x

David Hidayat melakukan konservasi laut dengan kelompok Andespin (sumber gambar: Kumparan)

Iklan

Dewi puspa

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 30 Juni 2023 08:34 WIB

Tiga Cara Satu Tujuan Putra-putri Sumatera dalam Menjaga Lingkungan

David Hidayat, Muhammad Sidiq Zaelani, dan Vira Ria Rinjani sama-sama menjaga lingkungan di wilayah sekitar tempat tinggalnya. Mereka melakukan cara berbeda tapi dengan satu tujuan: terjaganya kelestarian lingkungan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Gerakan sadar lingkungan makin meluas ke berbagai daerah. Bukan hanya generasi muda yang tinggal di daratan Jawa, mereka yang ingin memberikan kontribusi untuk menjaga lingkungan juga berasal dari Sumatera dan daerah lainnya. Dari Sumatera, ada tiga di antaranya yang membantu menjaga lingkungan. 

Ketiganya adalah David Hidayat, Muhammad Sidiq Zaelani, dan Vira Ria Rinjani. Mereka sama-sama menjaga lingkungan di wilayah sekitar tempat tinggalnya, namun dengan fokus dan cara yang berbeda-beda. 

David Hidayat, misalnya. Pria kelahiran Sungai Pinang 28 Agustus 1987 ini memiliki kelompok bernama Andespin yang merupakan kependekan dari Anak Desa Sungai Pinang. Bersama kelompok yang didirikan dan diketuainya, ia melakukan konservasi laut dan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lain halnya dengan Muhammad Sidiq Zaelani. Pria yang lahir dan tinggal di Tanjung Rejo, Deli Serdang, Sumatera Utara ini mengetuai bank sampah untuk edukasi dan pengelolaan sampai di wilayah sekitar sungai dan pesisir pantai. Nama bank sampahnya unik, Bank Sampah Ndeso yang disingkat BSN. 

Sedangkan Vira Ria Rinjani yang akrab disapa dengan Vira, berfokus dengan budidaya maggot alias belatung sebagai sumber meningkatkan perekonomian masyarakat setempat sekaligus menjaga lingkungan agar bersih dan sehat. Perempuan kelahiran Rejang, Bengkulu ini bersama Maggot Recycle Center yang didirikannya membudidayakan maggot agar sampah organik yang ada di Rejang bisa bermanfaat. 

Vira Ria Rinjani berjuang selamatkan lingkungan sekitarnya dengan belatung (sumber gambar: Dahlia Siregar)

Mereka melakukan gerakan cinta lingkungan tersebut tidak serta-merta. Perjalanan mereka cukup panjang dan telah melalui banyak hal. 

Andespin mulai dibentuk tahun 2014. Saat itu David yang baru lulus sarjana perikanan dan kelautan mengajak para anggota komunitasnya, pemuda pemudi Nagari Sungai Pinang untuk melakukan konservasi ekosistem pesisir. Hal ini dikarenakan penggunaan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan dan wisatawan yang sengaja atau tidak sengaja merusak dan membunuh biota laut. Kegiatannya seperti menanam terumbu karang dan mangrove. 

Selanjutnya seiring waktu, berbekal ilmu dan keinginan untuk mencoba, mereka melakukan perluasan kegiatan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan warga Sungai Pinang dan menanamkan rasa cinta lingkungan ke anak-anak usia dini. 

Maka dengan berbekal tujuan mulia tersebut, Andespin mulai aktif melakukan kegiatan pembinaan ke anak-anak usia dini dan program peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui batik dan kopi mangrove. 

Kegiatan-kegiatan Andespin yang kontributif ke masyarakat dan lingkungan sekelilingnya membuat pemerintah Desa, universitas dan lainnya tergerak untuk membantu. Ada yang melakukan penelitian atau memberikan bantuan berupa buku bacaan, alat tulis, permainan anak-anak, dan sebagainya. Bantuan pemerintah berupa alat selam dan kapal patroli sangat membantu mereka untuk menjaga lingkungan sekitar agar terhindar dari illegal fishing dan illegal logging. 

Sementara itu Muhammad Sidiq Zaelani mulai mendirikan Bank Sampaj Ndeso pada Agustus 2018. Ia saat itu masih seorang mahasiswa Pendidikan Masyarakat Universitas Medan. Sebelum memulai programnya, ia aktif melakukan edukasi tentang sampah ke warga sekitar di mana sampah perlu dikelola agar wilayah mereka bersih dan bebas banjir. Sampah juga bisa didaur ulang dan didapatkan uang dari proses pengumpulan tersebut. Sampah di desa ini ada dua, sampah dari hasil aktivitas warga dan yang kedua berupa sampah kiriman yang terbawa ombak laut. 

Perlahan-lahan niatan Zae, panggilan akrab Zaelani, tersebut diterima oleh masyarakat sekitar. Kegiatan mereka juga melibatkan relawan sampah yang aktif bergerak di dusun sekitar pesisir yang dusun yang berada di aliran sungai rawan banjir. Alhasil hingga kini Bank Sampah Ndeso punya beragam kegiatan, dari gerobak door to door, menabung dan mendaur ulang sampah, juga program satu sampah seribu cerita. Dalam program sampah seribu cerita, masyarakat mendonasikan sampah apa saja lalu hasilnya akan disumbangkan ke taman  baca dan komunitas dongeng. BSN juga memberikan edukasi cara mengolah sampah sayuran agar bisa dimanfaatkan menjadi media tanam. 

Dalam mendirikan bank sampah, perlu edukasi ke masyarakat cara memilah-milah sampah (sumber gambar: sumberrejosid.slemankab.go.id)

Vira juga punya cerita menarik tentang usaha budidaya belatung yang digelutinya. Ia kerap mendapat cibiran karena belatung dianggap sebagai hewan menjijikkan. Selain itu sungguh susah mengubah cara pandang dan mengubah perilaku masyarakat yang suka membuang sampah sayuran di pinggir jalan atau ke saluran air. 

Namun seiring waktu dan buah dari kesabaran, usahanya berbuah manis. Masyarakat mulai paham bahwa Belatung yang dibudidayakan Vira bukan belatung sembarangan. Belatung yang diternakkannya adalah larva dari lalat black soldier fly. Belatung jenis ini punya kelebihan dalam mengurai sampai organik, juga merupakan sumber protein bagi hewan ternak. Alhasil sampah organik pun berkurang drastis dan Vira bersama para pemuda pemudi bisa memanen maggot. Panen maggot ini dijual ke peternak unggas dan ikan sebagai pakan ternak. 

Seperti halnya David yang punya cita-cita agar kegiatan Andespin berkelanjutan, Zae juga ingin BSN memiliki banyak program agar masyarakat memiliki kesadaran untuk mengelola sampah sehingga daerahnya bersih dan bebas anjir. Sedangkan Vira berharap agar lingkungannya bersih dari sampah organik dan masyarakat sekitarnya bisa memanfaatkan belatung untuk meningkatkan taraf perekonomian mereka. 

Ketiga putra-putri Sumatera ini atas kesungguhannya menjaga lingkungan mendapat apresiasi berupa penghargaan SATU Indonesia Award dari Astra. David dan Zae meraihnya 2022. Sedangkan Vira meraih SATU Indonesia Award pada 2021.

Belatung dari lalat jenis ini bermanfaat ini bagi lingkungan (sumber gambar: klampok.id) 

Kalian juga bisa mendapatkan penghargaan tersebut dengan ikut berkontribusi bagi lingkungan kalian, baik di bidang lingkungan ataupun bidang lainnya yang kalian geluti, seperti teknologi, wirausaha, pendidikan, dan kesehatan.

Ikuti tulisan menarik Dewi puspa lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu