Indonesia dan Palestina, Dua Orang Sahabat dengan Keprihatinan yang Panjang
Kamis, 27 Juli 2023 06:31 WIBSetahun sebelum Idonesia merdeka Palestina sudah menggaungkan hal itu di Jerman melalui radio. Kini Indonesia sudah 78 tahun merdeka dan Palestina masih berkecamuk dalam konflik perang dengan Israel. Apa yang bisa dilakukan Indonesia sebagai balas budi baik kepada Palestina?
* Cara Penerapan dari Pernyataan Konstitusi terhadap Israel perlu di sesuaikan agar fleksibel dan menguntungkan baik bagi Indonesia maupun bagi berdirinya Negara Palestina Merdeka*.
* Benarkah 2 pernyataan terkait konstitusi terhadap Israel adalah 2 fokus pikiran bukan hanya 1 fokus pikiran seperti selama 77 tahun ini dimaknai?
Digunakannya terminologi kata “orang” bukan kata “negara” pada judul tulisan ini dengan maksud agar ada kesan lebih dekat ke hati. Kenapa bisa ada rasa dekat dengan Palestina? Karena adanya perhatian mufti besar Palestina (sesuai informasi dalam tulisan di bawah: Palestina Mengakui Kemerdekaan Indonesia) terhadap Indonesia setahun sebelum Indonesia merdeka. Tentunya hal ini memberikan efek semangat bagi Bung Karno, Bung Hatta dkk. dan bangsa Indonesia umumnya, serta sebagai upaya Palestina untuk mengingatkan agar pihak Jepang kelak menepati janjinya.
Bila Bung Karno, Bung Hatta saat ini masih hidup di dimensi 3 ini, tentunya bisa berkata bahwa merasa berhutang budi kepada Palestina, sebagaimana juga kita.
Mari baca potongan berita berikut:
Palestina Mengakui Kemerdekaan Indonesia
Kompas.com - 10/09/2021, 09:00 WIB
Mufti besar Palestina Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dan Muhammad Ali Taher, saudagar kaya Palestina, menyiarkan dukungan rakyat Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia. Dukungan tersebut disebarluaskan melalui radio berbahasa Arab pada 6 September 1944 di Berlin, Jerman.
Saat itu, diketahui Al-Husaini sedang bersembunyi di Jerman pada permulaan Perang Dunia II. Ulama ini mengumumkan dukungannya di tengah situasi sulit, saat sedang berjuang melawan imperialis Inggris dan Zionis yang ingin menguasai kota Al-Quds, Palestina. Kendati demikian, Al-Husaini tetap menyebarluaskan dukungannya terhadap kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia selama dua hari.
Tidak berhenti di situ, bentuk dukungan Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia juga terlihat ketika Palestina melobi negara-negara di kawasan Timur Tengah yang berdaulat di Liga Arab untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Palestina menjadi salah satu negara yang tanpa ragu memberikan pengakuan dan dukungan bagi kemerdekaan Indonesia. (Kompas.com, 10/09/2021)
Adapun maksud sahabat dengan keprihatinan yang panjang, mengingat status negara Indonesia kini sudah lebih dari 77 tahun mengalami kemerdekaannya, sebaliknya sampai sekarang Palestina masih tetap berkonflik dengan Israel, dengan derajat kerumitan konflik tingkat dewa. Konflik yang semakin menyudutkan, mengecilkan areanya dan melemahkan posisi Palestina. Hal itu bisa membuat semakin tidak jelas masa depannya.
Jumlah pengungsi juga terus bertambah, teritorinya semakin banyak di duduki, ini membuat kemandirian bangsa dan negaranya kian menjadi angan-angan. Kapan Palestina bisa membangun negaranya bila terus-terusan terjadi konflik? Sumber perekonomian Palestina-pun secara dominan masih menggantungkan kepada bantuan dan dukungan dari tetangganya baik negara, lembaga atau perorangan.
Semua itu sangatlah jauh berbeda dengan kekuatan negara Israel. Pembangunan pemukiman Israel di teritori Palestina terus bertambah. Juga pembuatan jalan-jalan, jaringan saluran air bagi pertanian dan pelabuhan. Semuanya ini tentunya untuk meningkatkan aktifitas dan keuntungan ekonomi bagi Israel (sumber dari berbagai berita video YouTube yang di posting 2 tahun yll., antara lain KompasTV Sapa Indonesia Pagi: Pengamat Hubungan Internasional Ungkap Deretan Fakta dan Latar Belakang Konflik, dan Mengungkap Deretan Fakta dan Penyebab Israel-Palestina Sulit Berdamai, dll.video YouTube lainnya).
Secara garis besar bisa dikatakan bahwa hanya dari pihak Israel sendirilah yang dapat menghentikan kebrutalan ini, mengingat desakan dari PBB ataupun dari negara-negara besar nyatanya tidak digubrisnya, tidak ada yang mempan untuk menghentikannya. Israel memang sudah masuk kategori “sakit”, dan tentunya penyelesaian masalah rumit tingkat dewa ini menjadi tantangan hebat bagi pihak-pihak yang berniat untuk membantu mendamaikan di wilayah ini.
Dan sampai sejauh inipun Indonesia sebagai sahabat Palestina, tidak bisa membantu “bergandengan tangan” dengannya dalam menekan atau bernegosiasi dengan Israel agar mengakui Palestina sebagai suatu negara merdeka (dengan demikian bisa menjadi anggota tetap di PBB). Indonesia hanya bisa mendorong Palestina dari belakang untuk terus maju sendirian menghadapi Israel. Cara lainnya adalah Indonesia meminta bantuan ke negara-negara sahabat atau kepada organisasi internasional (seperti Organisasi Kerja Sama Islam OKI , atau Perserikatan Bangsa Bangsa PBB) untuk menekan Israel. Kekuatan penekanan yang sangat terbatas, karena menggunakan tangan pihak ketiga. Indonesia memang tidak bersentuhan langsung dengan Israel. Hal ini dikarenakan Indonesia memegang teguh konstitusi yang termuat di dalam alinea pertama pembukaan UUD 1945 dan pada tulisan ini kita sebut saja sebagai “Pernyataan 1”, Pernyataan Konstitusi, yang berbunyi:
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus di hapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Dan juga Indonesia berpegang teguh kepada pernyataan Bung Karno pada saat seputar Asian Games tahun 1962, yang dalam tulisan ini kita sebut saja sebagai “Pernyataan 2” yang berbunyi:
"Selama kemerdekaan Bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel"
Apakah memang benar demikian? Bila ya, maka mempersepsikan kedua pernyataan tsb., memiliki makna yang mendasar. Penulis mohon kepada saudaraku pembaca semua untuk koreksinya apabila saya keliru. Terima kasih
Perkenankan nama saya Semilir seorang warga negara biasa seumumnya, bukan ahli hukum, bukan ahli politik, bukan ahli sosial, namun hanya berprofesi sebagai seorang terapis bio-energy/prana/getaran yang selalu berusaha seholistik mungkin dalam melihat penyakit/masalah.
Dalam tulisan ini saya mengajak saudaraku pembaca semua, dengan logika dan akal sehat serta jujur, menjajaki atau mengecek ke belakang dan memaknai kembali sepak-terjang Bapak Proklamator kita Bung Karno seputar sikapnya terhadap negara lain umumnya, serta Palestina dan Israel khususnya. Tujuannya agar cara kita bersikap bisa lebih baik lagi dan tidak merugikan diri kita sendiri, atau malah bisa lebih menguntungkan lagi.
Semisal kita ambil contoh dalam sejarah sekitar Konferensi Asia Afrika Tahun 1955, saya ambil informasi seperlunya seringkasnya dari situs berita www.Kompas.com dengan judul “Konferensi Asia Afrika 1955 Persiapan, Hasil dan Kendala” pada situs berikut ini:
Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika diadakan pada 18-24 April 1955 di Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Penyelenggara KAA 1955 adalah lima negara dalam Konferensi Kolombo sekaligus peserta Konferensi Panca Negara.
Adapun lima negara penggagas Konferensi Asia Afrika adalah:
- Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo
- Ceylon (Srilanka) diwakili oleh Perdana Menteri Sir John Kotelawala
- Burma (Myanmar) diwakili oleh Perdana Menteri U Nu
- Pakistan Perdana Menteri Mohammed Ali Jinnah
- India diwakili oleh Perdana Menteri Jawaharlal Nehru
Sebanyak 24 negara dari Asia dan Afrika menghadiri KAA, yaitu:
1.Afghanistan
2.Kamboja
3.Republik Rakyat Tiongkok (China)
4.Mesir
5.Ethiopia
6.Pantai Emas (Gold Coast)
7.Iran
8.Irak
9Jepang
10.Yordania
11.Laos
12.Libanon
13.Liberia
14.Libya
15.Nepal
16.Filipina
17.Saudi Arabia
18.Sudan
19.Syria
20.Thailand (Muangthai)
21.Turki
22.Republik Demokrasi Vietnam (Vietnam Utara)
23.Vietnam Selatan
24.Yaman
Peran Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika adalah sebagai negara pemrakarsa konferensi, sebagai tuan rumah Konferensi Panca Negara di Bogor 28-29 Desember 1954 sebagai pertemuan pendahuluan KAA, dan sebagai tempat penyelenggaraan KAA 1955.
Tujuan Konferensi Asia Afrika adalah untuk mempererat solidaritas negara-negara di Asia dan Afrika dan menentang penjajahan (kolonialisme) negara-negara Barat.
Persiapan KAA
Pada 15 April 1955, surat undangan KAA dikirimkan kepada 25 Kepala Pemerintahan negara Asia dan Afrika. Tetapi ada satu negara yang menolak yaitu Federasi Afrika Tengah (Central African Federation) karena masih dikuasai orang-orang bekas penjajahnya.
Sebanyak 24 negara menerima baik undangan meski pada mulanya ada negara yang masih ragu-ragu. Sebagian besar delegasi tiba di Bandung lewat Jakarta pada 16 April 1955.
Dari berita di atas, Israel tidak di undang karena Israel menjadi penjajah Palestina.
Dari melihat daftar peserta KAA, penulis melihat ada kejanggalan, yaitu kenapa nomor 3. Republik Rakyat Tiongkok (RRT/China) bisa menjadi peserta KAA? Yang kami tahu, RRT sebelumnya pada tahun 1950 melakukan aneksasi Kerajaan/Kekaisaran Tibet, kerajaannya Dalai Lama yang saat ini mengasingkan diri ke India. Informasi dari situs https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tenzin_Gyatso
Dari informasi “mengundang RRT dan menjadi peserta KAA” ini, dan tahu RRT menganeksasi Tibet, apakah boleh kita katakan bahwa Bung Karno menerapkan standar ganda? (bertentangan dengan konstitusi / Pernyataan 1 ?)
Tapi tunggu dulu! . . . . . . , rupanya ada informasi tambahan terkait dengan hal ini, yaitu pada berita dengan judul “Kisah Soekarno Memuluskan Konferensi Asia Afrika 67 Tahun Silam” pada situs okezone.com di bawah, dengan potongan informasinya:
Sempat terjadi beberapa hambatan, salah satunya tuntutan Burma (kini Myanmar), agar KAA juga turut mengundang Republik Rakyat China (RRC). Jika tidak, Burma mengancam resign alias mengundurkan diri.
Namun, tuntutan itu ditentang keras dua negara Asia Selatan, Pakistan dan Ceylon (kini Sri Lanka). Alasannya, RRC merupakan negara mutlak penganut komunisme dan dicemaskan akan mencoreng kenetralan yang ingin diusung KAA sebagai tonggak tatanan dunia baru.
Untuk, meredakan perdebatan, Soekarno memberi pertimbangan bahwa sedianya, kehadiran RRC justru bisa membawa hasil yang lebih baik buat KAA. RRC dianggap merupakan aset besar Asia. Alasan lainnya, meski RRC menganut komunisme, negara tirai bambu itu tak “mesra” dengan Uni Soviet.
Kekhawatiran pun selesai dan RRC diundang secara resmi ke KAA 60 tahun silam. Pada pidatonya, PM RRC Zhou Enlai tak memanfaatkan forum itu untuk menggugat keterlibatan Amerika Serikat (AS) soal sengketa Taiwan, atau menggugat keanggotaan RRC di Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
RRC menyatakan, sepakat sepenuhnya dengan tujuan dasar KAA, soal persatuan, perdamaian dan kemerdekaan negara-negara di Asia dan Afrika yang masih dicengkeram kolonialisme.
Persoalan tak berhenti sampai di situ. Demi menegaskan bahwa KAA juga bukan forum lain untuk “merapat” ke Blok Timur, dikutip dalam buku “The Bandung Connection”, Soekarno punya trik tersendiri pada pidato pembukaannya.
Bung Karno menyertakan puisi soal Paul Revere patriot heroik di masa Revolusi Amerika yang kebetulan, terjadi di hari dan bulan yang sama, 18 April 1775.
"The battle against colonialism has been a long one, and do know that today is a famous anniversary in that battle? (Perjuangan melawan kolonialisme sudah terjadi sejak lama, dan patut diketahui bahwa hari ini adalah peringatan perjuangan itu),” kata Soekarno.
“On the 18th day of April 1775, just 180 years ago, Paul Revere rode at midnight through the New England countryside. (Pada 18 April 1775, tepat 180 tahun lalu, Paul Revere di tengah malam berkuda sepanjang New England),” tambahnya.
“Warning of the approach of British troops and of the opening of the American War of Independence, the first successful anti-colonial war in history. (Memberi peringatan pergerakan pasukan Inggris dan membuka Perang Kemerdekaan Amerika, perang antikolonial pertama yang sukses),” ujar Bung Karno.
Bung Karno juga sempat lebih dulu memimpin mengheningkan cipta untuk ilmuwan ternama, Albert Einstein, yang wafat di waktu yang sama, 18 April 1955 sebelum pembukaan KAA.
Kita tahu, RRT di undang atas tuntutan Burma, bila tidak dia akan resign, dan Bung Karno memilih mengundang RRT karena ada azas manfaat / menguntungkan dari pada menolak RRT sesuai pendapat Pakistan dan Ceylon, serta jumlah peserta tidak berkurang dan bahkan bertambah satu, yaitu RRT. Tampak di sini betapa luasnya pandangan Bung Karno seakan bisa melihat 360 derajat horizontal, dan termasuk ke atas (langit) dan ke bawah (bumi) bagi intuisi/inspirasinya, seakan memiliki berbagai “kacamata”, mulai dari kacamata kuda, kacamata akal sehat, kacamata ke masa depan (visioner), kacamata ke belakang/sejarah, kacamata intuisi / inspirasi, kacamata imajinasi, kacamata hati, kacamata analisis-sintesis dan Beliau ini tahu persis cara menggunakannya dan kapan saat kacamata-kacamata tersebut perlu digunakan.
Sampai di sini, dengan alasan di atas, masih dengan pertanyaan yang sama, apakah Bung Karno dapat di katakan menerapkan standar ganda? (bertentangan dengan konstitusi / Pernyataan 1 ?)
Sekali lagi mohon tunggu dulu! . . . . . . , ada tambahan contoh di luar KAA, sebagai ilustrasi mirip-mirip hal tadi, mari kita mundur 5 tahun sebelum terlaksananya KAA, yaitu ke tahun 1950, dimana terjadi “hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Perancis”, sementara saat itu Perancis masih menjajah beberapa negara, a.l. Maroko, Aljazair, Kongo, Kamboja dll., lalu kenapa ko’ kita menjalin hubungan diplomatik dengan penjajah? Konstitusi kita kan anti-penjajahan?
Sesuai fakta tersebut di atas, apakah Bung Karno dapat di katakan menerapkan standar ganda? (bertentangan dengan konstitusi / Pernyataan 1 ?)
Sabar sabar mari pelan-pelan, mari kita lihat, negara yang kita amati dalam hal terkait pernyataan konstitusi di sini, adalah Israel, RRT lalu Perancis semuanya adalah negara penjajah, tapi bisa saja perlakuan kita berbeda kepada masing-masing-nya sesuai tujuan (goal) dan azas manfaat, adakah tujuannya masih bisa diterima?, adakah manfaatnya (saat itu) bagi negara Indonesia? Mari kita lihat satu demi satu negara-negara tersebut;
Israel: ini adalah negara yang menjajah Palestina sahabat kental Indonesia, kita bisa saja bersikap seperti Pernyataan 2, sesuai pernyataan Bung Karno di atas, dengan tujuan sebagai desakan kepada Israel agar berdirinya Negara Palestina merdeka. Pada situasi-kondisi saat itu (l.k. 70an tahun yang lalu), dan saat itu reputasi Bung Karno bukan hanya milik Indonesia saja, tapi sudah menjadi milik dunia, “kekuatan” Indonesia selain mayoritas penduduknya muslim terbesar sedunia, saat itu dinilai sangat besar, bisa memberikan tekanan yang cukup berarti kepada Israel, perlu dicoba diupayakan dengan cara seperti ini.
RRT: ini adalah negara besar di Asia, asset besar Asia, bisa menguntungkan bagi peserta KAA termasuk bagi Indonesia, khusus nya di bidang perdagangan karena Indonesia juga baru 10 tahun merdeka, perlu kemajuan perdagangan dlsb. walaupun RRT melakukan aneksasi negara/kerajaan Tibet.
Perancis: ini negara Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB, salah 1 dari 5 negara besar anggota DK PBB, yang memiliki hak veto, pengakuan hubungan kedua negara ini bisa menaikkan gengsi Indonesia di mata dunia, juga hubungan perdagangan yang bertambah luas dengan negara dari Eropa, dlsb. Ada manfaatnya yang besar bagi Indonesia, walaupun Perancis penjajah beberapa negara.
Dari uraian di atas, penulis bisa berkesimpulan bahwa sikap Indonesia terhadap masing-masing negara termaksud adalah “Cara Penerapan” dari konstitusi, tergantung tujuan, situasi, kondisi serta besar-kecilnya azas manfaat bagi negara Indonesia. Cara Penerapan ini, termasuk Pernyataan 2: "Selama kemerdekaan Bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel".
Sedangkan Pernyataan 1 yang sesuai dengan alinea pertama Pembukaan UUD 1945, “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus di hapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.” adalah Pernyataan Konstitusi.
Sampai di sini kita bisa katakan bahwa Pernyataan 2 di atas, adalah dapat disimpulkan sebagai Cara untuk pertama kalinya dipakai (Cara Ke 1) dalam Indonesia bersikap tatkala menghadapi konflik Palestina vs Israel dengan tujuan agar berdirinya Negara Palestina Merdeka.
Mari kita perkirakan sikap Indonesia dimana (Cara Ke 1) diterapkan kepada Israel, atau diingat Israel dan tidak direspon Israel dengan cara memerdekakan Palestina:
- Pada Desember 1949 tak lama setelah pemerintah Belanda menandatangani penyerahan kedaulatan Indonesia, Presiden Chaim Weizmann dan PM David Ben Gurion mengirimkan ucapan selamat kepada Indonesia dengan harapan Indonesia memberikan pengakuan serupa kepada Israel, namun Indonesia tetap tidak mengakui Israel. (*1)
- Januari 1950 Menlu Israel Monshe Sharett mengirimkan telegram kepada Bung Hatta bahwa Israel telah memutuskan untuk memberikan pengakuan penuh kepada Indonesia, namun Indonesia, sebaliknya tetap tidak memberikan pengakuan kepada Israel. (*1)
- Pada 1952, melalui kantor berita Antara, Indonesia juga secara terbuka menegaskan tidak ada niatan mengakui Israel sebagai negara karena solidaritas atas dukungan negara-negara Arab terhadap Jakarta saat masa-masa perjuangan kemerdekaan. (*1)
- Saat Konferensi Asia Afika 1955, Israel tidak diundang karena sebagai penjajah Palestina
- Saat Indonesia menolak bertanding dengan Israel di Piala Dunia sepakbola di Swedia tahun 1958 (*2)
- Saat tidak memberikan visa kepada atlet-atlet Israel di Asean Games 1962 Jakarta di Indonesia (*2)
- Anthony Tingle seorang brigadir yang bekerja di Inteligen Mossad warga negara Israel menggunakan paspor Inggris sebagai w.n. Inggris, untuk masuk ke Indonesia guna memberikan Pelatihan Taktik Pengumpulan Informasi, di Novemer 1970, karena Indonesia tidak mengakui Israel. (*3)
- Pembelian Pesawat SkyHawk ex Israel melalui Amerika, Tahun 1979, berikut pelatihan pilotnya, karena tidak ada Hubungan dengan Israel. (*3)
- Seorang Pakar dari Israel datang pada Tahun 1983 ke Indonesia untuk mengajarkan teknik intelijen kepada lima pejabat junior badan intel Indonesia yang sudah dipilih. (*3)
- 15 Oktober 1993 PM Israel Yitzhak Rabin datang ke Jl Cendana ke kediamannya Presiden Suharto untuk membicarakan hubungan diplomatik dan perdagangan.
- Saat Gus Dur pernah berkunjung ke Israel tahun 1994 atas undangan Menlu Shimon Peres dengan Niat Yitzhak Rabin (PM Israel) membuka hubungan diplomatik dengan Indonesia, namun niatnya terhenti karena Yitzhak Rabin meninggal dunia tahun 1995 dibunuh ekstimis sayap kanan yang tidak mendukung kebijakan pada Perjanjian Oslo. (*4)(*5)
- Tahun 1999-2001, saat Gus Dur sebagai Presiden RI berupaya menyampaikan ide untuk membuka hubungan dengan Israel, namun masyarakat Indonesia tetap menolaknya.
- Dan ada beberapa kali lagi usaha Israel untuk membuka hubungan diplomatik dengan pihak Indonesia sampai saat ini, namun tetap mendapatkan penolakan dari masyarakat Indonesia.
Jadi Cara Ke 1 (cara pertama) sudah berulang kali (banyak kali) terdeteksi oleh penulis lebih dari 10 kali, di coba diterapkan agar Israel setuju dengan berdirinya negara Palestina merdeka, namun faktanya tidak berhasil. Banyak kali dicoba sebelum Gus Dur menjadi Presiden RI, maupun setelah Beliau dilengserkan, banyak kali juga dicoba sampai sekarang, Cara Ke 1 tersebut diterapkan.
Selain informasi pengulangan penerapan Cara Ke 1 di atas, mari kita lihat dari sudut pandang lainnya, yaitu dari kemajuan ilmu pikiran/teknologi pikiran yang sudah maju, dan salah satu temuan-nya adalah salah satu Hukum/Psikologi Pikiran, yaitu bahwa “pikiran bawah sadar memiliki ketidak sukaan akan ‘paksaan atau perintah’, namun akan menanggapi ‘bujukan atau rayuan’ ”.
Dan bila ditelaah secara seksama, Cara Ke 1 ini, Pernyataan 2 ini: "Selama kemerdekaan Bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel", “atau meminta pihak Israel mengakui Palestina, sedangkan Indonesia sendiri tidak mengakui Israel” ini berarti pula "meminta pihak lawan berbuat adil kita sendiri tidak mencontohkan berbuat adil", dalam sudut pandang Hukum/Psikologi Pikiran, masuk ke dalam kategori "paksaan" atau "perintah", sehingga akan di tolak oleh pikiran bawah sadar partner /”lawan”, walaupun di lakukan secara berulang-ulang. Dan bila Cara Ke 1 ini terus diterapkan, bisa-bisa tidak akan pernah ada Negara Palestina Merdeka sepenuhnya dan kita semua akhirnya akan menemui penyesalan. Demikianlah pendapat penulis sesuai sudut pandang Hukum/Psikologi Pikiran.
Rupanya ada hal lain, hal yang khusus dari sejarah KAA ini, penulis mendapati hal yang sangat menarik terkait dengan kebetulan-kebetulan yang terjadi di sini, dan menurut penulis jelas sekali bahwa ini menunjukkan rancangan istimewa dari “Tuhan YME dan Ruh-ruh Suci leluhur Indonesia serta para malaikat”, yang di wujudkan di dunia di dimensi 3 ini oleh Bung Karno, Bung Hatta dkk., terkait peristiwa KAA ini, yaitu:
- Getaran hati Mufti besar Palestina Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dan Muhammad Ali Taher, mengetuk / menggetarkan hati Soekarno/Hatta, ada “orang” dari negara sahabat memberikan semangat perjuangannya (setahun sebelum Indonesia merdeka), lalu setelah 9 tahun berlalu Bung Karno mencetus ide KAA di tahun 1953, dan terlaksananya Konferensi Asia Afrika di tahun 1955 di Bandung.
- TANGGAL – BULAN dimulainya KAA di 18 April 1955
- TANGGAL – BULAN yang sama dengan dimulainya perang kemerdekaan Amerika, 180 tahun sebelumnya, di 18 April 1775.
- TANGGAL – BULAN – TAHUN Albert Einstein "Tuhan wafatkan di 18 April 1955" dan sebelum Pembukaan KAA “seorang besar” Bung Karno memimpin peserta KAA untuk mengheningkan cipta mengenang jasa sesama “orang besar” lainnya (Albert Einstein).
- Akhirnya kita terhubungkan dengan beberapa kata bijak (Quotes) dari Albert Einstein yang mengarahkan kita ke tujuan (goal), untuk membantu bernegosiasi dengan Israel, dan demi berdirinya Negara Palestina Merdeka, dan untuk kita bersikap dalam mencari solusi, yaitu:
a. “Insanity is doing the same thing over and over and expecting different results.” ini terkait Cara Ke 1 yang di ulang-ulang, namun negara Palestina yang merdeka tidak juga berhasil didirikan, tapi terus diulang karena tetap berharap akan ada hasil (negara Palestina Merdeka), maka setelah dari strategi/cara ini, harus dicari cara yang lainnya, Cara Ke 2 atau Cara Ke 3 dst. dst.
b. “We cannot solve our problems with the same thinking we used when we created them.” ini Saran untuk memakai tingkat pemikiran (kesadaran) yang lebih tinggi guna mensolusi masalah ini.
c. “All religions, arts and sciences are branches of the same tree”. Ini ide untuk kita bisa adem, PD, karena sekolah anak-anak di Israel-pun yang semula dipisah-pisah antara murid yahudi dan arab, yang saat dewasanya menghasilkan permusuhan, telah disadari dan mulai 25 tahun yll diciptakan sekolah model Hand In Hand, yang sampai sekarang sekolah anak-anak di Israel digabung antara anak Yahudi dan Arab, menciptakan manusia yang lebih toleran. (YouTube/NAS DAILY/The Only School For Jews And Arabs). Jadi perkiraan sementara terhadap Israel yang “sakit” itu adalah orang-orang Israel tertentu saja, dan terutama yang di tampuk pimpinan/pengambil keputusan.
d. Dllsbg...beberapa lagi ada namun dicukupkan sampai di sini. . .
Mari kita “kembali ke Laptop.”
Dan seiring berjalannya waktu yang telah berlalu . . . , sesuai bocoran, bahwa sebenarnya Cara Ke 1 pun ("Selama kemerdekaan Bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel") pun telah mengalami proses metamorphosis seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan lalu berubah bentuk menjadi Cara Ke 2, . . . . namun saat itu, ironisnya Cara Ke 2 ini pernah muncul sebentar saja lalu tenggelam lagi dan itu adalah cara sesuai dengan usulan Bapak Abdurrahman Wahid - Gus Dur di tahun 1999-2001 yang cangkangnya (casingnya) menyilaukan banyak orang sesuai persepsinya saat itu, yaitu membuka hubungan dengan Israel, dan silaunya ini bagi banyak orang menutupi isi terdalamnya, yang isinya, ujung-ujungnya membantu dengan cepat berdirinya Negara Palestina Merdeka. .. . . sayang sekali…Beliau memang seorang yang visioner plus . . . kalau saat itu diteruskan, mungkin saja tidak lama setelahnya bisa berdiri negara Palestina merdeka, dan menjadi anggota PBB seperti negara lainnya, dan demikian juga mungkin saja sekarang patung Gus Dur sebagai bapak perdamaian sudah dibangun di Jerusalem, dan ibu kota Israel tetap di Tel Aviv, belum sempat dipindahkan ke Jerusalem, . . . . . wallahu a’lam bishshawab.
Percayalah, seandainya Bung Karno masih hidup saat itu, ide mutakhirnya juga akan sama dengan idenya Gus Dur. Percaya disini adalah jalan yang tepat, karena saat itu 1999-2001 "kata bijak (quotesnya)" Albert Einstein “Insanity is doing the same thing over and over and expecting different results.” sudah cukup populer.
Sekarang 23 tahun kemudian setelah Cara Ke 2 lahir, tentu saja saat ini lebih maju lagi kemajuan teknologi khususnya teknologi otak, teknologi pikiran/mental dan teknologi syaraf yang semuanya bisa dimanfaatkan oleh Indonesia, dalam membantu mendorong terbentuknya Negara Palestina merdeka, atau lahirnya Cara Ke 3 yang bisa diselaraskan dengan kebetulan-kebetulan di atas.
Sebagai tambahan terkait dengan olah pikiran/mental, kita bisa ambil suatu contoh yang bisa di ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi) dan di sinergikan dengan kearifan local yang kita punya, untuk menghasilkan Cara Ke 3, sebagai contohnya adalah ‘Efek Maharesi’ suatu hasil olah pikiran/mental dengan teknik meditasi spesifik untuk mencapai tingkat kedamaian dalam pengalaman batin praktisi, yang di refleksikan ke lingkungan di sekitar mereka, sehingga menciptakan kondisi yang lebih baik. Penciptanya Maharesi Mahesh Yogi menyatakan bahwa sebanyak ‘akar dari 1% dari populasi’ suatu komunitas (semisal kota) bila melakukan teknik ini akan memberikan efek positif pada komunitasnya, seperti berkurangnya secara keseluruhan, insiden kejahatan terhadap masyarakat, teror, kunjungan UGD, kecelakaan lalulintas, dlsb. Dan hal ini sudah dipraktikan serta dilakukan penelitian pada tahun 1972 di sebanyak 24 kota di Amerika (Braden, Gregg, The Divine Matrix, alih bahasa Aulia Ardista Wiradarmo, Javanica, 2018), hlm 211. Bila subjek ini di "Googling" dengan kata kunci ‘maharishi effect’ di internet, informasi yang didapatkan akan jauh lebih banyak lagi, termasuk angka-angka statistik dari hasil penerapannya, seperti penghematan yang di dapatkan karena tingkat kejahatan/kecelakaan lalu-lintas yang menurun.
Ini sambil lalu saja … dari ide "akar dari 1% dari populasi", menghadirkan inisiatif upaya membantu perdamaian sedunia, asumsi bila jumlah penduduk dunia pada Februari 2023 ada sekitar 8.005.176.000 orang maka diperlukan sekitar 8.948 orang diperlukan untuk melakukan teknik meditasi spesifik tadi.
Hal serupa ini dapat di lihat di situs https://www.globalcountry.org/wp/current-projects-2/maharishi-vedic-pandits/
Namun cara hal di atas itu hanyalah suatu contoh cara saja, mungkin dengan cara kearifan lokal di Indonesia-pun sudah ada yang mencakupnya, atau malah lebih unik dan lebih berhasil guna bagi mencari Cara ke 3 yang sedang kita fokus pikirkan tersebut.
Sekarang pertanyaan mendasar yang terakhir adalah bagaimana kita bisa menang melakukan negosiasi dengan partner/”lawan” kita, kalau kita tidak mengenal secara baik diri kita sendiri dan lawan kita, baik yang nampak ataupun yang tidak nampak?
(pertanyaan ini simpulan penulis dari Quotes-nya Sun Tzu, penulis the Art of War). -- Dan jawabannya adalah harus mempunyai hubungan yang dekat dan langsung sampai ke "jantungnya" Israel, dan bila penulis tafsirkan adalah hubungan diplomatik.
Prihatin terhadap Palestina, bila di biarkan, terjepit-menyempit, tertindas-terlindas, terabaikan-terlupakan, terdesak-tersingkir, terusir-pergi, terus … ??? Wallahualam...Berteman dengan pihak Israel bukan berarti memihak mereka, karena bisa jadi tindakan Israel itu manifestasi sebagian orang Yahudi karena penyakit psikologis dan emosional yang sangat dalam akibat penganiayaan rezim Nazi yang kelewatan terdahulu. Bisa diibaratkan kita mau mengambil kuningnya pada sebutir telur rebus, ya kita harus mau mengupas kulit (penyakit emosional) dan bagian putih telurnya (penyakit psikologis)-nya.
Teringat ke Hukum Fisika Newton III, gaya aksi = gara reaksi, …ditindas Nazi secara berlebihan, "SDM kuat-nya bangkit mandiri" namun kebablasan, tidak ragu-ragu senggol ke kanan dan senggol ke kiri “cuek-cuek saja”, mendahulukan ego-nya, karena bisa jadi karena ada “penyakit” ini, tidak menyadari tindakannya menciptakan tragedi kemanusiaan, penyakit serius perlu focus serius pula.
Ingat "SDM kuat-nya bangkit mandiri", ingat ide BERDIKARI-nya (berdiri di kaki sendiri) Bung Karno sangat mengutamakan SDM mirip-mirip bangkitnya Israel. Tentang sangat majunya Israel, ada komentar dari Gus Dur “Pak Benny, kok Israel itu negaranya maju sekali, ya? Kok bisa, ya? Saya ndak habis pikir, tuh," kata Gus Dur kepada Benny Moerdani . . .bisa dilihat di situs sbb
Israel diberitakan bisa mengubah tanah gersang/padang-pasir menjadi lahan yang dapat ditanami dalam waktu singkat (l.k. 2 tahun), dan lain-lain kemajuannya yang dapat meningkatkan nilai ekonomi negerinya dapat dilihat di ilustrasi di bawah ini.
Saudaraku para pembaca sekalian, demikianlah uraian dan opini penulis berikut selingannya, baik yang sependapat mohon bisa memberikan masukannya ataupun yang menentangnya mohon berikan pula masukannya, ataupun mungkin ada kekurangan karena ketidaktahuan, atau kesalahan penulis, mohon arahannya sehingga opini penulis bisa dikoreksi dan disempurnakan.
Mohon maaf apabila dalam tulisan ini ada hal yang berlebihan dan menyinggung perasaan dan tentunya hal ini tidak disengaja.
Terima kasih banyak dan wassalam,
Semilir,
Terapis energi/prana/getaran.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Memberdayakan Pemain ke-12 untuk Mendukung Skuad Garuda vs Arab Saudi
Senin, 18 November 2024 20:11 WIBKiat Praktis Pemain ke-12 Mendukung Skuad Garuda dalam Laga Melawan Jepang (2/3)
Jumat, 15 November 2024 13:16 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler