x

Penumpang berjalan didalam gerbong KRL di Stasiun Jakarta Kota, Kamis, 30 Desember 2021.TEMPO/ Dwi Nur A. Y

Iklan

Indŕato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Juli 2020

Rabu, 2 Agustus 2023 19:15 WIB

Menggagas Rompi Orange agar Manula Bisa Nyaman Naik KRL

Pada saat jam-jam sibuk pagi dan sore, naik KRL akan menjadi “neraka” bagi para manula. Mereka dianggap masih kuat berdiri. Sedang anak-anak muda yang sudah lenih dulu duduk berpikir layak mendapatkan itu karena sudah membayar tiket. Seyogyanya manajemen PT Kereta Commuter Indonesia mencari solusi agar para manula tetap merasa nyaman naik KRL khususnya pada jam-jam sibuk.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

KRL Computer Line adalah sistem transportasi angkutan cepat komuter berbasis Kereta Rel Listrik yang dioperasikan oleh PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia (KAI). KRL ini untuk pertama kali mulai dioperasikan pada tahun 2017 sebagai kKereta commuter Indonesia.

KRL adalah kereta yang merupakan salah satu moda transportasi publik yang lazim digunakan masyarakat perkotaan di banyak negara. KRL memiliki jumlah gerbong sebanyak 8-10 buah dengan daya tampung dalam 1 rangkaian kereta sebanyak 2000 penumpang. KRL memiliki rute paling banyak, tersebar di Jabodetabek, lintas Yogya – Solo, dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

KRL sebagai moda transportasi di perkotaan cukup murah, nyaman, dan menyenangkan. Tidaklah heran apabila banyak sekali orang yang menyukai dan menggunakannya. Khususnya pada jam-jam sibuk, pagi dan sore, jumlah penumpangnya sampai membludak. Sebagian besar dari penumpang KRL ini adalah para generasi muda yang bekerja di perkantoran dan pedagang di pusat kota Jakarta, sementara mereka tinggal agak jauh di daerah-daerah sekeliling luar kota Jakarta. Mereka naik KRL pergi dan pulang setiap hari kerja. Sehingga KRL merupakan moda transportasi pilihan yang paling tepat, karena selain harga tiketnya murah, jangkauannya yang luas, dan banyak stasiun yang tersedia, serta perjalanannya relatif cukup cepat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apa yang menjadi masalah bagi penumpang KRL? Ternyata penumpang KRL tidak saja terdiri dari para generasi muda, tetapi ada juga ibu-ibu hamil, para disabilitas, dan para manula. Pada saat jam-jam sibuk pagi dan sore, naik KRL akan menjadi “neraka” bagi para manula. Biasanya untuk ibu-ibu hamil dan para diabilitas, ada beberapa penumpang yang masih kasihan dan berbaik hati untuk mempersilahkan ibu-ibu hamil, Ibu-Ibu manula, dan para disabilitas untuk menempati tempat duduk mereka.

Tetapi keberuntungan ini tidak berlaku untuk bapak-bapak manula. Mereka dianggap masih kuat untuk berdiri. Mungkin karena generasi muda berpikir bahwa mereka sudah membayar tiket KRL, oleh karena itu mereka berhak menikmati tempat duduk.

Sebenarnya di dalam gerbong KRL sudah disediakan tempat duduk khusus untuk ibu-ibu hamil, para disabilitas, dan para manula. Bahkan sudah ada papan pengumuman yang tertulis: “Berikanlah tempat duduk kepada mereka yang paling membutuhkannya”. Yaitu; ibu-ibu hamil, para disabilitas, dan para manula. Tetapi tempat duduk yang tersedia selalu sudah dipenuhi oleh para generasi muda. Mereka duduk dengan nyaman sambil bermain HP. Dan ada pula yang pura-pura tidur, sehingga mereka tidak peduli dengan lingkungan di sekitarnya. Mereka memejamkan matanya, pura-pura tidak melihat ada manula yang sedang berdiri di depan mereka.

Dan ironinya lagi, kadang-kadang ada Satpam yang berjalan mondar-mandir dari satu gerbong ke gerbong yang lain. Tetapi mereka melihat ada manula yang berdiri bergelantungan, mereka tidak peduli dan acuh tak acuh saja. Seolah-olah menertibkan peraturan, siapa yang berhak duduk adalah bukan tugas mereka.

Melihat para generasi muda yang cuek melihat penderitaan para manula naik KRL, mungkin para manula berpikir: “Bagaimana negara Republik Indoneia ini bisa maju, kalau para generasi mudanya melempem. Mereka tidak punya empati, kesadaran, dan kepedulian terhadap sesama manusia, lingkungan, tidak patuh terhadap peraturan, dan tidak menghormati para manula. Meskipun para manula sekarang sudah dianggap tidak memiliki kontribusi lagi terhadap pembangunan negara. Tetapi waktu ketika mudanya, mereka telah berjuang sekuat tenaga untuk negara dan keluarganya. Sekarang mana balas jasa negara untuk para manula?

Para manula naik KRL tidak setiap hari seperti para generasi muda yang telah menikmati tempat duduk di KRL. Mereka naik KRL, karena terpaksa harus ke rumah sakit, atau keperluan penting lainnya. Dan mereka terpaksa harus pergi sendiri, karena anak-anaknya sedang sibuk bekerja, sehingga tidak bisa mengantar mereka pergi. Melihat fakta ini, seyogyanya manajemen PT Kereta Commuter Indonesia berpikir, bagaimana cara agar para manula dapat merasa nyaman naik KRL khususnya pada jam-jam sibuk? Manula itu adalah manusia juga. Dan jumlahnya diperkirakan akan bertambah banyak di masa yang akan datang.

Berikut ini adalah sedikit masukan untuk manajemen PT Kereta Commuter Indonesia. Bagaimana kalau KCI menyediakan rompi warna orange, sama seperti rompi milik KPK? Pengadaan rompi orange ini bisa atas dasar sumbangan dari para sponsor dan simpatisan terhadap kenyamanan para manula naik KRL. Rompi orange ini tersedia di setiap stasiun.

Apabila ada ibu-ibu hamil, para disabilitas, dan para manula yang memakai rompi orange ini, maka status mereka berubah menjadi VVIP (very very important person). Mereka berhak dan wajib mendapatkan tempat duduk di dalam gerbong KRL. Para Satpam wajib memperhatikan dengan seksama siapa-siapa saja orang yang memakai rompi orange ini. Dan memastikan para VVIP ini wajib mendapatkan tempat duduk.

Alangkah hebatnya apabila gagasan rompi orange ini bisa terlaksana. Para manula akan merasa tersanjung atas penghargaan, penghormatan, dan kebaikan yang telah diberikan oleh manajeman PT Kereta Commuter Indonesia. Khususnya oleh para generasi muda. Memberikan tempat duduk kepada para manula adalah contoh kecil dari sikap saling tolong menolong dan gotong royong. Apabila sikap ini sudah menjadi suatu kebiasaan dan tradisi, maka tentunya akan meringankan tugas dari pak Satpam. Mereka akan memberikan tempat duduk kepada mereka yang paling membutuhkan, tanpa harus ada paksaan. Dan atas dasar kesadaran dan keikhlasan diri mereka sendiri.

Mungkin yang harus para generasi muda pahami dengan baik adalah bahwa hidup ini ada hukum karma. Apabila sekarang kita memberikan tempat duduk kita sepada seorang manula, mungkin saja tiga puluh atau empat puluh tahun ke depan akan ada seorang anak muda yang akan memberikan tempat duduknya kepada kita. Oleh karena itu, kalau kita berbuat suatu kebaikan, sejatinya kita berbuat kebaikan untuk diri kita sendiri. Tidak ada ruginya untuk selalu berbuat baik. Dan tidak ada perbuatan baik yang sia-sia.

Terima kasih kepada manajemen PT Kereta Commuter Indonesia apabila menerima gagasan rompi orange ini.

Ikuti tulisan menarik Indŕato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu