x

Iklan

Almanico Islamy Hasibuan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 22 November 2021

Minggu, 13 Agustus 2023 10:30 WIB

Keriput Menjadi Tidak Keriput

Koridor universitas yang disusuri oleh sesuatu. Sesuatu yang keriput dan pertemuanku dengan itu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hari itu, raga dan jiwaku sangat malas untuk mengikuti perkuliahan sejarah. Aku bisa saja tidur di kelas, tetapi Pak Hano tidak akan membiarkannya begitu saja. “Sudahlah!” Aku mengambil tasku dan pergi berangkat kuliah. Aku tidak bisa seperti ini, aku masih ingin pergi menonton klub sepakbola kesayanganku secara langsung dari stadionnya. Ayo Nico! Semangat! Apakah aku harus selalu memotivasi diriku setiap akan kuliah? Aku melihat ke atas langit yang biru dan cerah. “Padahal hari ini, cuacanya sangat enak untuk tidur,” ujarku sambil meninggalkan tempat kosku.

Aku sampai di gedung fakultasku. Hari ini, departemen proteksi tanaman sedang ada praktikum. Gedung dipenuhi mahasiswa yang membawa alat tangkap serangga. “Kelihatannya, kegiatan pembelajaran mereka lebih seru,” ujarku. Aku kemudian melihat temanku, Roni yang sedang merayu seorang mahasiswi. Selalu saja. Jangan pernah berubah, Ron.

“Roni, bukannya kau sudah janjian dengan Putri di kelas kita hari ini?” Joni langsung melihat ke arahku. Mahasiswi yang sedang digodanya pun terlihat kesal dan meninggalkannya. “Sialan kau Nico! Mengapa kau selalu menggangguku?!” Dia memegang kerah bajuku. “Kau tidak ingat ya janji kita di pantai Cermin. Kita tidak akan saling mendahului untuk mendapatkan pacar. Kau tidak boleh mencuri start seperti itu,” ujarku. Wajahnya semakin kesal.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Jika aku terus menunggumu seperti ini, aku bisa-bisa akan sendiri seumur hidup!” Kami berdua terus bertengkar di koridor gedung. Obrolan kami tiba-tiba terpatahkan oleh sesuatu. Aku tiba-tiba merasakan suasana yang sangat hening. Aku bahkan tidak bisa lagi mendengar perkataan Joni. Aku melihat sekelilingku, namun tidak ada yang aneh sama sekali. Semua orang beraktivitas seperti biasanya. Apakah aku menjadi tuli? Semua hipotesisku itu terpatahkan oleh sesuatu. Sesuatu yang berasal dari dunia lain.

Aku melihat di celah-celah kerumunan mahasiswa. Seseorang yang bungkuk, memakai baju kebaya dan rok batik, berjalan pelan tapi pasti ke arahku. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Pandanganku terdiam melihat sosok keriput itu. Wajahnya sangat keriput hingga kulit-kulitnya seperti ingin lepas. Dia berjalan semakin dekat ke arahku. Baunya semakin mengerikan. Dia berjalan dan terus berjalan. Aku hanya bisa berdoa. Tiba-tiba, nenek tua itu sudah berada tepat di hadapanku. Aku tidak bisa bergerak. Apakah aku akan berakhir di sini? Aku tidak mau berakhir di sini! Aku masih ingin …..! “Nico! Mengapa kau melamun?!” Aku tersadar dan hampir saja menabrak seorang mahasiswi di depanku.

“Sialan, apakah kau sudah mulai serius untuk mendapatkan pacar? Pakai drama tabrakan segala,” ujar Joni. Apa yang baru saja terjadi? Aku kembali melihat sekelilingku. Aku sepintas melihat nenek itu naik ke tangga di belakangku. “Apakah kamu baik-baik saja?” Mahasiswi itu khawatir melihat ekspresiku yang terlihat seperti baru saja melihat seekor banteng dengan wajah manusia. “Maaf kak, tidak apa-apa,” ujarku. Joni kemudian menarikku. “Kalau kamu merasa tidak enak badan, datanglah ke klinik,” ujar mahasiswi itu. Kebaikan dia tidak membuatku baper atau semacam itu. Aku masih mengingat jelas wajah keriput itu.

Aku masih terus berpikir sampai sekarang, apa yang terjadi di hari itu? Siapakah sosok tua itu? “Ayah, jangan ngelamun terus. Indah udah marah sendoknya tidak bergerak.”, ujar seorang perempuan. “Ayah, cepetan! Indah masih lapar!” Aku sampai sekarang masih memikirkan makna dibalik kejadian itu. “Maaf, ayah sedikit ngelamun tadi.”, ujarku.

Apakah semua ini berkat kejadian itu? “Ayah, coba lihat cerahnya langit. Mama jadi ingat kejadian waktu itu. Muka ayah pucat sekali. Mama jadi kepikiran, apakah aku yang membuatmu takut,” ujar istriku. Aku kembali menyuapi putriku. “S-sudahlah, aku takut karena hal lain,”, ujarku. Dia hanya tertawa bersama dengan putriku.

Ikuti tulisan menarik Almanico Islamy Hasibuan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu