengan baik oleh para ilmuan bahkan sebelum tahun 1900, namun sayangnya sebagian besar dari mereka justru diabaikan. Artikel ini juga mengkaji eksplorasi mengenai asal usul perubahan lingkungan, sejarahnya, serta kontribusi para ilmuwan secara luas yang baru mulai terfokus pada awal abad ke-20 ini. Mengingat bahwa cuaca ekstrem seperti gelombang panas dan hujan lebat di daerah tropis sudah terjadi dibeberapa tahun terakhir. Perubahan iklim merupakan agenda global bersama, sehingga juga dibutuhkan kesadaran bersama dalam menjaga dan memelihara keseimbangan bumi kita.

Sejarah lingkungan mempunyai bahan kajian yang luas. Menurut Recard Grove, sejarah lingkungan adalah bagian dari kisah masa lalu yang terdokumantasi secara historis mengenai kehidupan dan kematian dari masyarakat dan spesies dalam hubungan mereka dengan dunia sekitar mereka. Sejarah lingkungan adalah kontak manusia dengan habitatnya dan meliputi segala sesuatu dari desain perkotaan hingga alam liar.

Akar intelektual yang mendasari sejarah lingkungan dapat dilacak pada perjumpaan orang Eropa (kaum naturalis, tenaga medis, administrator, para petualang, colonial, pedagang, serdadu-serdadu Eropa, gubernur jendral, kaum misionaris, orang buangan, orang-orang yang dipenjara) dengan lingkungan tropis yang berbeda dari tanah asal mereka. David Cowenthal berpendapat bahwa dalam memahami sejarah lingkungan ada geografi persepsi yang berkaitan dengan sikap (attitude), kemudian terhadap respon (responsive) apa yang kita lihat dan cara kita membentuk lingkungan yang dipilih yang terkonstruksi karena adanya kebiasaan, budaya, hastrat, serta keyakinan.

Penjelasan tentang sejarah lingkungan pada dasarnya miskin konsep dan teori, meskipun sejarah pada hakikatnya ilmu yang sudah tua, akan tetapi dalam perkembangannya belum tersistematis. Demikian pula pada masa Romawi dan Yunani, baru pada abad pertengahan seorang sejarawan Prancis yang bermashab Anales mengadakan pembaharuan metedologi mengenai hubungan erat antar ilmu sejarah dengan ilmu sosial dan statistic sehingga rekonstruksi sejarah menyandarkan pada beberapa pendekatan.

Sejarawan dalam mengumpulkan sumber-sumber penulisan sejarah lingkungan harus dapat menyorot dan membuat kalkulasi berdasarkan sumber sejarah lain yang terkadang tidak membahas lingkungan. Sumber sejarah lingkungan dalam konteks di Indonesia, ada beberapa laporan tentang Komisi Penyidikan Kemakmuran semasa Hindia Belanda. Terdapat 14 volume yang membahas tentang pertanian, ekonomi desa, irigasi, perikanan, perkebunan, perhutani, dan lain sebagainya. Salah satu sumber utama dari sejarah lingkungan di Indonesia adalah Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Karbera (Australia), Laporan pekerjaan Umum Hindia Belanda. Namun, kurangnya pengetahuan ilmiah masyarakat Indonesia secara kerangka teoritis dan konsep-konsep tentang ekologi membuat sejarawan kurang percaya diri dan tidak memiliki perlengkapan konseptual yang memadai saat mengeksploitasi ranah kajian sejarah lingkungan. Pada umumnya, sejarah Indonesia biasa menangani isu-isu yang berkaitan dengan aspek politik, sosial ekonomi, kultural realitas masa lampau, dan beberapa isu penting lain yang tidak bersinggungan dengan alam lingkungan.

Realitanya saat ini, isu lingkungan menjadi seksi untuk diperbincangkan, karena mengaitkan antara ilmu kemanusiaan dan ilmu alam yang bersifat interdisipliner. Lambat laun, ekologi menghadapi masalah yang fundamental manakala munculnya risk society dalam etika dan estetika peradaban modern. System kehidupan masyarakat kemudian memiliki risiko yang tinggi setelah masyarakat menggunakan teknologi, dan perkembangan kapitalisasi yang kian pesat, sehingga eksploitasi terhadap sumber daya alam tanpa mengindahkan keberlangsungan alam selanjutnya. Disamping itu, masalah lingkungan di Indonesia menjadi masalah kehidupan masyarkat yang kompleks karena erat kaitannya dengan sosial, politik dan ekonomi, sehingga dalam penyelesaiannya tidak cukup dari satu segi tinjauan.

Pada konsep sejarah lingkungan yang difokuskan terutama adalah ekologi manusia, yaitu pada cabang ekologi yang melihat hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya, yang juga dapat diartikan makhluk hidup dalam rumahnya (dalam lingkungan rumah tangga makhluk hidup). Dalam ekosistem, hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan bersifat sangat kompleks. Semua makhluk hidup saling berkaitan dengan lingkungan hidup, yang mana sebagai ruang yang ditempati makhluk hidup berama bendabenda mati. Dalam masalah lingkungan hidup memerlukan unsur-unsur penting untuk membuat lingkungan hidup yang baik dalam pengelolaan lingkungan, karena mutu lingkungan hidup berpengaruh terhadap penyangga kehidupan makhluk hidup. Sejarah lingkungan muncul ketika terjadinya penilaian kembali atas budaya dan perubahan secara global serta adanya komitmen politik yang sangat kuat. Secara umum sejarah lingkungan dibagi dalam empat kategori, (1) permasalahan lingkungan; (2) perubahan lingkungan;(3) pandangan tentang lingkungan; (4) politik lingkungan.

Artikel ini akan secara eksplisit menggambarkan mengenai perubahan iklim yang merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang menimbulkan perubahan besar. Ilmu pengetahuan tentang perubahan iklim memiliki sejarah yang cukup panjang. Ilmu ini mulai dipelajari sejak masa Yunani dulu dan kemudian berlanjut di zaman abad pencerahan. beberapa ilmuwan telah memprediksi munculnya masalah lingkungan. Pada abad ke-19, dunia telah mengalami revolusi teknologi yang telah mengubah cara manusia hidup dan beraktivitas dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan modern, sehingga juga berdampak terhadap perubahan iklim global. Perubahan iklim merupakan perubahan distribusi pola cuaca secara statistik yang terjadi dalam jangka panjang yang dimulai dari dasawarsa hingga jutaan tahun. Sistem iklim adalah satu kesatuan yang saling berhubungan yang terdiri dari atmosfer, permukaan tanah, es dan salju, lautan atau badan air lainnya, dan makhluk hidup. Peradaban manusia sebagai suatu proses seiring dengan berkembangnya inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada dasarnya pertumbuhan jumlah penduduk berpengaruh terhadap perubahan iklim dan berpotensi terjadinya pemanasan global (global warming). Pola kehidupan manusia yang mengalami suatu revolusi besar-besaran ketika dihadapkan dengan meningkatnya jumlah penduduk manusia dan teknologi dapat menunjang kehidupan manusia. Pola hidup tersebut sebagian diantaranya ada yang kurang selaras dengan lingkungan alam sehingga menghasilkan krisis lingkungan. Perubahan pola kehidupan antara lain: meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang membutuhkan bahan bakar minyak, digunakannya traktor serta mesin dalam usaha pertanian, meningkatnya penggunaan energi listrik akibat alat-alat yang diaktifkan memerlukan tenaga terebut, dan lain sebagainya. Selain itu meledaknya limbah/sampah industri dan rumah tangga juga turut menimbulkan terjadinya pencemaran air dan tanah di muka bumi.

Guy Stewart Callender, seorang ilmuwan di era modern berpendapat bahwa perubahan iklim disebabkan oleh paningkatan antropogenik dalam konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, terutama melalui proses pembakaran. Studynya terfokus pada tren kenaikan suhu global, meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil, dan tingginya kosentrasi karbon dioksida. Sebagai hasil dari meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca, diyakini bahwa pada paruh pertama abad berikutnya, kenaikan suhu rata-rata global akan mengalai peningkatan tinggi dalam sejarah manusia.

Indonesia memang merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Tambang emas di Papua, tambang minyak bumi dan gas di Sumatra, tambang batu bara di Kalimantan, bijih besi di Lampung, timah di Bangka Belitung, dan masih banyak lagi. Di samping itu, Indonesia yang beriklim tropis menjadikan beberapa daerah di Indonesia memiliki hutan yang lebat. Akan tetapi kegiatan manusia yang membakar hutan dan menebang pohon sembarangan membuat rusaknya ekosistem hutan. Selain itu, juga menimbulkan pemanasan global dan perubahan iklim yang terjadi secara drastis tidak hanya di Indonesia tetapi juga terhadap dunia.

Nency Lee Peluso (1992), salah satu penggiat sejarah lingkungan mengkritik tentang kondisi alam Indonesia. Menurutnya, ada perlakuan yang tidak seimbang dan cendrung berat sebelah yang mengarah pada pulau-pulau di luar Jawa yaitu hancurnya kehutanan yang telah ada. Kerusakan hutan di Indonesia sering dikaitkan dengan rezim Orde Baru dalam kebijakannya tentang Revolusi Hijau, sehingga dibawah pemerintahan Orde Baru menyebabkan tanah di berbagai daerah Indonesia menjadi kritis, terjadi polusi air, dan deforestasi (illegal loging). Jan Palite (1989), menganalisis berkaitan tanah sawah pada masa Orde Baru yang merupakan factor utama yang bertanggungjawab bagi lingkungan yang rusak di negara Indonesia. Kendala dan nilai penting dalam sejarah lingkungan secara praktis Indonesia merupakan negara dengan permasalahan lingkungan yang kompleks. Banjir bandang, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan, silih berganti seakan-akan tidak ada musim tanpa bencana alam. Belum lagi bencana yang hadir secara perlahan-lahan namun pasti terjadi seperti erosi, abrasi, polusi, eksploitasi tambang berlebihan, degradasi lingkungan, dan lain sebagainya. Indonesia dianggap sebagai negara yang tidak putus dirundung bencana.

Dengan meningkatnya kekhawatiran serta bukti nyata mengenai perubahan iklim baik yang terjadi di Indonesia maupun secara global, maka penelitian dan penilaian terhadap lapisan ozon atmosfer dan konsekuensi modifikasinya diteliti di bawah pengawasan badan-badan PBB. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi (IPCC) yang menangani masalah perubahan iklim global ini adalah agar dapat mempelajari fenomena cuaca sebagai fenomena global dan meminimalkan kerusakan akibat gangguan bencana. Sehingga sangat mungkin bahwa dimasa depan peristiwa cuaca ekstrem seperti gelombang panas dan curah hujan lebat akan sering terjadi dan badai tropis akan menjadi lebih intens. Dari data yang diperoleh pada tahun 2005, dikatakan bahwa konsentrasi karbon dioksida di atmosfer terlebih efek rumah kaca sebagian besar melebihi konsentrasi 650.000 tahun terkhir, sehingga dapat dipastikan bahwa emisi karbon dioksida akan terus berkontribusi pada pemanasan global dan akan terjadinya kenaikan permukaan air laut selama lebih dari satu milenium.

Secara teoritis di dalam ilmu sejarah lingkungan adanya kajian untuk memperluas penelitian, sehingga secara akademis isu lingkungan menjadi isu yang sangat penting. Hal tersebut terjadi karena selama ini sorotan akademis lebih banyak menyoroti sosiopolitik baik tingkat local maupun nasional, heorisme melawan penjajah, kolonialisasi dan dekolonialisasi, revolusi social, pergerakan social, pergerakan ormas-ormas, agenda politik politisi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dengan adanya sejarah lingkungan semakin memperluas cakrawala lingkungan dalam bentuk baru. Sejarah lingkungan lebih dalam lagi diharapkan dalam historiografi (penulisan sejarah lingkungan) lebih banyak diungkap. Terutamanya dalam sejarah lisan yang mengarah pada asumsi konvensional, bahwa pengalaman manusia tidak terpisah dari realitas-realitas lingkungan alam, dan manusia merupakan spesies yang berada di atas alam serta dampak ekologis dari perbuatan manusia di masa lampau dapat diabaikan.

 

Ikuti tulisan menarik Luthfiona Fitri lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu