Bermula dari kekhawatiran terhadap kecanduan gadget yang mulai menguasai anak-anak, Achmad Irfandi, pemuda asal desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo mendirikan sebuah program yang dinamai Kampung Lali Gadget.
Program ini digagas pada tanggal 1 April 2018 dikampung halamannya. KLG (Kampung Lali Gadget) merekrut para pemuda yang bertugas sebagai perencana, fasilitator edukasi, dan pendamping.
Misi Kampung Lali Gadget (KLG)
Kegiatan KLG berfokus untuk mengadakan program konservasi budaya untuk mengangkat permainan tradisional. Dan ternyata hasilnya pun cukup efektif untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget. Pada awalnya, program ini sebenarnya digelar untuk anak-anak Dusun Pagerngumbuk, namun seiring berjalannya waktu, program ini meluas sehingga anak-anak dari desa lain datang ke Pagerngumbuk.
KLG bertujuan mendorong masyarakat untuk bijak menggunakan gadget, sekaligus mengurangi ketergantungan gadget pada anak. KLG juga berusaha menjangkau generasi baru, yakni dari TK hingga SMP diwilayah Desa Pagerngumbuk.
Dukungan
Selain dukungan dari masyarakat yang sudah pastinya baik, dukungan finansial KLG diperoleh dari kocek pribadi serta bantuan sejumlah kolega. Perlahan, KLG mulai mengembangkan potensi pengrajin di desa untuk membuat
udeng pacul gowang dan mainan tradisional untuk dijual.
Selain itu, orang tua dari anak-anak juga turut dilibatkan membuat ecobricks yang terbuat dari sampah plastik. Kegiatan ini dilaksanakan tentatif sesuai ketersediaan waktu orang tua anak.
Perlahan, dukungan finansial yang diperoleh KLG terhubung dengan beberapa komunitas dan organisasi di Sidoarjo dan sekitarnya. Sejumlah dukungan dari pemerintahan daerah seperti dinas kepemudaan, olahraga, dan pariwisata, juga Dinas Perpustakaan dan kearsipan Kabupaten Sidoarjo turut memberikan dukungan seperti penyediaan buku bacaan hingga diberikan kesempatan bersosialisasi dan studi banding ke desa wisata Yogyakarta.
Dampak Adanya Kampung Lali Gadget
KLG memberikan dampak yang memuaskan untuk mengurangi kecanduan anak dalam bermain gadget. Beberapa diantaranya adalah mengubah kebiasaan anak-anak yang lebih memilih bermain di gubuk baca daripada gadget, mengubah pola pikir anak-anak peserta Program KLG, mengubah pola pikir orang tua dalam mengasuh anak, munculnya kegiatan rekreatif dan edukatif bagi masyarakat, dan KLG menjadi seolah menjadi branding untuk masyarakat Desa Pagerngumbuk.
Secara bertahap, KLG juga melakukan pengenalan Usaha Mikro Kecil Menengah desa dan tersedianya tempat jualan untuk warga saat kegiatan. Selain itu, ternyata ada juga peningkatan tumbuhnya kecintaan terhadap budaya, terutama wayang pada anak-anak.
Irfandi berharap kegiatan ini akan terus berkembang dan bisa menyembuhkan kecanduan masyarakat terhadap gadget. Tim KLG pun juga berharap bahwa isu kecanduan ini bisa diangkat secara nasional sekaligus menjadi keprihatinan bersama sehingga akan lebih banyak program-program atau komunitas yang bersama mengurangi masalah ini.
Hampir setiap hari, Irfandi dan relawan berkumpul untuk mendiskusikan pengembangan serta pendampingan untuk anak-anak. Kegiatan ini pun pada akhirnya menjadi salah satu program yang menerima apresiasi dari Satu Indonesia Award.
Dengan mendaftarkan usaha atau organisasimu disini kamu juga bisa berkesempatan untuk menjadi penerima apresiasi selanjutnya. Atau bahkan mungkin pemenang. Tunggu apa lagi?
Ikuti tulisan menarik Ariyo Rizky Valentino lainnya di sini.
