1/
Aku bertanya kepadamu Ibu Pertiwi.
Apakah kau bersedih melihat koruptor
patah tumbuh hilang berganti.
"Kibarkan benderamu
sebanyak kau mau, anandaku."
Senyuman Ibu Pertiwi,
merangkai semangat Kebangsaan
Menyambut usiamu kini
Meluaskan kesabaran langit
menggenapkan segala ujian-Nya.
Mohon ampunan-Mu Tuhanku.
Aku hanya bertanya kepada Ibu Pertiwi,
tak bermaksud menjadi anak durhaka. Hamba
hanyalah anak negeri sebulir gabah.
Ijinkan hamba menulis syair panorama hati
setulus cintaku kepada-Mu.
2/
Senyap di langit. Mendadak
muncul badai sembelit
Menghempaskan budi pekerti
remuk redam, kalibut.
Perilaku ganjil koruptor gigantik
mencibir sombong kian kemari
mabuk berperan mondar-mandir.
Abakadabra! Bimsalabim!
Tuyul dalam laci melompat-lompat,
girang menyelinap, lenyap.
Wow! Takjub! Terkesima.
Diam, bukanlah emas. Bisu serupa jelaga,
arang kayu tak manfaat. Tak sampai
pada makrifat kalau membungkam diri,
melawan fitrah silaturahim pemilik hidup.
Siapa melirik. Siapa mendelik
Siapa menelan milik siapa
Siapa lapar. Siapa mendulang karang
Siapa menuai masuk angin.
Musikalisasi akal-akalan simfoni
sesuka hati, notasi berangin-angin
Nila setitik rusak susu sebelanga,
ayam berkokok terpingkal-pingkal.
Lalu siapa memberi makna. Aturan
bukan barang mainan untuk dilanggar
lantas lari lintang pukang. Setelah kenyang
berdiri paling belakang sembunyi tangan.
Mangkir dari keutamaan janji menjadi
pengabdi ketulusan. Perilaku pandir menari
kian kemari melupakan mufakat kebaikan
Meskipun pemilik alam menyaksikan.
Hakikat sulit menjadi halaman putih
ketika gemar bersembunyi dalam gelap.
Teknologi pemindai kelas dunia, bermain
petak umpat kian kemari seolah-olah
paling oke banget.
Hingga tak mampu melihat serigala
simpang siur melolong-lolong
Ular beludak raksasa di depan mata
seakan-akan lenyap ditelan keajaiban.
Hantu neraka gentayangan
mencuri waktu, menghilang
tak rupawan. Mengangkasa
kabar burung perselingkuhan
Penetrasi topik membahana
Sekalipun luka-luka menganga
Selewat kata seucap suara,
sirna dilibas isu hiburan malam.
Sang euforia ngakak, tra.la.la.la ...
Menyimpan dosa mucikari
serbuk kembang gula. Bergaya
daun muda. Mengawang pesta
kembang api seolah-olah,
Tuhan tak ada.
***
Jakarta Indonesiana, Agustus 17, 2023.
Salam kasih sayang Indonesia Tanah Airku
Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.