Sajak Sebulir Gabah

Kamis, 31 Agustus 2023 15:20 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sajak Sebulir Gabah. Puisi anti-korupsi. Transendental jernih jiwa. Tentang kini ataupun telah lalu. Sederhana saja.

1/

Aku bertanya kepadamu Ibu Pertiwi. 
Apakah kau bersedih melihat koruptor 
patah tumbuh hilang berganti.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kibarkan benderamu 
sebanyak kau mau, anandaku."

Senyuman Ibu Pertiwi, 
merangkai semangat Kebangsaan
Menyambut usiamu kini
Meluaskan kesabaran langit 
menggenapkan segala ujian-Nya.

Mohon ampunan-Mu Tuhanku. 
Aku hanya bertanya kepada Ibu Pertiwi, 
tak bermaksud menjadi anak durhaka. Hamba 
hanyalah anak negeri sebulir gabah. 
Ijinkan hamba menulis syair panorama hati 
setulus cintaku kepada-Mu.

2/

Senyap di langit. Mendadak
muncul badai sembelit
Menghempaskan budi pekerti 
remuk redam, kalibut.
Perilaku ganjil koruptor gigantik 
mencibir sombong kian kemari 
mabuk berperan mondar-mandir.
 
Abakadabra! Bimsalabim! 
Tuyul dalam laci melompat-lompat, 
girang menyelinap, lenyap. 
Wow! Takjub! Terkesima.  

Diam, bukanlah emas. Bisu serupa jelaga,
arang kayu tak manfaat. Tak sampai 
pada makrifat kalau membungkam diri,
melawan fitrah silaturahim pemilik hidup.

Siapa melirik. Siapa mendelik
Siapa menelan milik siapa
Siapa lapar. Siapa mendulang karang
Siapa menuai masuk angin.

Musikalisasi akal-akalan simfoni
sesuka hati, notasi berangin-angin
Nila setitik rusak susu sebelanga,
ayam berkokok terpingkal-pingkal.

Lalu siapa memberi makna. Aturan
bukan barang mainan untuk dilanggar
lantas lari lintang pukang. Setelah kenyang
berdiri paling belakang sembunyi tangan.

Mangkir dari keutamaan janji menjadi
pengabdi ketulusan. Perilaku pandir menari
kian kemari melupakan mufakat kebaikan
Meskipun pemilik alam menyaksikan. 

Hakikat sulit menjadi halaman putih
ketika gemar bersembunyi dalam gelap.
Teknologi pemindai kelas dunia, bermain 
petak umpat kian kemari seolah-olah
paling oke banget.

Hingga tak mampu melihat serigala
simpang siur melolong-lolong
Ular beludak raksasa di depan mata
seakan-akan lenyap ditelan keajaiban.

Hantu neraka gentayangan
mencuri waktu, menghilang 
tak rupawan. Mengangkasa 
kabar burung perselingkuhan 
Penetrasi topik membahana
Sekalipun luka-luka menganga
Selewat kata seucap suara, 
sirna dilibas isu hiburan malam.

Sang euforia ngakak, tra.la.la.la ...
Menyimpan dosa mucikari 
serbuk kembang gula. Bergaya 
daun muda. Mengawang pesta 
kembang api seolah-olah, 
Tuhan tak ada.

***

Jakarta Indonesiana, Agustus 17, 2023.
Salam kasih sayang Indonesia Tanah Airku

Berita korupsi hari ini

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Antumbra

Selasa, 2 Juli 2024 19:30 WIB
img-content

Eskrim Pop Up (35)

Selasa, 25 Juni 2024 19:34 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler