x

Iklan

Slamet Samsoerizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Maret 2022

Kamis, 31 Agustus 2023 14:22 WIB

Fahri Putranda: Saya Ingin Melakukan yang Terbaik untuk Masyarakat

Menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kesehatan hewan yang dipeliharanya, perlu strategi ekstra. Tidak Sekadar sabar pun perlu waktu. Itulah yang dialami Fahri Putranda. Dokter hewan yang sejak 2015 bergabung di dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Itu dilakoni Fahri Putranda sejak ia lulus sebagai dokter hewan. Ia mengabdi di daerah transmigran Lampung. Tepatnya: Plakat Tinggi, Musi Banyuasin, Sumatera  Selatan.

Keikutsertaannya dalam ajang SATU Indonesia Awards 2021 dimotivasi oleh temannya. Ia tak menyangka dari sekitar 3000-an nomine, bisa masuk dalam 22 finalis.

“Saya enggak ada berpikir bahwa saya harus menang,  tapi saya ingin melakukan apa yang terbaik untuk masyarakat,” tutur Fahri Putranda.

Kalau Anak Sapi Mati, Fahri Harus Mengganti

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pernah suatu ketika Fahri mendapat tantangan baru. Saat itu ia akan memberikan obat cacing kepada sapi yang sedang bunting. Bagaimana reaksi si pemilik? Ia marah. Setelah dijelaskan, barulah si peternak tersebut mengijinkan sapinya diberi obat cacing. Hanya, sayangnya lantas urusan selesai.

“Saya malah diancam. Kalau nanti anak sapinya mati gara-gara dikasih obat cacing, maka saya harus menggantinya,” kenang Fahri tersenyum.

Fahri pun menyetujui, dengan syarat matinya anak sapi tersebut bukan karena pemberian obat cacing. Setahun kemudian anak sapi itu lahir. Si pemilik sapi  melihat ada sesuatu yang aneh pada anak sapi  itu. Jika dibandingkan dengan sapi  yang seumuran 3 bulan kok sama.  

Saking girangnya, Fahri diteleponnya. Si empunya sapi malah melaporkan jika bulu sapi yang baru sebulan itu tampak sehat dan  berbulu lembut halus.  Sejak itu, ia menceritakan kepada peternak lain di Plakat Tinggi.  Kepercayaan terhadap kehadiran Fahri pun semakin tumbuh.

 

Farvisa Vet

Farvisa Vet yang digagas pria kelahiran Takengon, 14 Februari 1989 ini merupakan sebuah program yang memberi pelayanan kesehatan dan  kesejahteraan hewan di daerah transmigrasi Kecamatan Plakat Tinggi. Kegiatan dimulai dari  pengenalan tentang penyakit hewan yang menular maupun tidak menular, penyakit akibat  kekurangan vitamin, dan tentang obat-obatan yang digunakan untuk mengobati ternak. 

Berdiri sejak 2015, Farvisa Vet digagas oleh Fahri Putranda, seorang dokter hewan lulusan  Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan hewan di daerah transmigrasi Kecamatan Plakat  Tinggi ini tidak berbeda jauh dari pelayanan kesehatan di daerah lainnya. Namun ada salah  satu hal yang membuat Farvisa Vet berbeda dalam pelaksanaannya.

Pertama, akses jalan yang cukup ekstrem saat penangan  dan pengobatan hewan. Sebagian jalan desa sudah teraspal. Namun jalan untuk menuju lokasi yang dituju  masih banyak melewati jalur tanah, sehingga saat hujan turun, kondisi jalan licin dan susah  dijangkau.

Kedua, usaha ekstra juga dibutuhkan dalam meyakinkan masyarakat awam. Hal ini  merupakan salah satu pembeda Farvisa Vet dengan pelayanan kesehatan hewan lainnya. Didampingi oleh petugas penyuluh pertanian di Kecamatan Plakat Tinggi, Fahri datangi satu  per satu rumah warga yang bisa dijangkau dan menyampaikan gagasan Fahri sebagai pelayan kesehatan hewan di derah tersebut.

Beberapa dari masyarakat peduli, namun ada banyak  masyarakat yang tidak. Hal ini tidak menghilangkan semangat Fahri untuk meyakinkan  peternak dan membuka kesadaran mereka tentang pentingnya menjaga kesehatan  ternaknya, mulai dari pemberian obat cacing, vaksinasi teratur dan pemberian vitamin.

Hal yang mendorong adanya program pelayanan kesehatan dan kesejahteraan hewan di  daerah transmigrasi berasal dari kurangnya pengetahuan dan kesadaran peternak bahwa  sebenarnya ternak yang selama ini mereka pelihara bisa membantu menopang  perekonomian.

Mayoritas masyarakat di Kecamatan Plakat Tinggi bekerja sebagai petani  karet dan kelapa sawit. Harga dari hasil perkebunan karet maupun kelapa sawit relatif murah,  namun banyak mengeluarkan dana yang besar untuk perawatannya.

Dari sini, Fahri berusaha  mengajak dan mendukung para peternak maupun petani untuk beralih dan lebih fokus  memelihara ternak sapi, kambing, maupun unggas. Fahri cukup membutuhkan waktu lama  untuk meyakinkan peternak dalam memberikan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan  hewan, sebab selama ini masyarakat cenderung acuh pada kesehatan hewan ternaknya. 

Sejak saat itu, Fahri meyakinkan peternak - peternak di desa untuk bisa bekerjasama dalam  melaksanakan kegiatan pengobatan ternak maupun pencegahan terhadap penyakit. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Plakat Tinggi berprofesi sebagai petani karet dan  kelapa sawit.

Dalam satu dekade terakhir, nilai harga karet dan kelapa sawit mengalami  penurunan yang drastis. Hal ini membuat para petani karet dan kelapa sawit sangat rugi. Para  petani telah mecurahkan tenaga dan modalnya untuk perawatan karet maupun kelapa sawit.

Kurang lebih 10 tahun lalu, masyarakat Plakat Tinggi pernah mendapat dari bantuan  pemerintah berupa sapi. Akan tetapi,  ternak tersebut banyak diliarkan begitu saja oleh pemiliknya  di kebun kebun karet maupun sawit. Padahal ternak tersebut dapat menghasilkan uang apabila  dirawat dengan baik.

Hanya karena keterbatasan pengetahuan maupun tenaga medis,  kesehatan hewan di daerah ini tidak begitu diperhatikan, sehingga rerata peternak menjadi  malas dan sering mengabaikan kesehatan ternaknya. Karena itu fahri mengajak para  peternak umtuk memulai lagi dan bersemangat memelihara ternaknya, bukan hanya sapi,  tapi kambing ayam dan bebek. Program ini bertujuan sosial, yang kemudian mengarah ke  tujuan ekonomi.

Hingga saat ini, kendala yang dialami Fahri beragam, mulai dari respon masyarakat yang  notabenenya sudah terbiasa tidak ada pelayanan kesehatan dan kurang memahami  pentingnya kesehatan ternak, fasilitas yang kurang memadai, seperti kurangnya obat – obatan yang sesuai dengan penyakit hewan. Fahri harus pergi ke Kota Palembang untuk  mendapat obat tersebut. Kendala lain juga hadir dari segi finansial.

Fahri bahkan harus turun  langsung ke lapangan dari rumah ke rumah, menyisir kebun-kebun bahkan pasar tradisional  dan berupaya meyakinkan masyarakat bahwa sudah ada dokter hewan di daerah ini yang melayani masalah kesehatan dan kesejahteraan hewan ternaknya. Selain kendala tersebut,  Fahri juga kerap mengalami kesulitan dalam hal penguasaan serta pemahaman bahasa dan  adat istiadat setempat. Sebagai Suku Gayo, Aceh perbedaan bahasa yang digunakan sangat  berbeda. Rerata masyarakat belum menguasai bahasa Indonesia. Untuk menangani kendala  ini, Fahri biasanya akan meminta kepala dusun untuk membantu menjelaskan atau  menerjemahkan maksud perkataan dan keluhan masyarakat akan kesehatan hewan  ternaknya.

Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan hewan ditujukan kepada peternak maupun petani  yang mulai bergairah untuk berternak kembali, tidak hanya beternak sapi yang  membutuhkan modal besar, namun juga mendukung peternak yang ingin mulai beternak  ayam, bebek bahkan ikan. Dalam pelaksanaannya, Fahri pernah mengadakan seminar  tentang vaksinasi ayam, aplikasi dan pemberian dosis yang tepat dan mengajak masyarakat  yang ingin memulai muapun meneruskan beternak ayamnya.

Program dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau kondisional saat ada hewan  ternak yang sakit. Tahun lalu, Fahri rutin melakukan kunjungan kepada warga seminggu sekali,  namun warga keberatan sebab mereka tidak memiliki cukup uang untuk membayar Fahri. 

Fahri tidak pernah memasang tarif. Ia hanya melakukan pemeriksaan, apabila ada yang  memberi uang, ia akan menerima dan apabila tidak, ia akan melakukannya secara cuma – cuma.

Masyarakat yang awalnya sangat awam dan acuh terhadap kesehatan hewannya, kini  makin peduli. Mereka juga mendapat tambahan ekonomi dari hasil penjualan hewan ternak  yang sehat.

Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan hewan ini sudah berjalan sekitar  4 tahun, dan  masyarakat tidak bingung lagi apabila ternaknya ada yang sakit. Mereka sudah mampu  memahami hewan yang sakit dan akan langsung menghubungi Fahri. Hal ini merupakan  kemajuan sekaligus kebanggan bagi Fahri sebagai dokter hewan atas antusias masyarakat  dalam mengapresiasikan kerja kerasnya dalam mengayomi dan bersama dengan peternak  menjaga kesejahteraan hewan di daerah ini.

Sebanyak 15 desa di 1 kecamatan sudah diayomi oleh Fahri. Sekitar 60% dari mereka  memahami tentang kesehatan hewan dan rutin melakukan pemeriksaan. Mereka juga sudah  mulai memanfaatkan hewan ternaknya untuk menambah penghasilan. Dari seluruh daerah  ini, masih banyak daerah lain yang belum terjangkau akibat minimnya sarana tranportasi yang  Fahri gunakan, tapi laki-laki kelahiran 14 Februari 1989 ini akan berusaha menjangkau desa - desa pelosok yang sangat membutuhkan jasa pelayanan kesehatan hewan.

Fahri berharap kedepannya Farvisa Vet bisa menjangkau desa-desa pelosok, agar bisa turut

memberikan pemahaman tentang pentingnya kesehatan hewan dan manfaat dari hewan  ternak yang sehat. Ia berharap bisa membantu medongkrak perekonomian masyarakat di  sekitar Kecamatan Plakat Tinggi.

 Fahri ingin terus memaksimalkan program ke  masyarakat lain yang belum terjangkau. Ia terus berkomitmen secara maksimal untuk  menyukseskan program ini.

‘’Setiap kesulitan, pasti akan ada jalan” demikian prinsip Fahri. ***

 

#SATU Indonesia Awards

#Kita Satu Indonesia

#Indonesiana.id

Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

16 jam lalu

Terpopuler