x

Ilustrasi AI

Iklan

Jevior Likosta

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 September 2023

Jumat, 15 September 2023 10:16 WIB

Melaraskan Penggunaan AI dengan Literasi Masa Kini

Tentang menanggapi pengaruh AI dan argumen akan AI di dunia pendidikan literasi masa kini

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kecerdasan buatan yang bahasa Inggrisnya disebut dengan AI (artificial intelligence) adalah suatu program yang bisa bergerak dengan perintah, di sisi lain bisa dianggap layaknya robot. Namun AI bukanlah selalu berarti robot dan robot sudah tentu AI. Di masa kini AI sudah mulai berkembang dan ada yang beranggapan bahwa AI bisa lebih berbahaya dari pada nuklir. Di China salah satunya AI sudah dipakai dalam pendidikan di sekolah, yang mana AI tersebut berbentuk layaknya benda panjang yang melingkar yang dipasangkan di kepala siswa, dan adanya kamera cctv yang memantau gerak ekspresi wajah mereka. AI yang dipasangkan dikepala akan menentukan apakah wajah siswa sedang jenuh, kurang mengerti atau mengerti dengan pelajaran yang ditentukan dari reaksi tubuhnya dan juga kamera cctv yang langsung mengirim data dari bentuk wajah mereka yang dideteksi, dan hasil datanya akan dikirim langsung ke ponsel orang tua mereka, di samping kemajuan itu sudah tentu ada kekurangannya, yang tentu membuat siswa tertekan dan siswa terlihat layaknya mesin tanpa memperhatikan maksud reaksi tubuh mereka yang dideteksi dari alat canggih tersebut.

Terkadang ada kecurangan yang dilakukan dalam dunia pendidikan yang melibatkan AI yaitu penggunaan chatgpt atau aplikasi penghitung matematika yang di potret dengan kamera ponsel pintar. Justru, ini menghambat perkembangan mandiri para murid, karena diberi kemudahan yang disalah gunakan dan membuat kecurangan tinggi yang dianggapnya wajar. Pihak instansi pendidikan seperti sekolah dan universitas telah membuat software untuk mendeteksi karya tulis milik anak didik mereka, apakah murni milik sendiri atau dibuat dengan AI salah satunya chatgpt. Hal ini telah dilakukan dan diketahui para pendidik tersebut entah dengan bantuan software pendeteksi tersebut atau memeriksanya sendiri secara mendalam. Masalah inilah yang harus diperhatikan pihak pendidikan, justru yang dilakukan adalah pemeriksaan yang teliti, dan pelarangan pemakaian AI dalam kecurangan dengan memberi peringatan tegas akan hal tersebut.

Dalam penggunaan chatgpt kata-kata sederhana atau ingin mengetahui maksud kalimat dari yang disampaikan orang lain, bisa ditanyakan kepada chatgpt misalkan, “Apa maksudnya 1000-5000 kata, jadi apakah itu berarti minimal 1000 kata dan maksimal 5000 kata?” Maka chatgpt menjawab, “Iya, ini berarti jumlah kata yang digunakan dalam konteks tertentu bisa sebatas 1000 kata atau lebih banyak, tetapi tidak boleh kurang dari 1000 kata atau melebihi 5000 kata.” Itu adalah contoh sederhananya saja, ketika ada yang mencari orang atau meminta orang yang bisa menjelaskannya, sedang tidak ada waktu atau keberadaannya sedang tidak ada. Hal inilah yang memberikan dampak positif, namun juga janganlah terlalu bergantung dan jangan selalu mempercayai AI, karena pada dasarnya sumber yang valid dari manusia masih jauh lebih akurat dan terpercaya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Manusia mampu berpikir hal yang baru, berbeda dengan AI yang justru lebih terpaku dalam mengikuti perintah. AI haruslah digunakan secara benar dalam membantu ranah pendidikan, bukan untuk ketergantungan, demi bisa menjalani pendidikan untuk mengasah kemandirian. Literasi yang dibutuhkan adalah penggunaan AI yang bisa dikembangkan adalah melatih literasi seperti mengucapkan kata-kata. Bila ada suatu kesalahan atau kesulitan, maka AI haruslah menanggapinya untuk membantunya dalam mengucapkan kata-kata tersebut. Karena AI adalah program yang bisa mengetik kata-kata dalam suatu program tanpa kesalahan kata dan huruf sedikit pun, serta bisa melafalkan dengan benar sesuai dengan logat manusia yang dimasukkan sebelumnya.

Jadi alangkah baiknya AI bukanlah suatu program yang ditakutkan tapi lebih kepada untuk diselaraskan, diseimbangkan untuk bisa menemui titik temunya dan meminimalkan efek negatifnya dari ketidakstabilan yang digunakan penggunanya yang belum bisa sepenuhnya mengendalikan diri. Diharapkan ini bisa menjadi arah ke revolusi yang baru dan lebih cerah.

Kecerdasan buatan yang bahasa Inggrisnya disebut dengan AI (artificial intelligence) adalah suatu program yang bisa bergerak dengan perintah, di sisi lain bisa dianggap layaknya robot. Namun AI bukanlah selalu berarti robot dan robot sudah tentu AI. Di masa kini AI sudah mulai berkembang dan ada yang beranggapan bahwa AI bisa lebih berbahaya dari pada nuklir. Di China salah satunya AI sudah dipakai dalam pendidikan di sekolah, yang mana AI tersebut berbentuk layaknya benda panjang yang melingkar yang dipasangkan di kepala siswa, dan adanya kamera cctv yang memantau gerak ekspresi wajah mereka. AI yang dipasangkan dikepala akan menentukan apakah wajah siswa sedang jenuh, kurang mengerti atau mengerti dengan pelajaran yang ditentukan dari reaksi tubuhnya dan juga kamera cctv yang langsung mengirim data dari bentuk wajah mereka yang dideteksi, dan hasil datanya akan dikirim langsung ke ponsel orang tua mereka, di samping kemajuan itu sudah tentu ada kekurangannya, yang tentu membuat siswa tertekan dan siswa terlihat layaknya mesin tanpa memperhatikan maksud reaksi tubuh mereka yang dideteksi dari alat canggih tersebut.

Terkadang ada kecurangan yang dilakukan dalam dunia pendidikan yang melibatkan AI yaitu penggunaan chatgpt atau aplikasi penghitung matematika yang di potret dengan kamera ponsel pintar. Justru, ini menghambat perkembangan mandiri para murid, karena diberi kemudahan yang disalah gunakan dan membuat kecurangan tinggi yang dianggapnya wajar. Pihak instansi pendidikan seperti sekolah dan universitas telah membuat software untuk mendeteksi karya tulis milik anak didik mereka, apakah murni milik sendiri atau dibuat dengan AI salah satunya chatgpt. Hal ini telah dilakukan dan diketahui para pendidik tersebut entah dengan bantuan software pendeteksi tersebut atau memeriksanya sendiri secara mendalam. Masalah inilah yang harus diperhatikan pihak pendidikan, justru yang dilakukan adalah pemeriksaan yang teliti, dan pelarangan pemakaian AI dalam kecurangan dengan memberi peringatan tegas akan hal tersebut.

Dalam penggunaan chatgpt kata-kata sederhana atau ingin mengetahui maksud kalimat dari yang disampaikan orang lain, bisa ditanyakan kepada chatgpt misalkan, “Apa maksudnya 1000-5000 kata, jadi apakah itu berarti minimal 1000 kata dan maksimal 5000 kata?” Maka chatgpt menjawab, “Iya, ini berarti jumlah kata yang digunakan dalam konteks tertentu bisa sebatas 1000 kata atau lebih banyak, tetapi tidak boleh kurang dari 1000 kata atau melebihi 5000 kata.” Itu adalah contoh sederhananya saja, ketika ada yang mencari orang atau meminta orang yang bisa menjelaskannya, sedang tidak ada waktu atau keberadaannya sedang tidak ada. Hal inilah yang memberikan dampak positif, namun juga janganlah terlalu bergantung dan jangan selalu mempercayai AI, karena pada dasarnya sumber yang valid dari manusia masih jauh lebih akurat dan terpercaya.

Manusia mampu berpikir hal yang baru, berbeda dengan AI yang justru lebih terpaku dalam mengikuti perintah. AI haruslah digunakan secara benar dalam membantu ranah pendidikan, bukan untuk ketergantungan, demi bisa menjalani pendidikan untuk mengasah kemandirian. Literasi yang dibutuhkan adalah penggunaan AI yang bisa dikembangkan adalah melatih literasi seperti mengucapkan kata-kata. Bila ada suatu kesalahan atau kesulitan, maka AI haruslah menanggapinya untuk membantunya dalam mengucapkan kata-kata tersebut. Karena AI adalah program yang bisa mengetik kata-kata dalam suatu program tanpa kesalahan kata dan huruf sedikit pun, serta bisa melafalkan dengan benar sesuai dengan logat manusia yang dimasukkan sebelumnya.

Jadi alangkah baiknya AI bukanlah suatu program yang ditakutkan tapi lebih kepada untuk diselaraskan, diseimbangkan untuk bisa menemui titik temunya dan meminimalkan efek negatifnya dari ketidakstabilan yang digunakan penggunanya yang belum bisa sepenuhnya mengendalikan diri. Diharapkan ini bisa menjadi arah ke revolusi yang baru dan lebih cerah.

Ikuti tulisan menarik Jevior Likosta lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB