Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi dalam tabu.id

Selasa, 11 Juli 2023 16:05 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mendiskusikan isu kesehatan seksual dan reproduksi bukanlah perkara mudah di Indonesia. Apalagi sampai mengangkat soal orientasi seksual, keperawanan, dan seks sebelum menikah. Namun, itu bukan tak mungkin. Komunitas Tabu menerobosnya. Dan inovasinya itu mendapatkan apresiasi SATU Indonesia Awards.

Dalam Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan masih rendahnya pengetahuan remaja mengenai Kesehatan Seksual dan Reproduksi (KSR). Sebut misalnya, dari 9.971 perempuan berusia 15-24 tahun, dan 12.612 laki-laki, hanya 33 persen perempuan dan 37 persen laki-laki yang mengetahui masa subur perempuan dengan benar.
Lebih dari itu hanya 12 persen perempuan dan 6 persen laki-laki yang mengetahui sumber informasi dan tempat berdiskusi mengenai KSR bagi remaja.

Potret sederhana mengenai kesehatan reproduksi remaja menggambarkan bagaimana situasi KSR di Indonesia. Dan menjadi tak mengherankan manakala masih selalu terjadi berbagai masalah KSR di kalangan remaja.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masalah-masalah KSR yang dihadapi remaja misalnya, masih tingginya angka perkawinan anak, yang menimbulkan banyak masalah turunan, misalnya, tingginya angka kemarian ibu saat melahirkan dan angka kematian bayi.

Belum lagi masalah kehamilan yang tidak dinginkan (KTD) yang tinggi di kalangan remaja. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) misalnya, menunjukkan KTD di kalangan remaja mencapai 19.9 persen.

Akar persoalan remaja tak bisa mendapatkan informasi KSR yang komprehensif dipertanggungjawabkan karena adanya anggapan informasi KSR dianggap sebaga sesuatu yang tabu--informasi yang tak pantas disampaikan kepada remaja. Akibat lain dari tabu ini, menjadikan terbatasnya sumber dan tempat remaja bisa mendapatan informas yang benar mengenai KSR.

Pada titik tertentu, situasi ini menjadikan remaja terjebak dalam mitos KSR, yang bisa membayakan kehidupan remaja. Misalnya, mereka beranggapan melakukan hubungan seks sekali saja tidak akan menyebabkan hamil.

Seperti hendak melawan arus utama pemahaman masyarakat mengenai KSR, beberapa mahasiswa dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, mengadopsi terma 'tabu' sebagai gerakan pendidikan KSR bagi remaja.

Alvin Theodorus, salah satu inisiator pendidikan KSR ini, mendirikan Yayasan Tabu Indonesia Berdaya (YTIB) sebagai badan hukum yang menaungi gerakan pendidikannya.

Secara operasional, Alvin dan teman-temannya mengembangkan sumber informasi KSR berbasis web dengan nama domain 'tabu.id'. Web ini menyediakan ruang belajar mengenai kesehatan seksual dan reproduksi, khususnya bagi anak muda Indonesia.

Tabu memberikan pembelajaran kesehatan seksual dan reproduksi yang komprehensif yang dapat diakses setiap elemen masyarakat. Mereka dapat teredukasi dengan berbagai konten, diskusi, serta kegiatan yang telah dilakukan.

Konsep pendidikan KSR yang dikembangkan Tabu mengikuti model yang dikenalkan ITGSE (International Technical Guidelines on Sexuality Education) UNESCO, yaitu kemampuan dan perilaku, sikap, dan pengetahuan.

Apa yang dikembangkan Tabu mendapatkan sambutan dari berbagai kalangan, terutama remaja. Ini tentu saja karena Tabu menyajikan informasi KSR menggunakan metode sederhana, menarik, dan mudah dipahami.

Misalnya, Tabu mengemas konten KSR berdasarkan fakta-fakta empiris, sehingga meyakikan dan tak terbantahkan. Selain, terus mengusahakan Tabu sebagai media pendidikan seksualitas yang ramah akses bagi setiap elemen masyarakat.

Sebagai omunitas pendidikan dan advokasi KSR bagi kaum muda berbasis daring, sejak awal teah memastikan tujuannya, untuk membantu terciptanya masyarakat, khususnya orang muda, yang terdidik dan terbuka terhadap KSR.

Tabu mencapai tujuannya dengan serangkaian pendidikan daring (web, media sosial, seminar daring), pendidikan langsung (seminar ke institusi pendidikan, forum diskusi), kerja sama dengan komunitas-komunitas lainnya, dan penelitian ilmiah di ranah KSR.

Isu-isu yang dikaji pun cukup luas. Sebut misalnya, menjaga kesehatan alat reproduksi, seksualitas, gender, relasi, kesetaraan gender, kontrasepsi, hak-hak reproduksi, dan infeksi menular seksual (IMS).

Tabu digagas pertama kali di Jakarta tahun 2018. Kini kegiatannya telah menyebar ke seluruh Indonesia, relawannya pun, tak lagi hanya di Jakarta, melainkan orang-orang muda dari berbagai daerah di Indonesia, dan sudah mencapai jumlah relawan sebanyak 78 relawan orang muda.

Tabu menjadi program unik dan unggul sebagai platform pendidikan KSR berbasis media pertama dan terbesar di Indonesia. Keunikan lainnya, karena mengangkat dan membahas isu-isu yang selama ini dianggap tabu (misalnya, orientasi seksual, keperawanan, identitas gender non-biner, pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi kepada anak-anak) dengan menggunakan pendekatan ilmiah.

Tabu memproduksi konten pendidikan selalu berdasarkan bukti-bukti nyata termutakhir dan telah melalui proses peninjauan dan penyuntingan yang sangat ketat.

Tabu memposisikan diri sebagai penyedia informasi, bukan pendikte pola pikir. Dengan informasi yang cukup dan mumpuni, diharapkan orang muda dapat mengambil keputusan terkait KSR yang paling baik untuk diri mereka sendiri.

Tantangan
Pertumbuhan platform yang lambat menjadi tantangan paling serius yang harus dihadapi pengelola Tabu. Dengan mengajak kalangan influencer untuk mempromosikan Tabu melalui media sosial, dan berhasil membawa Tabu menjadi ruang pembelajaran KSR berbasis media sosial terbesar di Indonesia.

Tantangan lain dalam menyediakan konten dengan melakukan riset dan menyederhanakan konsep pembelajarannya dan proses mendistribusikannya. Sebagaimana diketahui, Tabu mengangkat isu-isu sensitif, kepada masyarakat seperti orientasi seksual, aborsi, keperawanan, seks sebelum menikah, dan sebagainya.

Usaha yang terus menerus ini, akhirnya Tabu mampu menyediakan informasi KSR dan aktif memberikan penyuluhan digital pada remaja-remaja di Indonesia. Tabu pun menjadi kanal pertama dan terbesar yang memberikan informasi terkait KSR di Indonesia, khususnya bagi remaja.

Setelah tiga tahun berjalan, Tabu memiliki 104.000 pengikut Instagram dan 5943 pengikut Tiktok. Konten-konten kreatif, ringan dan terpercaya yang diunggah sebanyak tujuh kali dalam satu minggu.

Kontennya cukup beragam, di antaranya, Tabu Punya Cerita--konten kisah-kisah nyata mengenai KSR. Tujuannya memberikan ruang bercerita dan meningkatkan kesadaran, diskusi atau berbagi pengalaman KSR tidaklah tabu.

Bentuk konten lainnya, Infografis--berisi informasi-informasi teoritis, praktis dan terpercaya terkait KSR, berdasarkan sumber-sumber terpercaya, tidak terbatas pada studi-studi termutakhir, buku-buku teks, dan dokumen pemerintah dan lembaga terpercaya lainnya, termasuk badan-badan internasional.

Dalam jangka panjangnya, Tabu melakukan pengembangan inovasi jangka panjang dan jangka pendek. Misalnya, menyediakan layanan klinik kesehatan seksual dan reproduksi yang ramah terhadap anak muda, dan menyediakan jasa konseling baik secara daring dan tatap muka.

Tabu juga terus mengembangkan advokasi, dan sudah memiliki beragam jenis konten digital untuk memecah stigma dan meningkatkan kesadaran pentingnya kesehatan seksual dan reproduksi. Peremajaan jenis konten merupakan salah satu harapan Tabu untuk dapat menyediakan informasi melalui konten yang lebih menarik.

Lebih penting lagi, Tabu berharap tidak hanya bergerak sendiri, dan mulai membangun jaringan dengan komunitas KSR lokal untuk dapat membentuk kurikulum pendidikan seksual yang komprehensif yang dapat diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Semua yang dilakukan Tabu, merupakan kreatif dalam memecah tabu dalam masyarakat mengenai KSR. Bahkan menerobos berbagai diskusi yang selama ini sangat sensitif.

Inovasi inilah, yang menjadikan Tabu mendapatkan apresiai Satu Indonesia Awards 2022. Anda memiliki program kreatif lainnya dalam isu kesehatan, ajukan saja ke Satu Indonesia Awards. Mungkin tahun 2023 ini Anda yang akan mendapatkannya.***

Bagikan Artikel Ini
img-content
Mukhotib MD

Pekerja sosial, jurnalis, fasilitator pendidikan kritis

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler